chapter 3

90 37 122
                                    

Malam hari kini telah tiba. Rinjani membaringkan dirinya di atas sofa ruang tamu. Ibunya sedang pergi dan gadis itu hanya sendiri di sana. Di bukanya jendela, menikmati angin yang berembus menerpa wajah Rinjani.

Rinjani menghela napas pelan. Ia mengambil handphone dari nakas di sampingnya dengan cepat. Jari jemarinya menari di atas layar, membuka sebuah pesan yang belum sempat ia balas.

Hai, how's your day? apa ada yang mau kamu ceritain?

Tanpa di sadari, Rinjani menekan tombol telepon yang tertera di pojok kanan paling atas. Mulutnya melengkung membentuk senyuman.

Calling...

Eh, kok? ucapnya spontan dalam hati. Rinjani melongo dengan apa yang ia lakukan, rasanya ia ingin memaki-maki dirinya sendiri.

"Hallo?"

"E-eh, sorry barusan gak sengaja kepencet. Maaf..." ucap Rinjani terbata-bata.

"Gapapa. Lain kali pencet lagi aja, ya?" jawab Sagara terdengar dengan kekehan kecil dari mulutnya.

Rinjani berdecak kesal. "Dih, aku gak mau! lagian orang tadi emang beneran gak sengaja kok. Gak percayaan banget jadi orang!" sahut Rinjani dengan intonasi yang sedikit tinggi.

Laki-laki itu tertawa pelan. "Ampun, deh. Baru aja mulai aku udah kena semburan kamu."

"Di kira aku naga kali, ya? pake nyembur kamu segala," balas Rinjani sembari beranjak pergi dari ruang tamu, sebelumnya tidak lupa untuk menutup kembali jendela.

"Bisa jadi, kamu galak soalnya. Kamu mau kemana itu?" tanya Sagara.

"Galak dari mananya, orang aku lagi kesel doang. Kenapa si pengen tau banget kayanya?" Rinjani kembali ke dalam kamar, dengan membawa guling di dekapannya.

"Tuh, kan. Nanya begitu doang aku malah di tanya balik sama kamu. Kenapa belum bobo, hm?" Suara Sagara terdengar lembut.

"Aku belum mau. Sendirian juga di rumah, Ibu lagi ke luar, gak tau kemana," ucap Rinjani santai.

"Kasian di tinggal sendiri sama Ibunya. Kamu takut tidak?" tanya Sagara.

"Kalopun aku takut, emang ada urusannya sama kamu?" tanya balik Rinjani.

"Ada. Aku mau nemenin kamu," jawab Sagara.

"Huh! Dasar buaya darat," ucap Rinjani malas.

"Sembarangan. Naga tidak boleh berbicara seperti itu, ya..."

"Naga-naga! aku juga punya nama kali," sahut Rinjani.

"So, what's your name?"

Rinjani memperkenalkan dirinya. "Nama aku Rinjani Liani Rembulan. Panggil aja aku Rinjani."

Sagara mengembangkan senyuman. "Nama yang cantik, tentu seperti orangnya."

"Terimakasih untuk itu. Umhh Harya?"

"Sagara. Panggil aja aku Sagara," jawab Sagara singkat.

"Kenapa? Apa kamu tidak suka di panggil Harya?" tanya Rinjani.

"Mau manggil aku sayang juga boleh banget, kok," kekeh Sagara.

"Sinting!"

"Haha... by the way kenapa kamu main aplikasi ini?" tanya Sagara.

"Nyari someone to talk aja si, itu pun kalo emang lagi mood," jawab Rinjani.

"Kurang lebih kita sama. Jangan nyari lagi, ya? Kan ada aku sekarang. Gimana tadi di sekolah?"

akaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang