Under the influence

3 1 0
                                    

Baru sampai didepan pintu kamar Kayn tiba-tiba Yuta melakukan telepati kepada Ken.

Ken, lo dimana? Ada yang mau diomongin. Gue tunggu ditaman depan. Panggil Yuta menggunakan panggilan yang sering digunakan Kayano karena hubungan mereka sudah dekat.

Oke sebentar. Balas Ken.

"Maaf Kayn aku harus pergi sekarang." Ucap Ken.

"Pergi saja." Jawab Kayn singkat.

"Oteyh." Balas Ken dengan wajah jutek.

Lalu Ken pergi menemui Yuta ditaman yang sudah menunggunya. Ia ditemani para pengawalnya seperti biasa. Ken selalu membawa pengawal kemanapun ia pergi, sebab itu sudah seperti kewajiban baginya, untuk menambah wibawa dan demi keselamatannya. Ken sering sekali hampir dirampok orang, dimanapun ia berada.

"Hai, Yuta Rafael, ada apa gerangan kau memanggilku kesini?" Tanya Ken sesampainya ditaman tempat Yuta menunggunya.

"Untuk syuting besok aku tidak bisa datang karena ada acara keluarga, jadi untuk sementara naskahnya diganti dan didalamnya kau akan bermain, cuma sampai aku kembali melakukan syuting lagi." Jelas Yuta.

"Oh, baiklah. Kau membawa naskahnya?"

"Ini, aku membawanya." Yuta memberikan naskah untuk syuting Ken besok.

"Terimakasih banyak." Lalu mereka berdua berpisah dan Ken kembali masuk kerumahnya. Ia duduk disofa lalu membaca naskahnya.

"Aduh, soal ekspresi aku kurang bagus, sepertinya aku harus minta Kayn mengajariku soal ini." Ken beranjak pergi kekamar Kayn.

Sesampainya dikamar Kayano.

Tok tok

Ken dengan sopan santunnya yang tinggi mengetuk pintu dahulu. Selama ia tinggal bersama Kayano ia tidak pernah melihat kamar Kayano sama sekali. Meskipun setiap hari ia mencorat-coret kamar Kayano menggunakan bakatnya.

Cklek

Kayano muncul dari balik pintu, terlihat ia menggunakan baju tidur kesukaannya yaitu beruang coklat. Kayano terkejut ternyata Ken datang lagi kekamarnya. Ia bingung harus membolehkan Ken masuk kekamarnya atau tidak.

"Aku perlu diajarkan cara mengeluarkan ekspresi pada wajah untuk syuting besok, aku tunggu diruang tamu." Ken paham wajah tidak mengenakkan yang ditunjukkan Kayano, jadi ia mengalah padahal ia sangat ingin tahu kamar perempuan itu seperti apa.

Kayano baru ingat naskah drama untuk besok diganti oleh sutradara, dan Ken ikut syuting didalamnya. Ia menjadi sangat antusias sekarang, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya dan matanya yang berbinar-binar.

"Baik, Ken. Kau duluan saja, aku harus mengganti baju terlebih dahulu." Kayano segera menutup pintu tanpa menunggu balasan dari Ken, lalu segera mencari baju yang ternyaman.

"Baiklah, Kayn." Ken pergi dengan para pengawalnya keruang tengah lalu duduk menunggu Kayano datang.

Tidak lama Kayano muncul dengan baju daster lengan panjang dan duduk disebelah Lawliet. Kayano membaca naskah sebentar dan mulai berpikir ekspresi apa saja yang harus diajarkan sesuai dengan isi naskah tersebut.

"Wah! Hebat sekali Ken, dalam satu naskah sudah terdapat semua ekspresi, sepertinya sutradara ingin mengambil keuntungan sebesar-besarnya." Jelas Kayano.

"Oke, untuk dialog pertama ekspresiku harus seperti apa?" Tanya Ken.

"Untuk awal-awal kau tidak perlu ekspresi yang terlalu sulit, kau hanya berekspresi sesuai dengan dialognya saja. Nanti ketika kau sudah dibagian yang marah, maka kau harus menunjukkan ekspresi seperti orang marah sungguhan." Kayano menjelaskan dengan penjelasan yang paling mudah untuk dimengerti.

"Coba contohkan ekspresi marah, Kayn." Pinta Ken.

"Apa selama ini kau tidak pernah marah?" Kayano bingung, kalau ia pikir-pikir juga semua yang dilakukan oleh saudaranya itu tidak ada yang mencolok kecuali bakatnya.

"Emm, tidak." Jawab Ken apa adanya.

"Wah bagus sekali, seperti bukan manusia pada umumnya." Kayano berbicara seperti itu seolah hal itu adalah hal lumrah. Ken memang tidak seperti manusia pada umumnya, pikir Kayn. Ada sesuatu yang misterius melekat pada Lawliet dan Kayano sendiri tidak tahu apa itu.

Kayano menunjukkan ekspresi marah versi dirinya, lalu bertanya apa Lawliet bisa mengikutinya. Tidak disangka oleh Kayano sama sekali, Lawliet bahkan lebih baik dalam melakukannya akan tetapi tidak ada aura kemarahan sama sekali.

"Kau mungkin harus sedikit lebih menggunakan emosimu Ken dalam berekspresi, tapi ekspresi marahmu barusan sudah sangat bagus." Saran sekaligus pujian dari Kayano untuk Lawliet.

"Baiklah, aku coba ya." Lawliet mulai mencoba untuk marah sambil mengeluarkan ekspresi, bagus sekali. Akan tetapi ada yang aneh, ada apa dengan Kayano? Lawliet sama sekali tidak mengerti.

Kayano tiba-tiba berlari dan bersembunyi dibalik sofa, dan ketika Lawliet mengeceknya ia sedang sujud sambil berucap sesuatu seperti orang yang sangat ketakutan.

"Tolong...Ampuni aku...Tolong
..." Ucap Kayano sambil bersujud kearah Lawliet.

"Kayn..." Panggil Lawliet dan berhasil membuat Kayano kembali tersadar.

Kayano melirik kearah Lawliet lalu kaget dengan apa yang sedang dilakukannya sekarang. Aneh sekali menurutnya, ia merasa nyawanya sedang diujung tanduk dan akan diberi suatu ganjaran ketika melihat Lawliet marah. Ketika ia mengecek para bodyguard juga telah pergi semua entah kemana.

"Apa aku terlalu berlebihan?" Tanya Ken kurang enak karena melihat badan Kayano yang masih gemetar.

"Oh, tidak kok, barusan sangat bagus. Tapi kenapa hawanya jadi sangat berat, bukan seperti orang marah, tetapi seperti dunia akan kiamat." Tanya Kayano yang sudah kembali duduk disamping Lawliet.

"Oleh sebab itu aku dari dulu suka menahan emosiku." Jelas Lawliet.

"Jadi kau selama ini tidak pernah berekspresi? Kau harus berekspresi, itu adalah hal lumrah yang dilakukan oleh manusia. Itu juga bisa menghindari stres." Jelas Kayano khawatir.

"Tapi kau merasakan getarannya kan?" Tanya Lawliet kembali.

"Ya, tapi aku bisa menahan itu." Jawab Kayano.

"Thank you, Kayn." Balas Lawliet dengan senyuman, tapi ada sedikit yang berbeda dari senyuman Lawliet saat ini menurut Kayano. Lawliet terlihat sedikit lebih hidup dan bercahaya. Ia pertama kali melihat Lawliet dengan aura seterang itu. Malaikat atau manusia? Kayano tidak terlalu yakin.

Kayano berpikir sepertinya syuting episode tambahan drama Destiny Love besok akan sangat bagus. Meskipun cuma filler pasti para penonton sudah sangat menantikannya. Kayano juga menjadi sangat antusias ingin melihat Lawliet masuk kelayar lebar.

Ia sudah membayangkan wajah Ken akan masuk kemajalah dan dipajang dimana-mana. Itu sangat keren menurutnya. Ia tidak sabar dunia mengetahui wajah seorang Ken Lawliet Naviatan.

Jenius LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang