05

1.7K 222 13
                                        

Alberu dan Daren kini kembali ke kamar dengan Daren meletakkan kepalanya di pangkuan Alberu dan membenamkan wajahnya di perutnya.

Salah satu tangan Alberu bermain lembut dengan rambut merah Daren dan tangan lainnya memegang tangan Daren.

Daren akhirnya tenang dari kepanikan nya tadi. Alberu berhasil membujuknya kembali ke kamar.

Melihat Daren enggan menatap matanya, Alberu memutuskan untuk meninggalkan semua pekerjaannya yang belum selesai dan bergabung dengan Daren di tempat tidur, membujuknya, membisikkan kata-kata manis ke telinganya, dan menghiburnya.

"Jangan terlalu khawatir. Aku tau kita bisa melakukannya. Kita akan melewati ini bersama seperti yang selalu kita lakukan. Setelah perang, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Maukah kamu mendengarkan, sayangku?"

Daren tidak menjawab dan hanya membenamkan dirinya lebih dalam. Kata-kata ini sudah sangat familiar baginya.

Alberu juga mengucapkan kata-kata ini kepadanya di kehidupan terakhir sebelum pertempuran terakhir. "Apa yang akan kamu katakan padaku?"

Daren diam melama satu atau dua menit. "Kita tunggu saja sampai saat itu Hmm?" Alberu terkekeh. Daren tidak menjawab.

Ketika Alberu merasa Daren sudah cukup tenang, ia mencoba bertanya dengan lembut. "Sayang, bisakah kamu menceritakan masalahmu sekarang?"

"..." Alberu menunggu dengan sabar.

"Aku mimpi buruk." Itulah jawaban Daren, Singkat dan samar. Membuat Alberu tidak puas.

"Mimpi buruk macam apa?"

"Mimpi, buruk sekali." Sekarang Alberu hanya merasa Daren mengelak dari setiap pertanyaan.

"Seberapa parah?"

"Sangat menyakitkan."

"...." Tidak, dia tidak yakin. Daren terus mengelak.

"Bisakah kamu memberitahuku penjelasan yang tepat tentang mimpi buruk yang sangat buruk ini."

".....-Aku lupa."

"Haaa" Alberu menghela nafas karena tahu dia tidak akan mendapat jawaban dari Daren hari ini.

Namun, bukan berarti dia menyerah. Tidak. Dia hanya melakukannya secara perlahan mengingat dia telah menyingkirkan 'kertas' itu.

Dia akan membujuk Daren perlahan-lahan agar mau memberitahunya dan dengan adanya perang yang akan datang, mereka tidak bisa diganggu.

•••

Alberu benar-benar sial karena sejak saat itu hingga hari keberangkatan mereka ke kota pazzel, Alberu bahkan tidak bisa melihat sehelai pun rambut Daren.

Rencananya telah dimulai sesaat setelah Ron menelepon mereka untuk memberi tahu mereka tentang rencana musuh.

Ketika mereka bertemu lagi, dia hendak mendekati kekasihnya tetapi alat komunikasi sialan itu terus berdering.

Dan kejutan, bajingan sialan itu, Andrew. Alberu tentu saja sangat marah, tetapi pemandangan di dalam alat komunikasi itu membuat amarahnya lenyap seperti kabut.

Daren hanya melirik alat komunikasi itu. Ada di sini. Daren bisa melihat ekspresi Alberu menegang.

"Hmm?"

"Yang Mulia. Para Dark Elf... Tolong kirimkan Dark Elf dan siapa pun yang Anda anggap perlu untuk mengurusi hal-hal di sini."

"Andrew! Aku akan mengirim Eruhab-"

"Tidak ada gunanya."

"...Andrew. Meskipun itu tidak berguna-"

"Dua."

In another lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang