d u a 🦋

226 32 0
                                    

Pantulan cermin wastafel di studio milik Luna memperlihatkan wajah sayu gadis itu. Air yang mengalir berulangkali di basuhkannnya ke pergelangan tangannya. Ia menggosok kasar bekas tangannya yang tadi sempat tersentuh oleh Jay. Luna berusaha keras sampai tangannya terasa panas.

Luna lalu meraih gunting, lalu ia segera mengarahkan benda tajam itu ke bajunya. Dress hitam berenda itu kemudian di guntingnya dari bawah. Wajahnya datar saja saat benda itu ia arahkan untuk merusak bajunya. Ia hampir setengah telanjang ketika bajunya sudah koyak. Perlahan Luna benar-benar merusak bajunya, ia lalu melemparkannya ke sampah.

Kakinya yang jenjang kemudian menuju kamar mandi, ia berdiri mematung di bawah pancuran shower. Bulir-bulir air mulai membasahi tubuhnya. Mengalir membasahi rambut hitamnya yang indah dan badannya yang kini tak tertutupi apapun. Ia telah merusak semua apa yang ia kenakan malam ini. Luna ingin menghancurkan segala sesuatu yang telah tersentuh oleh Jay. Termasuk dirinya sendiri. Ia mulai menggosok badannya sekuat tenaga, menuangkan sabun cair secara berlebihan. Ia berharap aroma laki-laki itu tak tertinggal sedikitpun di tubuhnya.

***

Mierlo, Nederland 2016

Sebuah kota kecil berjarak 2 jam dari Amsterdam bernama Mierlo terasa tenang siang itu. Populasinya tak lebih dari 50.000 orang. Bangunan-bangunan tua menghiasi setiap sudut kotanya. Beberapa danau juga terdapat disana. Suhu pada musim panas tak akan lebih dari 19° Celcius. Jalan-jalan selalu lengang. Keramaian hanya tercipta saat festival tulip, dua kali dalam setahun.

Di sebuah sekolah setingkat menengah atas, seorang gadis remaja bernama Luna belum juga pulang dari sekolahnya. Ia masih sibuk mengerjakan lukisannya yang akan di pamerkan di pekan kreativitas siswa minggu depan. Sementara itu di kelasnya seorang murid laki-laki yang lain bernama Jay sedang sibuk menyalin catatan pelajaran hari ini karena Jay adalah sekarang atlet sepakbola yang tidak setiap hari masuk sekolah. Jay hanya mengikuti pelajaran pokok dan mendasar karena fokusnya adalah sepak bola. Dalam ruangan itu Luna dan Jay sama-sama diam. Tidak ada interaksi antara mereka. Bahkan mereka jarang sekali terlibat dalam suatu obrolan.

Sebuah derap langkah terdengar, di ambang pintu wajah Marco terpampang melihat Luna yang sedang sibuk. Marco adalah teman sekelas Luna. Badannya sedikit gemuk. Rambutnya merah dan ikal. Ia begitu menyukai Luna, sering kali menganggu kegiatan gadis itu. Marco adalah tipe siswa setengah preman. Ia gemar berkelahi dan hobby membully siswa lain. Begitu besar keinginan Marco untuk mendapatkan Luna berbanding terbalik dengan perasaan Luna yang sangat membenci Marco.

"Kau belum pulang cantik"
Goda Marco siang itu.

"Bukan urusanmu"
Jawab Luna ketus.

"Hey, jangan begitu. Tunggu sampai kamu menyukai aku"
Ucap Marco percaya diri, ia mulai melangkah mendekati Luna.

Jay yang ada di ruangan itu hanya diam tak peduli, ia masih berkutat dengan catatannya.

"Jangan mendekat atau cat ini akan mengenai wajahmu"
Luna memperingatkan Marco.

"Kenapa kamu begitu membenciku, kamu sudah tidak percaya laki-laki. Karena ayahmu seorang bajingan, huh? "
Ucap Marco yang sengaja memancing kemarahan Luna.

Luna meletakan kuas dan paletnya kemudian bangkit dari duduknya. Matanya tajam memandang Marco. Dan inilah yang di inginkan Marco. Perhatian dari Luna walaupun cara yang digunakan untuk mendapatkan perhatian itu salah.

Broken Wings 🦋 Jay Idzes X JisooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang