2. Beri aku kesempatan

682 56 0
                                    

Jika mencintai bisa membuat seseorang menderita pastilah cinta itu begitu besar. Dulu dia mungkin akan menangis bahagia karena perasaannya terbalas. Sekarang jangankan merasa bahagia, dia justru merasa geli dan menyedihkan mendengar pertanyaan serta pernyataan Kilian yang katanya menderita.

Rasanya dia ingin tertawa hampa.

Mereka menikah setahun.

Seharusnya masa itu terasa singkat namun ternyata begitu panjang karena kesepian serta pengabaian yang Kilian buat untuknya. Karena mereka tidak menikah karena cinta melainkan demi politik kekuasaan. Lebih tepatnya adalah pernikahan yang dipaksakan oleh Kaisar Wilhelm agar Kilian menikah dengannya alih-alih sempat menyatakan perasaan pada Avelina.

Evalina adalah putri Duke Grandiel yang memiliki kekuatan besar yang jika menikah dengan Kilian maka kekuatan keluarga kekaisaran akan melemah. Evalina sendiri adalah bunga sosial yang memimpin tren di kalangan bangsawan muda. Oleh karena itu Wilhelm mendekati Evalina lebih dulu dan membisikkan angin cinta padanya. Sementara Kilian dinikahkan dengan Bianca, nona muda kediaman Count yang tidak memiliki pengaruh.

Nona Muda Count Elyas yang tidak mampu mempertahankan putrinya untuk jadi bidak catur kaisar. Dia seperti diambil paksa dari keluarganya sementara ayahnya seperti putrinya dirampas tanpa mampu berbuat apa-apa.

Bianca dan keluarganyalah yang harus menelan pil pahit tapi harus pura-pura tersenyum dengan tegar. Mereka yang sebenarnya mengetahui perasaan tak terbalas Kilian pada Evalina merasa bahwa pernikahan Bianca tidak akan bahagia.

Dan apa yang mereka rasakan itu benar. Walau sudah menikah, cinta Kilian pada Evalina tidak kunjung padam dan malah semakin membesar. Persaingan cinta antara Grandduke dan Kaisar begitu terang-terangan hingga Kaisar menjadi pemenang, menikahi Evalina dan setelah waktu berlalu cukup lama Evalina belum kunjung memberinya seorang putra.

Kaisar Wilhelm memutuskan mengangkat beberapa selir, tetapi Evalina yang hanya mencintai Wilhelm menentang. Dia bersedia menerimanya jika statusnya di rumah jadi permaisuri, Wilhelm tidak menginginkan wanita yang tidak punya anak jadi permaisurinya.

Begitulah kemudian Evalina merasa kecewa dan berlari mencari kasih-sayang Kilian. Evalina akan selalu menjadi yang pertama bagi Kilian. Sedangkan Bianca hanyalah pion kaisar yang tidak begitu bernilai.

Di mata Kilian, Bianca hanyalah wanita yang dikirim Wilhelm untuk memasung kebebasan cintanya. Setelah sumpah pernikahan serta malam pertama di mana Bianca ditinggal sendirian, dia pikir dia hanyalah hantu tak terlihat di kediaman Grandduke. Keadaan itu seperti sebuah penghinaan panjang. Tapi anehnya dia bersimpati pada Kilian. Simpati mengerikan yang terlambat dihentikan hingga dia telah mencintainya.

Bagaimanapun juga mereka sudah terlanjur menikah. Dia mencoba memahami posisi pria itu. Yah. Sia-sia saja sebenarnya. Dia tidak mengerti kenapa Kilian yang saat ini berbeda.

"Kau akan baik-baik saja. Alih-alih menderita, kau akan benar-benar bebas mencintai Evalina. Dengan bercerai, kita akan mengurus perasaan kita masing-masing. Silakan kau urus kebahagiaan atau penderitaanmu sendiri, dan aku akan mengurus perasaanku sendiri.

Kata-kata dingin Bianca menegaskan ketidakpeduliannya. Mata yang penuh pengharapan dan cinta tidak ditemukan di sana. Lidahnya cukup kejam untuk melukai hati seseorang berkali-kali.

Tidak semua orang mudah dicintai seseorang, sehingga menghargai perasaan orang lain adalah hal yang layak dilakukan. Tapi entah mengapa hati Bianca sungguh dingin untuk pria yang saat ini memegangi kedua lengannya.

Di sisi lain Kilian tercengang oleh setiap kata-kata tajamnya. Bianca bukan orang yang mampu mengatakan hal-hal yang melukai dengan sengaja. Bianca adalah wanita yang lembut dan wanita yang selalu menyambutnya tidak peduli suasana hatinya sedang baik atau buruk ketika melihat sambutannya.

"Itu. tidak, benar. Aku tidak akan baik-baik saja, Bianca." Mata Kilian memerah entah karena marah atau karena dia menahan air mata.

Pria itu menariknya lebih dekat. Tarikan napas pria itu dalam dan seperti kesakitan. Menangkup wajahnya dan mendekatkan wajah mereka. Pria itu sedikit membungkuk. Dengan tatapan nanar dan suara gemetar dia berbicara padanya.

"Kau adalah hidupku. Satu-satunya cintaku. Cahaya dan kebahagiaanku. Satu-satunya istriku untuk selamanya."

Mata Bianca melebar karena terkejut. Dia semakin bingung pada kata-kata rayuan yang sama sekali bukan gaya Kilian yang selama ini dilakukan padanya. Kedengarannya menggelikan dan menjebak.

Bianca tiba-tiba merasa dia harus secepatnya bercerai sebelum kebohongan Kilian semakin parah. Dia takut pada Kilian yang seperti ini.

"Jangan bercanda!" geram Bianca. Berpura-pura tidak terpengaruh. Dia merinding. "Sungguh konyol!"

Bianca memberontak, mencoba melepaskan diri. Tapi Kilian tampaknya enggan melepaskannya dan bertekad untuk menahannya. Pria itu gigih.

"Berikan aku kesempatan.  Aku akan membuktikan bahwa aku sungguh-sungguh. Perkataanku bukanlah candaan, istriku."

Dia tidak melepaskan Bianca hingga wanita itu berhenti memberontak dan lebih tenang. Mungkin karena kelelahan.

Kilian meraih tangan kanan Bianca lalu meletakkannya di dadanya, sementara tangan lainnya dia tahan agar tak melepaskan diri.

"Maafkan aku. Selama ini aku telah mengabaikanmu. Aku lebih mengutamakan orang luar dalam pernikahan kita. Maafkan aku yang selama ini melihat pernikahan kita sebagai belenggu dan hal yang tidak menyenangkan. Aku terlambat menyadari betapa berharga keberadaanmu di sini, di rumah ini, serta di sampingku. Aku terlalu buta untuk melihatnya."

Bianca diam. Hari ini keinginannya untuk bercerai telah gagal. Semakin dia mendengar kekeraskepalaan Kilian, dia menyimpulkan dengan yakin, setidaknya selama sebulan dia akan tetap menjadi istri Kilian di rumah ini.

"Tapi seperti yang kukatakan, istriku. Aku mencintaimu dan tidak bisa hidup tanpamu. Jadi aku tidak akan menerima permintaan cerai. Meski aku mengabaikanmu sejak 6 bulan kita menikah, sekarang aku sudah menyesalinya dan akan berubah.

"Tolong beri aku kesempatan. Aku tidak akan membawa Evalina ke rumah ini apalagi ke kamarku seperti yang kau sebutkan. Aku akan menghormatimu dan tidak akan membiarkanmu melihat wanita lain datang."

Bohong. Kilian pasti berbohong. Dulu yang terjadi adalah persis seperti apa yang Bianca katakan. Kilian membawa Evalina ke rumah ini dan wanita itu tidur di kamar Kilian.

Bianca tertunduk lemah. Menyerah untuk hari ini. Kelelahan mendengar omong kosong Kilian. Dia mendadak merasa ada napas hangat yang mendekat dan ternyata itu adalah napas Kilian yang akan menciumnya. Dia dengan syok secara refleks mendorong Kilian dan menjerit.

"Lepas!"

Dia ketakutan dan ekspresinya terangkap oleh Kilian. Pria itu terlihat kecewa tetapi Bianca tidak peduli perasaannya. Wanita itu melarikan diri ke dalam kamarnya lalu menutup pintu dengan kencang hingga mengeluarkan suara.

Bam!

Bianca bernapas gusar. Dia menyisir rambut panjangnya yang indah ke belakang. Jantungnya berdegup dengan keras karena merasakan bahaya dan cemas akan sesuatu yang tidak dia ketahui.

"Mengapa Kilian jadi begitu?" Dia bergumam dan tubuhnya merosot bersandar di daun pintu.

I Still Want A DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang