8. Tidak Berperasaan

593 65 5
                                    

Kilian terdiam. Tidak tahu apa tepatnya yang harus dia katakan. Tiba-tiba merasa menyedihkan pada diri sendiri. Dia mencoba meyakinkan Bianca bahwa dia telah menjadi seseorang yang untuknya. Seseorang yang mencintai dan bersedia melakukan banyak hal. Sayangnya usahanya tampak tidak berharga bagi istrinya itu.

Kilian punya pengalaman yang besar, tentang pengorbanan atau mempersembahkan cinta yang kemudian hanya membuat pihaknya saja yang menderita. Namun dengan Bianca, rasanya berbeda dengan dulu.

Rumus cinta pertama Kilian adalah mengenal-->jatuh cinta-->ditolak+ dimanfaatkan. Dia bersedia dimanfaatkan atas nama cinta walau sudah ditolak oleh Evalina. Memintanya menikahi Bianca adalah penolakan yang meremehkan perasaan cintanya. Seolah dia seseorang yang mudah jatuh cinta. Cinta pertama Kilian bagai masa kelam dan bodoh, di matanya sendiri.

Tapi menurut orang lain mengapa kira-kira Kilian merasa penolakan Bianca berbeda juga lebih membuatnya menyedihkan? Alasannya adalah karena awalnya kehidupan cinta setelah menikah antara dia dan istrinya punya peluang besar untuk berhasil dengan perasaan tulus Bianca.

Kilian telah mengalami regresi sehingga dia ingin memperbaiki masa lalu sehingga dia dan Bianca bisa hidup bahagia selamanya sebagai suami-istri. Itu menjadi harapan dan mimpinya. Maka ketika kesempatan telah hilang, saat cinta Bianca sudah selesai dan impian terancam musnah, disitulah kesakitan muncul.

Dia adalah Grandduke Kilian Evantheon. Dia berkuasa dan kuat. Memiliki aspek yang harus dimiliki seorang pria kecuali bodoh dan buta karena wanita. Walau dia yang sekarang mencintai Bianca dan bukannya Evalina, Bianca yang sekarang adalah wanita yang berani bertengkar dengannya berbeda dengan Evalina yang selalu bersikap tidak berdaya lalu meminta sambil terlihat rapuh.

Dalam satu hari, dia bisa menjadi orang yang akan menyedihkan dan kadang dia akan jadi pria paling hangat dan menawan yang diinginkan banyak wanita, yang tidak mempan pada istriny. Bersama Bianca memunculkan bayangan masa depan yang tidak mudah. Dan dia hanya bisa menyalahkan diri.

"Biar Kaisar saja yang mengkhawatirkan bagaimana Selir Evalina makan, istriku. Dan tidak peduli bagaimana perasaanku terhadap selir di masa lalu, perasaan itu tidak pantas lagi diungkit di masa sekarang," sahut Kilian merespon perkataan Bianca sebelumnya.

Penjelasan atau perkataan baik yang dia ucapkan seperti bola menabrak dinding. Selalu memantul tidak diterima.

"Apa tidak keterlaluan membiarkannya di luar sana? Bagaimanapun dia selir Yang Mulia Kaisar."

Lihatlah, Bianca mengujinya lagi. Wajahnya menunjukkan bahwa alih-alih bertanya dia sedang memancingnya. Entah Kilian menerima selir Kaisar berkunjung ataupun tidak, semua akan dijadikan bahan oleh istrinya tercinta untuk bertengkar. Dia arus ekstra sabar dan menurunkan harga dirinya. Mengingat dia yang membuat istrinya menyerah pada pernikahan mereka.

Kilian menggeleng lalu menjelaskan dengan sabar. "Meski dia selir atau kaisar sekalipun, karena kita tidak menerima pemberitahuan jadi kita tidak melakukan kesalahan apapun. Istriku tidak perlu khawatir."

Dia berusaha menghilangkan kemuraman suasana hatinya, akan tetapi ada masa di mana ketidaksenangan tidak dapat disembunyikan. Bianca di sisi lain menunjukkan ekspresi jengah, menghela napas lelah serta memalingkan muka darinya.

"Aku tidak pernah mengatakan aku khawatir."

Kilian mengamati wajah istrinya kemudian menjatuhkan pandangannya ke makanan.

"Tidak bisakah kami memiliki waktu bersama yang lebih damai?" Dalam pikirannya Kilian bertanya-tanya.

Mereka tidak lagi mengatakan apa-apa.  Kilian juga manusia biasa yang bisa merasakan. Meski dia buta pada wanita yang dia cintai, bukan berarti dia tidak akan terluka sama sekali. Dia merasa sedang dipukul di dua sisi. Istrinya di meja makan, serta seseorang yang tidak dia lihat lagi di masa depan.

I Still Want A DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang