1. Satu

29K 1.7K 128
                                    

Cinta mencoba menikmati pemandangan malam yang membosankan dari balik kaca jendela mobil Range Rover Sport. Mobil milik sang dosen muda tampan yang telah membuat jantungnya selalu berdetak abnormal. Jangan heran, mengapa Cinta bisa mengetahui merek dari mobil mewah itu. Dulu, ia pernah memiliki mobil semewah ini. Ia tak tahu seberapa kaya lelaki yang duduk di kursi kemudi di sebelahnya itu. Lelaki yang sudah memenangkan acara lelang konyol itu. Lelaki yang sama, lelaki yang telah membuat mood paginya hari ini berantakan. Lelaki yang ternyata menjadi dosen pengganti Pak Hotman, dosen yang membius para mahasiswinya menjadi kehabisan oksigen dengan ketampanannya. Raka Bagaskara.

Sedari tadi tak ada percakapan di antara mereka. Entah kemana Raka akan membawa Cinta pergi. Cinta sangat was-was kali ini. Ada sedikit rasa takut yang menjalar di sekujur tubuhnya. Raka sangat fokus dengan benda bundar yang berada pada genggaman tangannya itu. Cinta mengakui bahwa Raka lelaki yang tampan. Ralat, amat sangat tampan. Bohong, jika Cinta tidak tertarik kepada Raka. Hanya wanita abnormal yang akan menolak pesona ketampanan lelaki itu.

“Bapak mau membawa saya kemana?” sungut Cinta kesal.

Sedari tadi Cinta merasa seperti orang yang sedang menumpang dan tak diacuhkan oleh Raka. Kedua mata Raka masih fokus menatap ke depan.

“Nanti kamu juga tahu,” jawab Raka datar.

“Hah! Jawaban yang sangat abstrak.” Cinta menggerutu di dalam hati.

Cinta menghela napasnya, lantas mengembuskannya dengan perlahan. Kemudian ia mengangkat tangan kirinya. Melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Pukul dua belas malam. Ia sudah tak sabar untuk menyambut sang mentari bersinar kali ini.

Kedua mata Cinta melebar. Ia terkejut saat mobil mewah Raka mulai memasuki sebuah area apartemen yang super mewah. Helaan napasnya berembus. Ada rasa getir saat ia harus kembali ke tempat itu. Sebuah tempat yang sempat membuat hidupnya merasa sangat nyaman. Dan dalam waktu singkat, sebuah tragedi yang tak terduga telah memusnahkan kehidupan ternyamannya saat itu.

Cinta menoleh ke samping. Memandang lelaki yang berada di kursi kemudi ketika sedang memarkirkan mobil mewahnya.  Raka turun terlebih dahulu. Kemudian membukakan pintu mobilnya untuk Cinta. Mereka berdua berjalan beriringan. Darah Cinta berdesir saat tangan Raka menggandeng tangannya dengan erat. Detak jantungnya pun sudah melonjak-lonjak tak menentu.

“Ya salam! Semoga jantungku terselamatkan. Kinerjanya sudah diambang normal seharian ini. Oh God!” Lagi-lagi Cinta membatin.

Cinta menatap Raka dari samping, kemudian kedua matanya turun menatap jemari tangannya yang digenggam erat oleh Raka. Ada sepercik kehangatan yang dirasakannya saat ini. Perasaan yang sudah lama tak pernah dirasakannya. Kepalanya menggeleng. Ia menepis perasaan anehnya kembali. Ia tak boleh terbawa perasaan dengan pekerjaannya kali ini. Itu adalah  pantangan untuknya.

Raka tersenyum dalam hati. Keinginannya selama ini bisa juga terlaksana. Ia tidak peduli jika wanita yang selama ini memenuhi hatinya itu akan bersikap tak acuh kepadanya. Malam ini, ia harus menjadikan Cinta menjadi miliknya. Ia tak akan membiarkan Cinta menjauh darinya. Tidak akan.

“Maaf Pak, tangannya bisa dilepas nggak?” tanya Cinta yang membuat Raka menoleh ke arahnya.

Raka memasang wajah sedatar mungkin, tanpa senyum. Menatap Cinta dengan tatapan tajam bak elangnya. Ia tak ingin wanitanya mendengar detak jantungnya yang sedang heboh di dalam sana.

“Nggak! Nanti kamu kabur,” sahut Raka singkat.

Cinta mendengus kesal. Hal itu memang sempat terbesit di otaknya.

“Sial!” Cinta mengumpat kesal di dalam hati.

Mereka berdua memasuki sebuah lift. Tangan kanan Raka sama sekali tidak melepaskan gandengan tangannya kepada Cinta. Raka menekan angka lima belas. Hanya dalam beberapa menit, mereka berdua sampai di lantai yang dituju.

DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang