Happy reading~
Jurit malam dimulai, aku sebagai posisi yang memegang senter sementara Cheryl memegang botol air, dan Clarice yang memperhatikan tanda panah setiap kita jalan. Hutannya benar-benar gelap tidak ada penerangan sama sekali. Bila tidak menggunakan senter, jelas tidak akan terlihat apapun. Aku dan Cheryl beberapa kali menjerit karena terkejut pada jumpscare yang dipasang pihak sekolah. Walau menakutkan dan mengagetkan, jujur ini benar seru. Clarice tidak takut pada hal begini, dia justru tertawa dan menertawakan kami. Aku jadi sebal dan terkadang ikut tertawa juga pada akhirnya. Hal-hal seru seperti ini memang tidak boleh dilewatkan walau menyeramkan. Memang lebih baik bagi kita untuk tidak membawa handphone karena akan mengganggu titik fokus kita pada kegiatan ini, terlebih bagi yang tidak suka dengan suasana menegangkan mereka bisa saja memutar lagu-lagu semangat yang malah akan menghilangkan unsur seram pada kegiatan ini. Sangat hati-hati.. bagian bawah dipenuhi dengan tanah yang beberapa kali licin namun tidak sepenuhnya, bila terkejut kemudian lari bisa saja terjatuh. Anehnya, tidak ada bunyi burung sama sekali, biasanya di malam hari seperti ini di hutan, suara kicauan burung pasti terdengar, namun tidak pada hutan ini. Atau apakah memang tidak banyak burung disini? Mungkin ada, tetapi telingaku tak mendengarnya karena begitu fokus pada langkah. Bulan belum sepenuhnya muncul, apakah malam ini purnama? Karena yang terlihat sekarang adalah setengah lingkaran, tetapi aku memiliki firasat akan dia yang berubah menjadi bulat sempurna pada tengah malam. Bahkan cahaya nya yang begitu gemilang tak mampu menembus pandangan ku terhadap hutan yang memili banyak pohon-pohon menjulang tinggi nan besar. Bantuan 1 senter sebenarnya tidak cukup, tetapi hanya 'lumayan' setidaknya aku percaya kegiatan jurit malam ini aman selama aku dan kedua temanku masih saling menggenggam tangan satu sama lain.
Brak!
Karina tidak sengaja menabrak sesuatu, menghasilkan suara jatuh yang tidak enak. Tidak terlihat apa yang di tabraknya namun dirasa seperti portal pembatas. Sehingga 2 lainnnya berteriak. Itu adalah Salsa dan Jovita.
“Oh My God, tenanglah teman-teman, aku hanya menabrak sebuah portal, tolong jangan berteriak kencang sekali. Telingaku seperti terkena hear attack. “ Ucapnya seraya memfokuskan senter pada benda yang tadi ia tabrak. Ketiga nya bernapas lega ketika benar melihat jelas bahwa itu portal pembatas. “Kita sudah kejauhan, sampai menabrak portal pembatas, kita harus kembali, Kar, Jov.” Pinta Salsa dengan nada yang serius. “Bagaimana dengan portalnya? Bukankah kita harus membereskannya kembali? Bagaimana kalau ada yang kesini dan mengira bahwa ternyata masih bisa jalan ke sana?” Jovita bertanya pada kedua rekannya. Karina hanya menggelang. “Menurutku nggak usah dibereskan, ini berat sekali, mana aku tabrak 3, kita nggak kuat untuk membereskan sepertinya. “ Karina memberi komentar. “Aku setuju, Jov. Nggak usah khawatir, nggak akan mungkin ada yang sampai sejauh ini, mereka kan pasti fokus, kita doang yang sampai sini karena sedari tadi ngobrol dan nggak serius. “ Salsa menambahkan opininya. Jovita terdiam tanpa langsung memberi komentar. Kedua temannya menunggu dengan sangat sabar. Hingga akhirnya, Jovita menyetujui, dan mereka kembali berjalan sesuai panah. Jovita masih merasa berat meninggalkan tanpa harus membereskan, hatinya tidak terasa ringan walau sudah sampai ke jarak yang jauh dari tempat portal tadi. Dia takut, ada yang masuk ke dalam area sana dan akhirnya celaka. Jovita memilih untuk menutup telinga dan kembali mengobrol dengan kedua sahabatnya agar tidak memikirkan kejadian-kejadian buruk yang belum tentu terjadi. Tanpa mereka sadari, mereka juga membuat arah panahnya berubah karena tersenggol portal yang tadi tertabrak.
“Bisakah kita lewat jalan pintas?” tanya Cheryl tiba-tiba membuat langkah kami berhenti. Aku dan Clarice bertatapan. Wajah Cheryl sudah terlihat pucat, mungkin dia sudah sangat takut dengan jurit malam ini. Wajahnya yang cantik berubah menjadi merah cabai.
“Jalan pintas mana? Kamu pikir ini jalan komplek, Cher? Ini hutan, nggak ada jalan pintas.” Clarice berucap. “Bu Lilla juga berpesan pada kita untuk selalu mengikuti petunjuk panah. Jangan aneh-aneh, Ryl. Tenang, sabar, sebentar lagi pulang.” Tambahku. Cheryl hanya mengangguk mengikuti perkataan kami. Kami terus berjalan tanpa Cheryl yang berkomentar, dia terlihat capai sekali. Aku jadi tidak enak. Perjalanan kami behenti ketika aku melihat banyak portal-portal berantakan. Kami bertiga seketika menukar pandangan. “Apa ini? Kenapa banyak portal-portal berantakan begini?“ Tanya Clarice, dia meminta untuk memegang senter, aku akhirnya memberikan senter padanya. Clarice memfokuskan senter pada petunjuk panah. Panah itu mengarah pada jalan di depan portal yang sangat berantakan. Yang kalau dari arah kita itu adalah sisi kanan. “Petunjuk panah nya mengarah kesini.” Ujar Clarice. “Tetapi bukankah ini mencurigakan? Kenapa banyak portal-portal berantakan begini padahal petunjuknya mengarah kesana? Terlebih portalnya mirip seperti portal pembatas.” Aku memberikan komentar. Hatiku terasa ganjal sekarang, entah kenapa. “Kenapa kalian pada serius begitu? Hentikan fantasi kalian yang berlebihan, seperti di film-film saja. Mungkin portal ini sengaja dipasang secara berantakan untuk menjadikannya jumpscare. Kita nggak usah hiperbola begitu, santai saja, ini jurit malam, bukan jurit petaka.” Cheryl menjelaskan dengan muka yang sudah kelihatan sangat capai. Sementara aku dan Clarice masih berasa semangat. Aku melihat jam tanganku, sekarang sudah pukul 8, kita harus cepat-cepat jalan dan kembali ke tempat tenda. Kami akhirnya menyetujui perkataan Cheryl, benar ucapannya. Kita sekarang sedang berlibur, bukan sedang menjalankan ujian yang berat. Kami bertiga akhirnya jalan melewati jalan belakang portal berantakan dan masuk.
Aku menelan saliva kasar ketika menyadari bahwa kami tidak kunjung melihat petunjuk arah selanjutnya dari petunjuk arah sebelumnya yang kami pilih. Jantungku bedegup kencang, aku merasa gugup dan takut sekarang. Aku menghentikan langkahku, begitupun dengan mereka berdua. Aku memilih untuk melihat jamku. Dan terdiam termenung ketika melihat jam menunjukkan angka pukul sekarang. “Ada apa, Lau? Sekarang jam berapa?” tanya Clarice. Aku beralih menatap mereka. “Sekarang jam 9, kita sudah berjalan satu jam dan sama sekali belum kunjung menemukan panah berikutnya! Padahal setiap panah muncul 10 menit sekali.” Keduanya mulai panik juga mendengar tuturanku. “Nggak mungkin sudah jam 9, Lau. Mungkin kamu salah lihat, kita’kan baru aja jalan sebentar kok. “ Tolak Clarice, Cheryl mengangguk setuju. Aku kembali melihat jamku, benar ini sudah pukul 9. aku sama sekali tidak salah lihat. Clarice akhirnya ikut melihat jam tanganku. Dia tertegun ketika melihat jamku cukup lama. “Laurent, ini WITA. Kamu membuatku panik.“ Clarice menggeleng, diikuti dengan Cheryl. Aku langsung melihat kembali jam tanganku, bagaimana ini bisa berubah ke WITA? Aku sudah jelas melihat bahwa tadi ini WIB. Dan lagi, aku tidak pernah mngatur waktu jamku menjadi WITA. Ini aneh, apa ada yang meng-hack jam pintarku? Aku seketika melihat sekeliling. “Sudahlah, Lau. Kamu benar salah lihat, nggak usah panik, sebentar lagi juga kita nemu panah.” Cheryl menghibur. Aku hanya mengangguk pelan, aku seharusnya tidak usah berpikir sangat jauh seperti ini, mungkin saja jamku memang lagi gangguan. Jika Mama ada disini aku pasti sangat dimarahi karena terlalu banyak pikiran. Ketika kami ingin mulai kembali berjalan, Cheryl seketika menegang. Wajahnya berubah pucat pasi. Aku memegang pundaknya perlahan, dia terkejut dan menatapku ketakutan. “Cheryl, ada apa?” tanyaku lembut, tapi sepertinya lebih terdengar kaget dibanding lembut. Deru napasnya spontan langsung berubah tidak beraturan. Aku menyambar satu botol air dari tangan Cheryl, aku membukakan botolnya. Clarice juga memegang pundaknya. “Tubuhku seperti kemasukkan sesuatu tadi, disini pasti ada hantu jahat! Kita dalam bahaya Clar, Lau. “ Cheryl kembali panik. Dia kenapa? Apa terjadi sesuatu? “Jangan mengada-ngada Cher, dari tadi kamu disini nggak apa,“ ucap Clarice meyakinkan.
“Nggak, aku benar merasa.. Argh!” Cheryl sontak menutup kedua telinganya dan.. Oh tidak dia tumbang. Aku dan Clarice memegang pundaknya. Aku mengambil alih senter, sehingga Cheryl diangkat oleh Clarice. Apa yang terjadi dengannya? Sikap Cheryl sangat aneh. Bulu kudukku naik semua, aku jadi merasa takut. Aku meneguk air dari botol yang tadi kubukakan untuk Cheryl, namun Cheryl sudah lebih dulu pingsan sebelum kuberikan airnya. Clarice juga meneguk airnya. “Sepertinya Cheryl sangat kecapekan sampai mungkin karena dia merasa nggak karuan.” Terang Clarice.
“Apa di PMR kalian mempelajarinya?” tanyaku. “Sebenarnya nggak. Tapi tenang saja, Cheryl akan baik-baik saja, Lau. Lebih baik kita meminta bantuan. Ini, bunyikan peluitnya. “ Clarice memberiku peluit keamanan dari sakunya. Aku menatap wajah sayu Cheryl, kasihan sekali gadis ini, dia harus selamat. Aku meniup peluitnya dengan sekuat tenaga. Hasilnya nihil, tidak ada satupun yang keluar dari benda berwarna kuning yang sedang kupegang, aku kembali meniupnya yang tidak kunjung memberi respon. Suasana menegang, aku menelan saliva kasar dan kemudian kembali meniupnya.
“Tiup yang benar!” Sergah Clarice, dari nadanya yang tergesa, dia pasti merasa panik. “Aku sudah meniupnya dengan benar! Peluit nya tetap nggak menyala! Kan udah aku bilang kita coba dulu tadi!” Aku jadi ikut sedikit kesal.
Aku hendak membunyikan peluit lagi, namun tiba-tiba sekelebat bayangan datang, dia merebut peluit kami. Aku sontak menoleh untuk melihat siapa orang dengan bayangan hitam itu. “Laurent, awas!” seru Clarice. Sebelum aku sempat jelas melihtnya, aku sudah lebih dahulu merasakan rasa sakit yang luar biasa dari tengkukku. Aku memegangnya, aku melihat cairan merah di tanganku. Clarice berteriak histeris. Dan merasakan pusing yang tidak karuan, tatapanku seketika buram dan aku akhirnya tumbang memejamkan mata dengan mendengar teriakan dan berontakan Clarice terakhir kali.Please voye and comment this story guys♡
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Accident
Mystery / Thriller💡Cerita ini ditulis pada tahun 2022 Suatu kejadian dapat menghasilkan suatu dampak yang positif dan negatif, tetapi apakah kamu pernah mendapati sebuah kejadian yang malah membuka pintu pertama kebenaran akan kejadian-kejadian yang telah berlalu? ...