8. Cassandra Azkandya

171 144 57
                                    

welcome to the next part
🪐





happy reading


     Hilal merasa aneh selepas meminum minuman tersebut. Entah mengapa kepalanya tiba-tiba pusing tak karuan. Perutnya bergejolak bak terdapat sebuah ombak di dalamnya. Dalam sesaat Hilal terkapar lemah di tanah. Dirinya tak kuasa menahan rasa sakit di kepalanya. Hilal melantur tak sadarkan diri. Berjalan ke sana kemari dengan tubuh yang meliuk-liuk. Perutnya terasa panas. Namun gerakan tubuhnya sudah tak terkontrol. Hilal hilang kendali atas tubuhnya.

Mengapa tiba-tiba seperti itu?

     Sesaat kemudian gerombolan anak tadi mulai mendekat ke arah Hilal. Dengan angkuh mereka melangkahkan kakinya. Salah satu dari mereka mulai memegangi kedua tangan Hilal, menguncinya agar tak terlepas. Seorang yang lain memberikan sebuah pukulan yang mendarat mulus pada paras tampan Hilal. Satu orang sisanya menyaksikan puas tindakan tak terpuji di depannya.

     Tak hanya di wajah, ia juga melayangkan pukulannya pada perut Hilal. Saat hendak memberi hantaman lagi, kegiatannya terhenti karena suara seseorang yang sedari tadi hanya memandang. Seseorang yang bisa dibilang ketua sekaligus biang dari kekejian malam ini. "Stop!! Sisain buat gue." Tak berperasaan sekali.

     Tanpa banyak aba-aba, dirinya langsung menendang bagian perut Hilal hingga sang empu terjatuh. Dia juga menendang kepalanya. Belum selesai di sini, dia meletakkan kakinya di atas perut Hilal yang sudah tergeletak lemas tak berdaya. Entah sakit yang mana yang Hilal rasakan saat ini. Masih lanjut dengan aksinya, pukulan dilayangkan lagi dan lagi pada wajahnya yang telah penuh lebam. Jangan lupakan darah yang keluar dari mulutnya. Seluruh tubuhnya seakan telah penuh darah.

     Sudah puas mereka melakukan hal tak beretika tersebut, mereka lantas dengan lekas pergi meninggalkan sosok Hilal terlantar di jalan. Takut-takut akan ada yang menyaksikan aksi keji tak terpuji mereka. "Dah, ayo cabut."

     Kini hanya tersisa Hilal dengan motornya yang masih terparkir di tempat yang sama. Setengah sadar Hilal merintih merasakan sakit yang teramat sangat ini.

     Sungguh, siapa orang tak waras itu? Di mana rasa kemanusiaan mereka? Gila.

     Seorang gadis tengah berjalan menikmati malam. Ia melintasi jalan yang cukup sepi bahkan jarang dilewati. "Enak banget kalo jalan-jalan malem gini lewat sini. Tenang banget." Sejenak netranya menelisik sekitar, ia menangkap sesosok tubuh tergeletak di jalanan. "Eh, siapa itu?" tanyanya pada diri sendiri. Gadis itu lantas mendekat. Ia terkejut lantaran melihat banyak bercak darah di bajunya. "Oh laki-laki ... Astagfirullah, eh, kobisa sampe kayak gini? Dia abis di begal kah ya?" Tampak di sana lelaki itu telah hilang kesadaran. Pingsan.

     Gadis tersebut mengarahkan tangannya ke hidung si pria. Memastikan apakah lelaki tersebut masih bernapas atau tidak. "Eh, masih hidup ternyata." Tanpa banyak pikir gadis tersebut mengambil ponsel miliknya guna memanggil ambulance.

     Sedikit lama menunggu akhirnya petugas rumah sakit datang. Dengan segera mereka membawa tubuh Hilal, diletakkannya di atas brankar lalu dibawa ke dalam mobil ambulance. Gadis tersebut diminta untuk ikut ke rumah sakit sebagai wali atau anggota keluarga. dirinya juga diminta membawa sepeda motor milik Hilal. Walaupun pada dasarnya dirinya dan Hilal bukan siapa-siapa.

     "Untungnya aku sedikit bisa naik motor kayak gini." Perempuan itu lantas mulai menaiki motor milik Hilal dan langsung mengikuti laju mobil petugas.

     Hilal terbujur lemas diatas ranjang rumah sakit. Sesampainya di sana tadi, Hilal terbangun dari pingsannya. Namun kondisinya masih sangat lemah. Bahkan untuk membuka mata rasanya cukup berat. Kepalanya seakan ditusuk-tusuk jarum. Tubuhnya terasa berputar. Perutnya bagai terdapat api di dalamnya.

Between Me and Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang