Sayang sekali, permainan telah usai dengan 2 korban terakhir Halilintar dan Taufan. Sang Werewolf juga telah dibunuh oleh teman sekelas kalian, Ice.
Selamat, polisi akan tiba besok pagi. Dan kalian akan libur seminggu untuk pemulihan mental, good bye.
Suara itu menghilang, dan langit merah berganti langit malam. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkan yang kami yang selamat
"Kalian disini?, aku dan Fang udah mencari kalian selama 2 hari loh di sekolah ini. Dan akhirnya kami ber - dua ketemu kalian, sunshine apakah kau tidak apa - apa?,".Itu Thorn, kami yang selamat dari permainan itu segera menyadari satu keanehan. Yang pertama, Thorn yang bersama kami dari awal permainan hingga sebelum Ice tau siapa serigala nya. Dia pendiam dengan sorot mata yang tajam
Sepanjang permainan, dia selalu pergi mengikuti para korban maupun mampir sebentar ke toilet. Kemungkinan besar, saat Ice bertemu muka pucat Solar. Di ruangan itu, 'dia' habis mandi untuk mencuci darah yang ada di seluruh tubuhnya.
Ingat di scene ini tidak?
Kami semua kembali bersembunyi setelah 15 menit, aku masih mem - bawa Solar yang seperti mayat hidup.
"Kau nampak lelah hidup Solar ada apa?,".
"Ice, lu janji bakal percaya sama omongan gue?,". Tatapan matanya seperti ngak hidup."Ngomong aja,". Karena gue juga ngak bakal bisa tidur, jika pikiran gue aja ribut.
Solar masih ragu, namun kemudian mengangguk dan membawa Ice ke Lab Komputer yang masih aman tanpa darah.
"Gue mulai curiga ke Thorn saat tubuh kak Rimba yang dikabarkan menghilang 1 tahun lalu, jatuh dari lantai 3. Dan lu tau apa yang bikin gue Shock?," Ice menggeleng, karena dia hanya kembali mengingat kejadian mengerikan di masa lalu.
"Gue takut Ice. Dia sempat melirik calon para korban hingga saat ini, dengan nada yang mengerikan. Beruntung nya, walaupun dia di awal bersamaku dia bertingkah seperti Thorn yang gue kenal. Dan gue bimbang dengan apa yang gue dengar dan liat,". Ice memegang bahu Solar
"Serius?, dia nggak ngapa - ngapain kau kan sol?,". Ice jadi terkejut dan panik bercampur takut.
"Dia membuatku tidur di kelas 3 tempat di tali bendera itu, sampai aku sadar aku merasakan perasaan dingin yang mencengkam disana,".
"Serius dilantai 3 dan tidak membunu - hmu?, pasti itu rencananya juga,".
"Saat itu, gue diam - diam berpura - pura positif thinking. Dan dia menuntunku kembali ke lapangan, saat permainan istirahat sebentar. Gue ngak bisa hubungi kalian, gue takut Ice,". Solar menangis di pelukan Ice yang nyaman.
"Dan saat sudah mulai lagi, Thorn mem puk puk kepalaku. Gue ngak tau apa maksudnya, namun dia segera mengajak bicara sepasang sahabat dan mengikuti Renita dan Azel untuk bersembunyi. Karena pandangan mataku buram, aku nggak yakin jika dia membawa pisau dapur dari saku,".
"Serius Sol?, dan itu mayat yang lu bicarakan kan?. Jadi katakkan padaku siapa korban selanjutnya Solar?,".
"Korban selanjutnya Arya. Sama seperti yang diumumkan sosok di ruang guru, untuk korban selanjutnya aku rasa itu pacarnya si hali,".
Muka Ice sepucat kertas, walaupun Ice tau Azkia itu sabuk hitam sama seperti Hali. Dan Raden atlet taekwondo, tidak lupa Hali pastinya bersama mereka bertiga.
"Dia dikelas MTK 1 kan?, ambil ni belati. Ayo selamatkan yang lain,".
Saat melewati perpustakaan, Ice dan Solar mendengar suara ringisan dan gumaman.
"Ish au, Thorn gila. Gimana caranya gue selamatin pacar gue, sedangkan gue di mode sekarat,". Dan munculah Halilintar yang berkeringat banyak, dengan luka di pinggangnya.
Kami berdua ngak sempat menegurnya, karena dia udah lari ke tujuan kami juga.
