Empat ✔

116 7 1
                                    

*Ilustrasi*

☆Happy Reading☆

...


Plak

Wajah Mauriella tertoleh ke arah samping, melihat Anastasya dengan wajah yang memerah dengan Hades-sang kekasih yang berada di sampingnya.

Mauriella baru saja dia melangkah ke taman yang berada di belakang gedung fakultas design digital. Dan dia baru saja ingin duduk di kursi putih dengan gaya anggunly.

"Maksud kamu apa?" Tanya Anastasya dengan wajah yang memerah emosi. Hades yang berada di sampingnya ikut menatap Mauriella dengan tatapan tajam menusuk.

Mengapa wajah mereka seperti memendam emosi, harusnya yang emosi itu Mauriella bukan mereka. Padahal yang di tampar adalah Mauriella.

"Apa?" Tanya balik Mauriella. Dia bingung ada apa dengan medusa itu, dia saja tidak berkontak dengannya, pasalnya bertemu saja tidak!

"Kamu sengaja kan selamatin Tuan Javier, buat narik perhatiannya. Aku tau kamu suka sama tuan Javier, tapi dia nggak akan suka balik sama kamu." Ujar Anastasya dengan wajah yang sendu namun juga mengejek.

"Lo harusnya dengerin apa yang Anastasya ucapin Mauriella, mana mau tuan Javier sama lo. Lagian jadi perempuan murahan banget!" Cerca Hades.

"Maksud kalian gue caper sama orang itu? Kalian tau rasa kemanusiaan nggak sih, ya walau tidak sampai segitunya. Kalian tau kejadian itu terjadi dengan cepat." Pungkas Mauriella.

Anastasya terlihat mengepalkan tangannya, mendengar jawaban Mauriella. Seharusnya dia yang menyelamatkan Javier bukan jalang ini!

Melihat keterdiaman keduanya Mauriella segera meninggalkan tempat itu dengan wajah kesal. Mengapa juga dia berteman dengan medusa itu.

Jalang sialan, jalang seperti kamu tidak cocok dengan Javier.

Hades terdiam, melihat tatapan Anastasya yang memancarkan keirian, seraya dalam batin dia bertanya. Bukankan dia pacarnya, mengapa dia sangat emosi jika orang lain mendekati orang itu.

☆let's go reading☆

Kelas sudah dilakukan, dan drama buatan Mauriella pun berjalan dengan lancar. Mauriella lupa jika dia harus menjemput sang adik di bandara.

Perempuan itu berjalan dengan langkah yang lebar, rambut yang masih tertata rapih. Namun beberapa bulir keringat menempel pada beberapa bagian tubuhnya.

Mauriella melihat pesan yang masuk, ternyata pesan dari sang adik. Mauriella pun segera menjawabnya lalu memasukan ponselnya dengan kesusahan.

Bruk

"Aws" ringisnya saat jidatnya terbentur sesuatunyang keras. Dengan mata yang mssih terpejam Mauriella pun berfikir, sejak kapan ada dinding.

Mauriella segera membuka mantanya dan mendongak, wajahnya sedikit terkejut lalu dengan cepat berubah menjadi bingung.

"Maaf tuan, saya permisi!" Tegas Mauriella melihat bukan tembok yang berada di depannya melainkan seorang pria.

Tanpa mendengar jawaban dari sang lawan bicara Mauriella segera melangkah dengan cepat menuju parkiran. Sedangkan pria itu melihat respon Mauriella hanya smirk tak lupa tatapan tajam dan raut datar. Membuat kesan dingin pada pria itu.

"Oh shit"

...

"Pahit pahit pahit, amit amit - amit amit." Mauriella berada di calam mini copper miliknya yang memiliki warna putih. Sedari tadi Mauriella menyetir dengan mengetuk ngetuk stir kemudi.

The Best Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang