10. pulang

190 130 75
                                    

welcome to the next part
🪐





happy reading

     Masih di tempat yang sama, mereka memandang Hilal dengan tatapan iba. Dengan tubuhnya yang kurus ia harus melawan banyak luka.

     Menyadari suatu hal, Hilal menahan senyumnya. Ia menatap alden juga Kamal secara bergantian seraya memberikan sebuah kode dengan lirikan matanya. Kamal yang memahami maksud adik sepupunya itu lantas turut menahan tawanya.

     Sedangkan Alden, dirinya langsung mengeluarkan suaranya. "He'ekheeeee, beda ya, Lal, Mal, kalo udah pasti, ga di mana pun dan kapan pun, nempel banget sampe ga lepas lepas," seloroh Alden.

     Keduanya serentak mengeluarkan kekehan kecil akibat tawa yang tertahan. Yang dibicarakan mengernyit kebingungan pasal apa yang mereka bicarakan. Menyadari sesuatu, Ken lantas menatap gadis yang sedari tadi ia genggam tangannya. Seketika dirinya melepas genggaman tersebut.

     Sedangkan Anora memalingkan wajahnya dari Ken guna menetralkan degup jantungnya untuk kembali normal. Dia sedikit berdeham untuk membuat keadaan seakan normal.

     "Apaan sih, Al."

     Ketiga lelaki itu spontan tergelak mendengar tanggapan Ken. "Apalah. Gue ngomong sama Hilal sama Kamal. Ga ngomong sama lo." Masih setia dengan tawa yang keluar memenuhi ruangan.

     "Udah malem." Ken melihat jam tangannya. "Gue sama Anora pulang dulu, ya, Lal. Cepet sembuh biar bisa balik," lanjut Ken.

     "Permisi." Ken dan Anora.

     Ken. Lelaki itu hendak mengantarkan gadisnya pulang. Di tengah nikmatnya Anora menikmati embusan angin malam, Suara Ken mengalihkan atensinya. "Ra."

     Anora menjawab dengan deheman kecil. "Hm?"

     "Soal barusan, gue minta maaf, ya. Pegang tangan lo tanpa izin," kata Ken langsung pada intinya.

     "Iya, gapapa."

     Setelahnya hening seketika.

     Hingga tiba di kediaman keluarga Anora. Rumah besar itu hanya berisikan dua orang saja. Figur pria yang sangat mereka kenali masih setia terduduk di kursi teras rumahnya dengan koran yang senantiasa dalam pegangan tangannya.

     "Assalamualaikum."

     Ayah Anora menjawab salam dari mereka. Dengan sopan mereka menyalami tangannya. "Duduk dulu, Ken," titahnya. Ken pun menuruti perkataan calon ayah mertuanya itu. "Nora, tolong buatin minum, ya, dua," katanya lagi. Tanpa keberatan Anora langsung melaksanakan permintaan ayahnya.

     Siang ini Hilal diberitahukan bahwa dirinya sudah bisa pulang ke rumah. Seperti yang diceritakan diawal, bahwa Sandra yang akan mengurus segalanya. Kini dirinya sedang berada di ruang administrasi untuk menyelesaikan semuanya.

     Setelah selesai, dia kembali ke ruangan Hilal untuk memberitahukan semuanya perihal biayanya. Hanya Sandra sendiri di sana. Kamal tidak bisa datang untuk menjemput sebab ada urusan. Sedangkan Ken dan Alden sudah pasti berkutat dengan pekerjaannya.

     "Ini total biaya perawatanmu selama di sini. Bayarnya di ruang administrasi, ya," beber Sandra memberi tahu.

     Hilal hanya mengangguk melihat nominal yang tertera pada lembaran kertas di tangannya. Selepasnya ia menggerakkan tangannya mengambil dompetnya yang berada di atas nakas. Syukurlah ada cash yang cukup di dalamnya.

Between Me and Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang