Rinjani dan Kia kini memutuskan untuk berjalan kaki setelah sepulang sekolah. Ocehan-ocehan yang Kia lontarkan terdengar sedikit menganggu di pendengaran Rinjani.
"Kata aku juga apa, udahlah jangan ngerespon dia lagi. Lagian gak jelas banget nyari cowok kok di tele," cibir Kia sembari menampakan wajah kesalnya.
"Ish, aku bukan nyari cowok, ya. Emang gak sengaja aja kecantol sama dia," bantah Rinjani.
Kia menempelkan punggung tangannya di kening Rinjani. "Kamu sehat? Barusan bilang apa? Kamu kecantol sama dia. Secara gak sadar kamu emang mengakui kalo kamu suka sama dia," ucap Kia malas.
"Ya emang suka, siapa yang bilang gak suka?" Kia yang mendengarnya pun hanya menunjukan eksperesi seolah-olah dia muak.
"Tuh kan. Coba sekarang dia ngebales chat kamu yang semalam gak? Bego banget, mau aja nungguin dia sampe jam satu. Ketiduran juga kan akhirnya. Mending udah nanti mah tidur dari awal, ya... kalo gak mabar roblox sama aku," ucap Kia sembari menggenggam jari jemari Rinjani untuk menyebrang jalan.
"Dia cuman read chat aku yang semalam. Mungkin aja dia capek jadinya dia lupa bales chat aku. Semalam dia juga bilang belum pernah ngobrol senyaman itu sama cewek lain. Kecuali sama aku," ucap Rinjani sembari melihat-liat ke arah di sekitarannya.
"Eh sebentar, kenapa malah nyebrang? Kita kan tinggal nunggu angkot di pertigaan depan. Kamu mau ngajak aku kemana dulu?" Rinjani menarik ransel Kia ke belakang.
"Mau beli jus di depan sekolahnya Kenzo. Kamu mau anter aku kan?"
"Kenapa harus depan sekolah dia? Di kantin aja tukang jus ada tuh," ucap Rinjani.
"Sekalian kita mau ketemu. Kata dia ajak kamu juga," ucap Kia santai.
Rinjani mengangguk paham. "Oh. Yaudah sebentar lagi juga nyampe, Kenzo nunggu dimana?"
"Nah itu Kenzo," sahut Kia sembari menunjuk ke arah Kenzo yang kini sekarang perlahan berjalan ke arah mereka.
Kenzo mengembangkan senyuman. "Hai Rinjani," sapanya.
"Hai Kenzo, apa kabar?" Rinjani membalas senyuman Kenzo.
"Akhirnya kita ketemu lagi. Aku baik seperti yang kamu lihat saat ini," jawab Kenzo sembari memposisikan dirinya di samping Rinjani.
Kia memutar kedua bola matanya. "Alah, muak banget liat maneh genit. Kenzo buruan ke sana sebelum penuh sama pembeli lain."
"Tenang aja. Nanti aku yang atur, lagian Bibinya juga udah deket lah sama aku. Aku kedipin juga langsung jadi," ucap Kenzo sembari menaik turunkan alisnya lalu mengedipkan sebelah matanya.
Kia sedikit mencubit lengan Kenzo."So kecakepan banget si, dasar belut sawah!"
"Lah emang cakep, masalah? Kamu tuh muka kaya pantat wajan aja bawel banget, " sahut Kenzo.
Kia cemberut. Dia memberhentikan langkah dengan hentakan di kakinya. "Rinjani, puter balik. Gak jadi beli jus, dia rese banget!" cibirnya sembari melipat kedua lengannya di depan dada.
"Ish, udah jauh ini. Lagian liat cuman tinggal beberapa langkah lagi, masa mau puter balik gitu aja si," keluh Rinjani sembari menarik paksa tangan Kia.
"Rinjani aja berpihak ke aku bukan ke kamu, wlee!" Kenzo menjulurkan lidahnya.
"Rinjani, lihat diaaaa!"
"Udah! Gak malu apa, banyak orang ini. Kamu juga Kenzo, jangan terus ngusilin Kia. Berisik tau!" Rinjani sedikit meninggikan suara, lalu berjalan mendahului mereka.
"I-iya maaf," ucap Kia dan Kenzo secara bersamaan.
Setelah sampai, mereka segera pesan minuman sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Di mulai dari Kenzo yang memesan jus jambu, Kia memesan jus pisang dan juga Rinjani yang memesan jus alpukat kesukaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
akara
Ficção AdolescenteJika setiap pertemuan seseorang akan berakhir dengan perpisahan, akankah kisahku dengannya sama dengan kisah orang lain di luaran sana? Meskipun perpisahan itu sudah menjadi hal yang biasa, semoga kita tidak pernah mengalaminya. Tuhan, aku tahu dia...