10. Tempat Hatinya Bersandar

361 59 3
                                    

Kilian memalingkan muka dari Evalina dengan kerutan kening yang dalam. Emosi di dalam dirinya bak membentuk gelembung ke permukaan air. Dia hampir mendidih lalu meledak dari dalam.

"Aku tahu kita tidak selingkuh. Kau tidak mungkin menghianati Yang Mulia Kaisar. Lagipula, andai kau tertarik denganku mana mungkin kau menikah begitu cepat. Aku memahamimu dengan baik. Mana mungkin Yang Mulia datang karena mengingat perasaanku." Alih-alih menumpahkan emosi dia menenangkan Evalina, membenarkan perkataan wanita itu.

Mata Evalina melebar. Tercengang sesaat. Dia merasa bingung dengan perkataan Kilian, yang tidak menyalahkannya seperti Bianca akan tetapi terasa ada yang salah.

"A-apa?" Bukannya merasa lega, Evalina mulai menemukan sesuatu yang perlu dia bantah. Dan ketika menemukannya kelopak matanya terbuka lebih lebar lagi.

Dia meraih bagian pinggang kemeja Kilian dan maju selangkah. Hanya dengan satu gerakan, pria itu boleh memeluknya kalau pria itu mau.

"Kilian, a-aku bukannya tidak mengingatmu. A-aku sangat peduli denganmu, tapi aku tidak dapat berbuat apa-apa karena aku telah menikah dengan Wilhelm. Kau selalu ada dalam hatiku, selamanya. Kau tidak akan bisa digantikan."

Tidak akan bisa digantikan katanya? Apakah dia berpikir sebelum mengatakannya?

Kilian ingin tertawa. Dia menghela napas panjang, menyisir rambut coklat gelap miliknya ke belakang. Kemudian dia melihat Duke Grandiel yang tampaknya sengaja memberi waktu mereka untuk menyelesaikan masalah mereka berdua.

"Duke, pembicaraan kami telah selesai. Tolong bawa putrimu kembali ke istana. Wanita bersuami tidak boleh mengaku menyimpan perasaan pada pria lain selain suaminya."

"Ki-Kilian?!" tegur Evalina. Tidak terima Kilian menyebut tingkahnya seolah dia bersalah.

Duke Grandiel mendekat, sementara Kilian mulai berbalik. Tidak perlu melihat ke belakang. Evalina ingin mengejarnya namun Duke Grandiel menangkapnya dengan cepat dan membawanya ke dalam kereta.

"Ayah, lepaskan aku! Kilian bersikap aneh, Ayah! Dia itu milikku! Bahkan kalau dia menikah, separuh dirinya adalah milikku tidak peduli apakah dia menjadi dua bagian!" Evalina memberontak dengan suara keras. Meski di seret ke kereta kepalanya menoleh ke belakang menatap punggung Kilian yang menjauh.

"KILIAAN! PEGANG KATA-KATAMU! KAU ITU PRIAKU! KAU TIDAK BOLEH LUPA KALAU KAU MELAKUKAN SEGALANYA DEMI DIRIKU, BAHKAN PERNIKAHAN PALSUMU ITU, KILIAAAN!"

"BERHENTI! KENAPA KAU BERSIKAP SEPERTI ITU! AKU TAKKAN, HMPH!"

Duke Grandiel menutup mulut putrinya dengan tangan. Kali ini menarik putrinya lebih tegas. Mereka berhasil masuk ke dalam kereta dan kusir segera menjalankan kereta.

"Kau mempermalukan dirimu dan ayahmu sendiri, memalukan!"

"Ayah, Kilian telah berubah! Pasti wanita itu telah menggodanya!" Evalina tidak terima ayahnya menyebut keburukkannya. Tapi Duke Grandiel segera menegurnya.

"Bodoh! Meski dia mencintaimu dia tetaplah seorang pria. Dia bangsawan yang posisinya lebih tinggi dari ayahmu ini, menurutmu mengapa dia tidak akan menerima cinta saat kau bahkan tidak ada untuknya?"

"Kaisar bahkan menambah 3 selir. Untuk Kilian yang tidak mendapat cinta darimu, dia bisa mendapatkan cinta sebanyak itu juga apalagi dia punya istri yang jelas-jelas miliknya. Wanita miliknya.

"Jadi berhenti mengamuk seperti orang bodoh! Aku mengerti kalau kau mengamuk karena kaisar, tapi mengamuk karena Kilian, kau tidak masuk akal!"

Setelah diceramahi ayahnya, barulah Evalina tenang dan emosinya mulai mereda. Sementara itu Kilian melarikan diri menuju suatu tempat. Tidak masuk ke dalam rumah. Di halaman kediamannya yang luas, ada sebuah rumah terpisah yang kecil. Disitu dulu adalah tempat rahasia ibunya, yang konon leluhurnya adalah bangsa peri untuk mempelajari berbagai jenis mantra peri yang diturunkan turun temurun.

Berkat keberuntungan darah peri yang dia milikki, dia memiliki kemampuan memutar kembali waktu meski ada harga yang harus dibayar. Karena dia memutar waktu kembali ke enam bulan sebelum dia dan Bianca bercerai, maka harga yang harus dia bayar tidak terlalu besar. Dia hanya kehilangan seperempat dari kekuatan serta beberapa tahun usianya dimakan oleh mantra itu. Jika sesuatu yang buruk terjadi dan jika dia harus memutar waktu kembali, maka itu akan jadi yang terakhir. Umurnya akan diperpendek lebih jauh lagi.

Ini adalah rahasia keluarga Evantheon yang tidak diketahui siapapun bahkan kaisar demi mencegah kemunculan pihak yang ingin menggunakan kekuatan itu untuk kepentingan mereka. Kilian pikir dia takkan pernah menggunakan kekuatan itu sampai dia mati, tapi syukurlah kekuatan itu membawanya kembali pada Bianca. Dia tidak akan menyerah hanya karena pertengkaran yang digunakan untuk memancingnya untuk bercerai. Itu tidak sebanding dengan perasaannya.

****

"Selir Kaisar sudah pergi?"

"Benar, Nyonya."

"Baiklah, kau boleh pergi."

Kepala Pelayan membungkuk dengan sopan sebelum meninggalkan Bianca yang saat ini sedang berada di kantor Kilian. Dia siap memulai pertengkaran lebih lanjut. Ketika Kilian tidak kunjung muncul, dia pikir pria itu mengobrol lama dengan pujaan hatinya setelah sekian lama.

Tetapi Kepala Pelayan justru melapor bahwa Evalina telah pergi dan Kilian saat ini sedang berada di rumah terpisah milik mantan duchess. Dia tahu Kilian kadang mengunjungi tempat itu, di masa sebelum regresi dia melihat Kilian pergi ke tempat itu ketika Evalina akan menikah, sehari setelah Evalina tinggal di rumah ini dan setelah mengetahui kabar kalau wanita itu hamil.

Bianca mengangkat salah satu sudut mulutnya. Menertawakan apa yang telah terjadi. Kilian tidak ingin bercerai dan Evalina tidak diterima tinggal di kediaman Evantheon. Kira-kira kenapa perlakuan dan keputusan pria itu berbeda dengan sebelumnya?

Dia menunggu Kilian kembali ke ruangan ini. Pelayan berinisiatif membawakannya teh dan kue yang menemani waktunya agar tidak merasa bosan. Bianca berterimakasih. Sejak kemarin, melihat betapa Kilian tidak ingin bercerai darinya perlakuan pelayan di rumah ini jadi lebih ramah, walau biasanya mereka tetap bekerja dengan baik.

Tidak terasa sudah lama dia menunggu. Sinar matahari mulai meninggi dan terasa hangat, masuk melalui jendela kantor Kilian. Bianca penasaran di mana surat cerai yang dia kirimkan lewat kepala pelayan berada. Gara-gara kemunculan Evalina dan tindakan Kilian yang berbeda, dia sejenak melupakan keberadaan surat itu.

"Hmm, siapa yang menyangka kalau surat cerai akan robek jadi beberapa bagian dan berakhir di tempat sampah," batin Bianca. Memandangi potongan-potongan surat cerai di samping meja kerja Kilian.

Dia terpaksa harus membuatnya lagi. Bianca mendongak merasakan seseorang telah masuk ke dalam kantor. Kilian tiba dengan raut wajah yang kusut. Begitu melihat wajah Bianca ekspresinya melembut. Memperhatikan istrinya, Kilian dengan  lembut bertanya kenapa dia terlihat kesal.

"Aku melihat sesuatu di tempat sampah!" ujar Bianca sebelum Kilian bertanya. Kilian menghampirinya, jadi dia bergegas melewati pria itu. Langkahnya terhenti ketika pria itu menahan lengannya.

"Itu karena aku tidak akan pernah menyetujui perceraian. Yang kuinginkan adalah terus bersamamu hingga anak-anak kita besar, kemudian melihat mereka menikah dan kita lalu menua bersama," Kilian mengatakan hal-hal yang terdengar menggelikan dengan lancar. Bianca meringis seraya menatapnya seolah dia sudah gila.

Kilian tidak tersinggung. Dia membalas tatapannya dengan lekat. Seolah ingin Bianca melihat perasaannya. Dulu, setelah Bianca meninggal, Kilian membayangkan kebahagiaan mereka meski itu akhirnya hanya membuatnya semakin menderita.

Perasaannya yang begitu jelas dengan mudah tertangkap, namun Bianca yang menolaknya segera memalingkan muka. Kilian yang sudah emosional sejak pagi memang tetap lembut tapi nampaknya sangat membutuhkan kehadiran sandaran.

Dia maju lebih dekat pada Bianca yang menolak keberadaan perasaannya. Saat Bianca mencoba menjauh wanita itu sudah terlambat. Meski memberontak Kilian telah memeluknya.

"Biarkan aku bersandar seperti ini sebentar saja. "

I Still Want A DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang