Dua ✔

163 9 1
                                    

☆Happy Reading☆

"Lihat denyut jantungnya kembali"

"Syukurlah"

Sayup sayup indra pendengarannya menangkap suara seseorang yang tidak familiar dalam pendengarannya.

...

Mauriella membuka matanya perlahan, lalu dia menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Mauriella mengernyitkan dahinya, dengan pandangan yang masih buram dia melihat hanya ruangan putih yang dia lihat walau tak begitu jelas.

Tidak mungkin dia disurga, sebentar! Mengapa aromanya seperti obat obatan di rumah sakit?

Saat pendangannya mulai jelas, Mauriella mengedarkan pandangannya, dia berasa di ruang inap. Meneliti apa yang terjadi padanya, namun kepalanya terasa sangat sakit.

Dia hidup kembali, tuhan baik sekali membuatnya kembali. Matanya mulai mengembun mengingat betapa kacaunya dirinya di waktu lalu.

Merasakan tenggorokannya yang kering Mauriella meraih gelas yang berada di nakas. Lalu meneguknya dengan perlahan, tanpa sadar dengan langkah kaki yang mendekat ke arahnya.

"Sayang, kamu udah sadar!" Seorang wanita setengah baya mendekat ke arahnya lalu dengan cepat menekan tombol darurat yang berada di dekat ranjang.

Mauriella masih terdiam, itu ibunya. Dia menjadi sedih mengingat apa yang dia lakukan di masa lalu. Apa dia harus berpura pura hilang ingatan agar dia bisa selalu memeluknya?

Ya, itu bukan ide yang buruk. Pikirnya, dengan cepat Mauriella mengubah raut wajahnya menjadi bingung.

"Anda siapa?" Tanya Mauriella dengan suara yang kecil. Wanita di depannya lantas menangis histeris, lalu tak lama kemudian dokter datang ke ruangan itu.

"Dokter periksa anak saya, apa yang terjadi dengannya!" Ujar Wanita setengah baya itu.

Dokter wanita yang baru saja datang langsung memeriksa pasiennya tanpa banyak tanya.

Setelah memeriksanya dokter wanita itu menghela nafas pelan. "Untuk kondisi pasien sudah lebih baik dari sebelumnya."

"Tapi dokter, anak saya tidak mengingat saya. Apa dia hilang ingatan?" Tanya wanita setengah baya itu.

"Kemungkinan hilang ingatan dapat terjadi walau hanya sedikit palagi kepala pasien sempat terbentur. Namun pemeriksaan ini harus di dalam, pasien harus mendapatkan perawatan yang lebih itensif. Dan seperti yang ibu keluhkan tadi, pasien juga harus di rontgen agar kita mengetahui apa ada luka dalam." Jelas dokter wanita itu.

"Berikan perawatan untuk putri saya yang terbaik dokter."

"Saya dan para perawat kan berusaha sebaik mungkin untuk hal itu, saya permisi dan jangan lupa jadwal rontgen akan saya sampaikan setelah pemeriksaan selanjutnya." Dokter wanita itu pergi, dengan senyum sekilas.

Mauriella merasa jika dia berlebihan, namun demi memperbaiki hidupnya dan keluarganya dia akan meyakini dirinya.

"Sayang ini Mama, Mama Fiena Cosima. Semoga kamu cepat mengingat Mama ya." Ujar Mama Fiena.

"Dan nama kamu Mauriella Zeelian Cosima sering di panggil Mauriella." Jelasnya.

Mauriella tidak melihat keberadaan Papa nya pun ingin menyanyakan keberadaannya. Namun dia merangkai kata yang pas untuk bertanya.

"Jika ini Mama, mana Papa?" Tanya Mauriella.

"Papa sedang berada di kantor sayang, sebentar lagi pasti akan pulang." Tutur kata yang lembut membuat Mauriella merindukan wanita itu.

The Best Of MiracleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang