welcome to the next part
🪐
•
•
•
•
•
happy reading∞
Rumah. Tempat yang seharusnya menjadi tempat berkumpulnya keluarga kecil. Namun tidak untuk Alden. Semua cerita hangat tentang keluarga, Alden tidak pernah merasakannya.
"Alden kangen, Mama ... Ayah ..." gumamnya lirih. "Kapan Alden bisa ngerasain kehangatan dalam keluarga kayak orang-orang? Kapan?"
Dalam pagi yang cerah ini, Alden termenung di dalam kamar mandi. Meratapi nasibnya menjadi anak yang orang sekarang menyebutnya broken home. Alden memang kuat dan sudah terbiasa sendiri. Namun boleh kan jika sesekali saja dirinya menangis? Boleh kan jika sesekali dirinya merindukan orang tuanya?
Rumah sebesar ini hanya dihuni oleh seorang remaja laki-laki.
Hari ini waktunya Alden libur dari pekerjaannya. Ia memutuskan untuk pergi ke tempat Ken bekerja. Daripada diam dirumah dan kesepian, pikirnya.
Selesai dari kamar mandi, ia segera mengenakan pakaiannya. Tidak melupakan telepon genggam yang senantiasa menjadi teman sehari-harinya.
Sebelum itu, ia menelpon orang yang hendak ia kunjungi terlebih dahulu untuk memberi tahunya bahwa dirinya akan ke sana. Tak berselang lama dirinya menekan tombol telepon, akhirnya Ken mengangkatnya. "Iya kenapa, Al?"
"Gue mau ke sana, mumpung libur."
"Oh okay. Oiya gue waktu itu pernah ngajak Hilal ke sini. Lo sekalian aja bareng sama dia."
"Gimana caranya?" tanya Alden bingung.
"Ntar gue kasi nomornya, lo tinggal chat dia aja."
"Okay."
∞
Hilal sedang merapikan kamarnya. Kamar yang semula sedikit berantakan kian tertata rapih. Nuansa putih dengan kombinasi abu-abu itu membuat siapapun yang singgah merasa nyaman.
Getaran pemberitahuan dari ponselnya mengalihkan atensinya yang tengah lesehan bersandarkan ranjang. Hilal lantas meraba sakunya membawa benda pipih di dalamnya bersamanya. Pesan dari nomor asing membuat keningnya mengernyit. "Nomor siapa lagi ini?"
< 👤 +62815**** 📞➕ ミ
hilal?
Tunggu! dari mana orang itu mengetahui namanya? Hilal segera membalas pesan dari nomor asing tersebut.
< 👤 +62815**** 📞➕ ミ
Iya?
Siapa?gue alden, temen ken
ken bilang dia ada ajak lo main ke tempat kerjanya ya?
ini gue mau kesana katanya disuruh bareng sama lo
gimana?oh alden
boleh. namun aku belum bersiap
aku baru selesai bersih-bersihydah lo siap² dulu
gue tunggubaiklah
Seusai berkata demikian Hilal lekas membersihkan dirinya dari kotoran-kotoran yang menempel di kamar mandi. Mengguyur tubuhnya dengan air yang mengucur melalui shower.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Me and Destiny
Teen FictionBetween Me and Destiny Terkadang takdir tak selalu tepat dengan apa yang kita inginkan. Bukan. Bukan berarti kita harus membenci takdir yang telah ditetapkan. Kadang kala, kita memang diharuskan untuk berjuang demi mendapatkan sebongkah b...