Ternyata Raka membawa Aruna ke rumah lelaki itu. Rumah Raka sangat besar, saat pertama kali dulu Aruna masuk ke sini. Dibandingkan Keluarganya, keluarga Raka memang lebih Kaya dan terpandang.
Aruna diajak berapa kali ke sini atau lebih tepatnya dirinyalah yang memaksa ikut Raka ke sini. Saat melakukan pertama kali pun mereka melakukannya di kamar lelaki itu. Tidak ada orang hanya pembantu, karena ayah Raka lebih memilih menghabiskan waktunya untuk bekerja dan melakukan perjalanan bisnis, begitulah kata Raka.
Brak. Aruna langsung tersadar dari pemikirannya setelah mendengar pintu kamar Raka ditutup dan dibanting oleh lelaki itu.
"Sekarang bilang, keluarga kamu sudah tahu tentang kehamilan kamu ini?" tanya Raka.
Menggeleng sebagai jawaban. Aruna kembali menangis. Bagaimana bisa Aruna memberitahu hal sebesar ini pada keluarganya. Sementara tadi pagi saja ia menggigil ketakutan setengah mati saat Ayahnya mengajaknya ke rumah sakit.
"Bagus." ucap Raka. Kemudian Lelaki itu mendekat lalu menaruh tangannya di kedua bahu Aruna.
"Denger Aruna, kehamilan ini kita sama-sama nggak menginginkannya, benar?" Aruna ingin mengangguk tapi hati kecilnya tidak bisa melakukannya. Ada setitik perasaan tak rela yang mengganjal hatinya.
"Kamu masih sekolah bahkan sebentar lagi mau lulus SMA. Aku nggak mau kalau sampai masa depan kamu hancur hanya karena kehamilan ini. Karena itu aku punya solusi... gugurkan saja kandungan itu Runa." ucap Raka yang seketika menciptakan tangis kencang Aruna.
Menggurkan? Aruna tidak sanggup mengucapkan kata itu. Padahal ia sudah menebak Raka akan mengatakan keputusan itu tapi entah mengapa Aruna sulit menyetujui.
"Jangan merasa tersakiti Aruna. Kamu yang memilih menyerahkan diri. Aku nggak pernah memaksa itu. Dan satu lagi kamu melakukan kesalahan dengan nggak minum pil itu. Inilah konsekuensinya. Maka menggugurkan anak itu adalah keputusan terbaik diantara kita. Kamu mengerti?"
Aruna tidak menjawab. Raka meremas bahu Aruna sampai sang pemilik menatapnya.
"Jawab Aruna?" tanya Raka tajam. Ia tak suka saat lawan bicaranya tidak menjawab.
"Oke." Aruna tersendat bersama tangisnya yang susah sekali dihentikan.
"Bagus."
...
Malamnya Aruna diantar pulang oleh Raka ke rumahnya. Saat mereka sampai dengan kendaraan motor Raka yang terparkir di pekarangan rumah Aruna, mereka langsung melihat Samudera yang menunggu di depan rumah sambil menatap tak suka pada Raka.
"Jadi lo yang culik adik gue?" Sindir Samudera sarkas sambil menghampiri mereka yang baru turun dari motor.
Samudera ini adalah Kakak Aruna sekaligus sahabat Raka. Entah bagaimana mereka bertemu tapi hubungan mereka selalu baik sebelum Raka mendekati adiknya seperti sekarang.
"Kak," Aruna langsung bersuara, pasti Kakaknya akan memulai pertengkaran yang tidak perlu dengan Raka.
"Kamu juga Dek, kenapa sih kamu mau saja dianterin sama dia! Dia ini brengsek dan penjahat kelamin, gimana kalau kamu di apa-apain sama dia?" tanya Samudera yang beralih pada adiknya.
"Kaya lo nggak saja." timpal Raka menyiram minyak yang sudah tersulut sumbu dan membakarnya menjadi kobaran api dimata Samudera.
"Apa lo bilang?" Samudera meninggikan suaranya. Jangan salahkan Samudera, sikap tenang Samudera akan hilang kalau berurusan dengan Raka Atmadja.
"Brengsek, penjahat kelamin. Kita sama. Nggak usah teriak anjing kalau lo juga anjingnya."
"Sialan lo yah!" Samudera ingin menyerang Raka tapi ditahan adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hamil Anak Sahabat Kakaku
Fiksi Remaja"Ke Kamar." "Tapi Kak-" "Mau berhenti?" Aruna menggeleng. "Aku percaya sama Kak Raka." "Jangan percaya sama aku Run." Lalu Aruna memilih mencium lelaki itu sebagai bentuk persetujuan. Hamil saat SMA tentu menjadi pukulan tersendiri untuk Aruna. Apal...