"Awas lu Thorn, ketemu gue potong lu,". Hali sangat ngeri.
Namun karena Ice dan Solar sedang merencanakan membunuh serigala itu, mereka kehilangan jejak.
Saat buka pintu, Halilintar langsung menonjok muka sang serigala. Hampir aja kuku itu menancap di jantung Azkia, sedangkan Raden banyak luka parah di tubuhnya. Tapi masih sadar
"Hali, ngak Li kalian harus pergi dari sini. Dia lebih kuat dari kita bayangkan, please dengerin kata gue,". Raden masih berusaha menstabilkan nafas.
"Walaupun gue selalu cemburu sama lu, hidup lu itu berarti. Bertahan aja, gue bakal ngebantu,".
Namun na'as, Raden mati kena tikaman tangan saat itu Hali lengah. Saat menyelamatkan Azkia, mereka berdua terpaksa sadar saat Halilintar terluka lagi di perutnya yang semakin dalam.
"Halilintar gue minta maaf, karena gue selingkuh sama Raden,". Kabar yang membuat Halilintar seketika membeku dengan otak kosong.
"Gue maafin,". Azkia menangis, karena serigala jadi - jadian itu akan menghabisi Halilintar. Azkia mendorong keluar dan mengunci pintu itu, Halilintar sadar saat itu juga.
Namun di dalam sangat berisik, bahkan lemparan meja juga terdengar.
"Pergi Halilintar!, selamatkan yang lu sayang. Biarkan gue menanggung semua kesalahanku untuk setidaknya membuat dia luka lumayan parah,".
Brak...
Gue pergi, menulikan teriakan dan temukan tulang. Hati gue sakit, namun karena aku ingat sangat ber - salah dengan Taufan. Aku ingin meminta maaf ke dia, gue melihat sebuah taplak meja biru. Ini milik guru baru kami, mengingat ke dia. Gue jadi sus, gue buka grup chat Wa.
"Sahabat gue yang selamat nanti, gue kasih tau ya. Bila kecurigaan gue tentang siapa serigalanya, itu pasti guru baru pindah satu minggu lalu,".
Halilintar hanya menghela nafas, sebab. Dari awal mulai, jaringan ngak ada.
Lalu gue pake tu taplak untuk menghentikan pendarahan manual, banyak resiko sih. Namun gue butuh ketemu Taufan untuk minta maaf segala kelakuan gue.
Gue ngedenger suara seseorang mem bolak - balik kertas, dan hola gue ketemu Taufan yang mode Serius. Pertama kali gue liat dia kaya gitu, jadi gue sapa aja.
"Tumben lu membaca Taufan, dokumen apa itu?,". Itu bisikanku karena menahan rasa sakit, aku juga senyum tipis saat mendekatinya.
"Hali, luka lu,". Gue pengen ngomong to the point jadi gue mengangkat jari ku yang tanpa kusadari telah kepotong 2 jari jadi yang mulanya 5 jadi cuma3. Kayanya itu bikin dia takut,
"Jangan khawatir, jika semua orang nyalahin kejadian ini itu ke elo. Karena rasa sayang sahabat milikku lebih besar daripada yang lu sangka, tetap stay hidup sedikit lebih lama ya Fan. Cuma buat menyelamatkan yang tersisa, karena gue yakin sepenuhnya gue bakal mati seperti pacar gue Azkia dan sahabat gue Raden,".
Aku terbatuk darah, gue ngak tau malah kata itu yang keluar. Karena gue kesal, tanpa sadar gue menangis. Jika dia ngak menghapus air mataku
Tak
Tak
Tap
Tap"Ngak ada waktu Fan sembunyi dulu,". Gue memasukkan dia ke dalam lemari, tapi gue juga sempat bergumam ke dia.
"Gue minta maaf atas segala kelakuan gue atas segalanya,". Gue ngak tau dia itu mendengarkan atau tidak.
"Gue juga minta maaf lin, dan lu gue maafin,". Dia bergumam juga, namun matanya menatap kejauhan sana.
Gue sadar saat ditendang 'dia', gue juga bangkit. Mengeluarkan pisau yang gue dapat di lorong kantin.
Lalu membalas serangan dia dengan brutal, gue ngak mikir apapun.
Tapi melihat dia yang mau menghunu skan cakarnya ke lemari, gue menghalau dengan tubuh gue sendiri.Bodoh emang, tapi gue bersyukur reflek gue emang sempurna.