"Sini lo sialan!" Samudera langsung menarik kerah belakang Raka dan membawanya keluar club.
"Kak, tungguu!!" Aruna panik dan segera mengikuti mereka dari belakang.
Setelah mereka di luar Samudera langsung menghajar kembali wajah Raka, hingga sang empu terhuyung kebelakang.
Masih dengan wajah kerasnya, Samudera menarik kerah Raka dan mendekatkan wajah mereka dengan aura intimidasi yang kuat.
"Bangsat lo, yah! Gue percaya sama lo, gue percaya setengah mati sama lo meskipun sifat lo kadang kaya setan! Tapi, kenapa lo lakukan itu sama adik gue?! Adek gue salah apa setan?!" bentak Samudera murka.
Bukan hanya karena Raka yang membawa Aruna ke klub yang membuat Samudera marah. Ada hal lain dan itu membuat batin Samudera meluap tak terima saat ini. Apalagi dengan apa yang ia saksikan tadi di depan matanya.
Raka menolak Aruna.
"Gue anggap lo temen, gue anggap lo sahabat dan gue anggap lo keluarga Rak. Dan lo khianati gue dengan sentuh adek gue? Bangsat emang lo Rak!" Samudera memukul Raka lagi tanpa ampun. Tidak peduli Raka sama sekali tidak membalas dan babak belur nantinya, Samudera rasa itu belum cukup dengan apa yang telah lelaki itu perbuat pada adiknya.
"Adik gue hamill... " Samudera kacau saat mengetahui fakta itu. Samudera lihat Tespeck di kamar Aruna, ia pergi ke club untuk memastikan bahwa tebakannya pada Raka salah. Tapi saat melihat sikap Raka pada Aruna tadi yang diam-diam ia lihat, Samudera marah.
Samudera tidak berniat untuk menyembunyikan kemarahannya lagi. Raka pantas mendapatkan pukulan darinya.
"Kak udah..." Aruna menangis. Tidak tahu bagaimana caranya Samudera tahu, Aruna hanya ingin melihat perkelahian sepihak ini segera berakhir
"Kamu masih bisa bela dia Dek?" tanya Samudera tak percaya.
"Aku cuman pengen pulang kak, aku capek!" Aruna merengek.
"Sialan! Gue belum selesai sama lo yah Rak! Gue bakal balik setelah antar Aruna pulang. Tapi jangan senang dulu, karena setelah ini lo bakal habis sama gue!" ancam Samudera tak main-main.
"Kita pulang." Samudera langsung mengajak Aruna pulang. Meninggalkan Raka yang tersungkur di lantai.
Tidak ada ekspresi yang ditunjukkan Raka, hanya ringisan ringan yang lelaki buat sambil melihat kepergian mereka yang menjauh.
...
"Kamu tenang saja dek, kakak pasti akan buat lelaki brengsek itu bertanggungjawab. Bila perlu Kakak jebloskan dia ke penjara!" Samudera bicara sembari mengemudi.
"Ini bukan salah kak Raka—"
"Sampai kapan kamu mau bela dia sih Run!" Samudera kesal.
"Tapi kenyataannya aku lah yang menyerahkan diri sama Kak Raka, Kak." Aruna menangis kencang.
Samudera mencengkram kuat kemudinya Kuat-kuat. Sialan Raka.
"Walaubagaimanapun, Raka tetap salah. Dia cowok bejat yang memanfaatkan adik temannya sendiri buat kepuasan diri sendiri. Kakak nggak akan maafin dia sampai mati Run."
Aruna menunduk dan terus menangis.
...
"Sekarang masuk terus istirahat. Hapus juga air matanya nanti Mamah papah liat." ucap Samudera setelah berada di depan pintu.
Aruna masih bergeming di hadapan Samudera.
Seolah tahu kekhawatiran adiknya, Samudera melanjutkan, "Buat sekarang kakak tutupi ini. Tapi bukan berarti kakak nggak akan bicara sama mereka. Mereka berhak tahu sama tetang keadaan kamu Run."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hamil Anak Sahabat Kakaku
Ficção Adolescente"Ke Kamar." "Tapi Kak-" "Mau berhenti?" Aruna menggeleng. "Aku percaya sama Kak Raka." "Jangan percaya sama aku Run." Lalu Aruna memilih mencium lelaki itu sebagai bentuk persetujuan. Hamil saat SMA tentu menjadi pukulan tersendiri untuk Aruna. Apal...