ਏਓ⠀࣪𓈒 Tujuhbelas

464 45 15
                                    

Bisa update sore-sore nih, akhirnyaa. Kalo aku mood, aku bakal kebut dan update lagi nanti malam. Tapi aku nggak janji, ya.

Aku lagi sambil curi-curi waktu kerja, nih. Jadi chapter ini juga nggak sepanjang sebelumnya. Tapi semoga kalian puas!

Isabella mengenal Airysia Princessa Fraulens saat umur 12 tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Isabella mengenal Airysia Princessa Fraulens saat umur 12 tahun. Titelnya saat itu menjadi murid pindahan. Airys di matanya adalah gadis cantik paling beruntung. Meski terkesan cuek dan dingin, semua orang mengenal Airys sebagai keturunan Dewi Aphrodite.

Tidak ada satu hari pun yang terlewat tanpa Isabella mendengar pujian dan decak kagum orang-orang untuk Airys. Putri bungsu Fraulens selalu menjadi nomor satu, selalu tampil luar biasa. Ada saat di mana Isabella disandingkan dengan Airys. Menjadi finalists duta genre untuk maju ke tingkat nasional. Tetapi, dibanding Airys yang dielu-elukan dan dibilang lebih pantas, orang-orang justru menatap Isabella sebelah mata.

Kepercayaannya mati oleh celaan demi celaan yang Isabella terima. Ia menjadi gadis pesimis dan perlahan tumbuh rasa iri juga dendam. Isabella sebelumnya adalah gadis yang selalu di jadikan pusat perhatian. Selalu di nomor satukan. Tapi semenjak Airys hadir dalam hidupnya, semua mendadak lebur.

Histrionic personality disorder (HPD), salah satu syndrome yang tumbuh akibat terbiasa menjadi pusat perhatian. Lantas dalam pandangan Isabella, Airys datang merenggut segalanya. Merebut perhatian orang juga pujian-pujian yang terbiasa Isabella terima. Rasa iri hati dan dendam dalam diri Isabella pelan menguasai dan mengendalikan diri gadis itu.

Bertemu dengan Airys adalah satu hal yang sebelumnya tidak pernah muncul dalam pikiran Isabella. Menemukan karakter gadis itu yang makin dingin dan keras, terutama saat mendengar mengenai Nadila, Isabella mendadak merasakan kemenangan ada di depan mata.

Menurutnya, Airys harus hancur. Airys tidak boleh mendapat pujian. Tidak ada satu pun yang boleh menerima Airys. Semua orang harus membenci gadis itu. Ya, membencinya sampai-sampai membuat Airys merasa hidup bagaikan di neraka.

Maka ketika nama Airys lagi-lagi menjadi yang paling dibenci, hati Isabella terasa ditumbuhi bunga-bunga dan saling bermekaran. Bibirnya tidak berhenti tersenyum. Kendati saat tiba di HIS, wajahnya akan kembali memasuki skenario, bersandiwara seolah kesedihan selalu melendot di kelopak matanya.

"Gue udah lihat kejadian di kolam renang, Sa! Lo kok bisa, sih, kuat ngadepin iblis kaya Airys?"

"Sa, semua berpihak sama lo. Biarpun Airys anak pemilik sekolah, tapi gue yakin Airys bakal dapat karma," bahunya ditepuk kecil. "Bahkan orang-orang banyak yang speak up dan ngehujat Airys di medsos."

"Isa, lo nggak apa-apa, kan? Gue salut banget sama lo, lo udah dijahatin sama Airys tapi lo masih bertahan di sini." Isabella tersenyum tipis, merespon sekadarnya. Gadis itu berterima kasih dan melanjutkan jalannya menuju kelas.

ANTAGONISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang