s e b e l a s 🦋

209 32 78
                                    

"Kalau itu tidak termaafkan, kenapa kamu lakukan? "
Tanya Luna kesal.

"Because i'm stupid"
Jay menjawab dengan menunduk. Karena saat membicarakan kejadian itu. Ia masih belum bisa membebaskan dirinya dari rasa bersalah.

"Dan jahat, kamu lupa itu"
Tegas Luna.

Jay mengangguk pelan dengan mata penuh penyesalan. Seakan membenarkan apa yang di katakan oleh Luna.

Luna melihatnya, penyesalan yang tergambar di wajah Jay. Dilema kembali menggelayut dalam dirinya. Logikanya menolak mengartikan penyesalan itu dan selalu mengingatkan betapa dengan mudahnya ia dulu terperdaya oleh Jay. Namun hatinya luluh, ia tak bisa melihat wajah sedih Jay yang bahkan tak berani menatap ke arahnya.

"Aku menyesal Luna"
Sesal Jay lirih.

"Aku nggak liat itu"
Ucap Luna santai namun terdengar menantang.

Jay lalu mendongakan kepalanya. Kini mata mereka bertemu.

"Give me a chance to prove it"
Tegas laki-laki berlesung pipi itu.

Dan Jay seperti nya memang serius dengan kata-kata nya. Ia masih berusaha menyuapkan makan untuk Luna. Tapi Luna menggeleng.

"Aku bisa makan sendiri"
Ucap Luna mencoba meraih mangkuk bubur yang sedang di bawa Jay.

Jay dengan cepat menangkap tangan Luna. "Kamu mau makan dengan tangan gemetaran seperti ini"

Luna melenguh kan nafasnya. Yang dikatakan Jay memang benar. Tangannya gemetaran dan bahkan tak ada tenaga untuk menggenggam. Perut kosong dan tekanan darahnya yang rendah membuatnya tak bertenaga. Jay membuat suara 'AAA' dengan membuka mulutnya agar Luna mengikuti yang ia perintahkan. Luna hanya menurut saja.

Kurang sedikit lagi semangkuk bubur akan tandas. Sampai pintu kamar terbuka. Ketika tangan Jay akan menyuapkan suapan yang terakhir.

"Misss Lunaaaaaa"
Suara Fadil menggelegar.

Murid Luna itu bersemangat saat melihat gurunya. Ia berjalan masuk ke kamar inap dengan bawaan yang lumayan banyak. Remaja laki-laki yang sedikit kemayu itu tiba-tiba terpaku melihat sosok yang sedang menyuapi Luna.

"Loohhh Jay... Jay... Jay Idzes kan "
Fadil sedikit terbata-bata saking terkejutnya.

"Hai"
Sapa Jay yang kemudian menghampiri Fadil dan membantu membawa bawaan yang di bawa anak itu.
Jay membantu menata barang bawaan Fadil yang diantaranya adalah titipan Luna. Ia juga membereskan sisa makanan dan meja portable agar Luna bisa berbaring kembali.

"Sssssttttt.... Ssttttttt Jay Idzes disini ngapain miss? "
Bisik Fadil ke Luna.

"Kerja sosial, kasian dia liat aku sendirian"

"Hah? Masak? "

"Bukan temennya miss Luna? "

"Bukaaaaaan"

"Kalau gitu apa aku pingsan aja
yaa, biar dirawat juga"

"Iya deh, pingsan gih gantiin aku disini"

Mereka berdua pun terkekeh. Jay melirik senyum Luna yang terkembang. Ia ikut bahagia.
Setelah selesai membereskan barang-barang. Jay mendekat ke dua orang yang sedang asik ber bisik-bisik itu. Jay menyodorkan obat untuk Luna dan segelas air putih.

"Jay, you are truly a social worker. What time did you finish? I'll ask for a photo later"
Pinta Fadil dengan meringis.

Luna tersenyum kecil, ia berusaha menyembunyikannya dengan membuang pandang untuk menghindari Jay. Karena Fadil sudah terkena bualannya. Jay melirik Luna, ia tentu paham Luna yang melakukannya. Tapi Jay sudah siap dengan balasannya.

Broken Wings 🦋 Jay Idzes X JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang