3. Makna lain yang terlarang

489 50 1
                                    

Kepala Bianca terasa sakit walau dia tidak dipukul di kepala. Dia menjambak rambutnya sendiri dan memejamkan mata sambil merenungkan sikap Kilian hari pagi ini. Kata-kata lembut yang memohon. Pengakuan cinta yang manis. Rayuan yang seperti kebohongan membuatnya cemas.

Bagaimana jika terjebak dalam pernikahan bersama Kilian hingga dia mati? Bianca ingin menangis meratapi kemalangan hidupnya.

Dia adalah putri Count Elyas yang berharga. Tapi berkat titah kaisar dan keabaikan Kilian, dia pun menjadi bunga layu tak sedap dilihat. Hantu tak kasat mata. Bahkan hantu mungkin lebih baik karena tidak dibenci dan bebas. Bianca tidak bisa bebas. Kebahagiaannya terbelenggu oleh cinta  bodohnya pada suaminya.

Andai dia tidak bersimpati. Andai dia tidak berusaha mengerti. Andai dia tidak dengan tangan terbuka menghiburnya malam itu, dia tidak akan terluka.

Setidaknya meski dia mati, hatinya baik-baik saja. Benar kata orang bijak kalau cinta memang tidak salah, tapi mencintai orang yang salah akan membawa malapetaka.

"Aku merasa tidak berdaya," gumamnya lemah. Lalu menertawakan diri sendiri. Perceraian akan mudah karena Kilian hanya peduli pada Evalina. Tapi dia tidak bisa menceraikan Kilian karena Kilian yang tidak setuju itu adalah grandduke.

Dia tidak bisa membuat pria itu marah atau membuatnya menyimpan dendam. Dan Kaisar akan tidak senang dengan perceraian mereka. Tanpa persetujuan Kilian, Bianca hanya akan terlihat seperti pembuat masalah atau orang yang tidak mensyukuri perhatian kaisar yang telah memilihkannya suami.

"Ini karena kaisar itu. Memangnya kenapa kalau belum punya anak? Mereka baru setahun menikah."

Ekspresi Bianca muram. Mungkinkah itu hanya alasan Wilhelm untuk memiliki wanita baru? Untuk bercerai hanya karena setahun menikah tanpa punya anak, rasanya sedih bagi wanita yang terusir itu.

Menyadari bahwa dia bersimpati lagi dengan mudahnya, Bianca menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Kau harus mengasihani hidupmu sendiri Bianca. Karena kau bodoh, kau terluka dan harus mengulang ketidakbahagiaan. Kau bahkan mati!"

Walau kematiannya murni bukan salah Kilian. Itu hanya karena kecelakaan kereta di mana mereka diserang perampok. Tapi itu tetap karena Kilian jika dia menyalahkan satu dua hal.

Kaisar mengusir istrinya karena menolak keberadaan selir sedangkan Kilian mengusir Kilian karena meracuni minuman Evalina hingga keguguran. Kilian marah besar hingga sebelum pergi pria itu bahkan mencekiknya.

"Dia tidak percaya padaku saat itu, bukankah seharusnya aku juga tidak mempercayainya agar kami adil?"

Bianca menyadari rupanya dia menyimpan kemarahan dalam hatinya.  Dia hanya manusia biasa yang memiliki emosi. Selain bercerai, dia ingin melenyapkan ketidakbahagiaan yang dia rasakan.

****

1 tahun sebelum regresi.

Pernikahan Grandduke Kilian Evantheon dan Nona Muda Bianca Elyas.

Pernikahan itu dilaksanakan di kuil kekaisaran. Dihadiri oleh Kaisar, serta beberapa bangsawan berstatus tinggi, termasuk pendeta yang akan mencatat dokumen pernikahan mereka. Hari ini Kilian berdiri bagaikan seorang pria yang didorong menghadapi monster tak terkalahkan sendirian.

Salah-salah orang akan berpikir dia menyerahkan dirinya untuk ditumbalkan pada sesuatu yang besar. Memang itulah kenyataannya. Dia tengah berkorban demi cintanya, demi Evalina yang saat ini tersenyum bak musim semi yang hangat.

"Jika kau sungguh mencintaiku, buktikanlah. Menikahlah dengan Nona Muda Bianca demi aku."

"Bagaimana kau bisa mengatakan itu padaku, Eve. Kau tahu betul perasaanku. Kaulah yang ingin kunikahi."

I Still Want A DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang