Prolog

533 42 8
                                    

🏍️

Bel pulang berbunyi lebih awal dari biasanya. Semua murid berbondong keluar dari kelas masing-masing menyisakan para murid kelas 12 yang masih harus menunggu pengumuman dari wali kelas. Celo mendengus bosan sembari memainkan pulpennya.

"Kenapa lama sekali? Di mana pak Taki? Gue bosen pengen pulang!" gerutu Celo sebal kepada wali kelasnya yang tak kunjung datang.

Matanya menatap ke luar jendela di mana kelas sebelah sudah di pulangkan lebih dulu setelah mendapat pemberitahuan dari wali kelas mereka. Ramzi terkekeh kecil mendengar gerutuan teman sebangkunya.

"Sabar, bentar lagi ketua kelas bagiin surat pemberitahuan nya. Pak Taki ada keperluan mendadak gak bisa ngasih," sahut Ramzi.

"Hey boys!"

Sapaan ramah itu terdengar. Celo menoleh mendapati Kasa datang ke kelas mereka. Pemuda itu berjalan menghampiri kedua temannya yang duduk di barisan paling belakang itu dengan senyum sumringah.

"Sumringah bener tu muka," sindir Celo sinis.

Kekesalannya tidak bisa dia tahan lagi. Sudahlah kesal kepada wali kelasnya yang pulang duluan, ketua kelasnya yang belum juga datang dan sekarang Kasa datang dengan senyum yang menurutnya menjengkelkan.

"Sensi bener. Gue ada kabar kalau ada yang nantang Daniel malem Minggu besok, ikut gak lo berdua?" tawar Kasa.

Mendengar itu, Ramzi langsung menyetujuinya dengan semangat. Begitu juga Celo yang tadinya lesu sekarang menjadi semangat mendengar kabar dari Kasa. Mereka memang selalu antusias ketika di ajak balap liar.

Selain suasananya yang menarik, hadiah taruhan yang di berikan tidak kalah menggiurkan.

"Ikutlah! Ya kali kagak, kapan lagi anjir lihat kuda Nil mau balapan," seru Celo tidak sabar.

Ramzi mengangguk. "Gue yakin taruhannya kagak main-main sih sampe tu anak terima tantangannya," timpalnya.

Hal itu membuat ketiganya tertawa kecil mengingat Daniel yang selalu pemilih dalam menerima ajakan balap. Kalau hadiah taruhan itu tidak menarik baginya, maka dia menolaknya secara cuma-cuma.

"Sebenernya si Ujang gak bilang hadiah taruhannya apa, tapi Daniel bilang dia lagi butuh hiburan. Jadi di terima aja sama dia," cerita Kasa.

"Oh, ya." Sebuah surat pemberitahuan terulur. "Pemberitahuannya cuma nanti angkatan kita di kasih libur 3 bulan sebelum simulasi ujian kelulusan, terus itu juga ada pemberitahuan lomba basket bulan besok," sambung Kasa memberitahu kedua temannya.

Celo membaca sebentar surat pemberitahuan itu sebelum akhirnya melemparkannya ke wajah Ramzi. "Sialan! Gue capek-capek nunggu taunya cuma itu pemberitahuannya?! Tau gitu gue cabut daritadi!" umpatnya lalu berjalan pergi sembari menggendong tas ranselnya untuk pulang.

Ramzi dan Kasa hanya menggeleng pelan melihat tingkah tantrum Celo. Memang pemuda itu mudah sekali marah, tidak beda jauh dengan Daniel.

🏍️

"Taruh mana?"

"Di rak barisan kedua."

Pemuda tinggi itu segera meletakkan kotak berisi tape video ke rak yang di maksud. Kemudian berjalan kembali mendekati Ayana yang tengah sibuk mengerjakan proposalnya.

Prize! [RORASA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang