Bab Kedua : Dicari! Teman kontrakan

206 11 0
                                    

Usulan Kirul diterima Ajik dan Aan dengan baik. Bahkan kekasih Aan pun berniat ingin ikut mengontrak, mengingat rumahnya ada 2 lantai sehingga bisa berbagai lantai dengan bujang bujang itu. Jujur, Ajik sih setuju setuju saja karena menurutnya akan sangat bagus kalau semakin banyak orang, karena uang yang akan ia keluarkan semakin sedikit. Belum lagi kalau kenal semua, akan sangat menyenangkan menjaili orang banyak.

“Kira kira ada gak temen lo yang mau diajak?”

Nila mengangguk singkat, sudah hari ke-lima ia mengabaikan Ajik yang terus menerus memintanya mencari teman. Ia mengerti Ajik terdesak, namun mencari teman serumah yang benar juga tidak mudah. Apalagi untuk meminta izin ke orang tuanya sangat susah, minimal harus ada satu manusia yang sangat dipercaya orang tuanya. Dan ia baru menemukannya sejak kemarin sore, tetangga masa kecilnya yang terkenal pendiam dan sopan yang ternyata satu fakultas dengannya dan masih available belum punya tempat kos.

“Duh bawel, baru nemu satu”

“Yaudah seadanya aja!”  Bukan tak ingin lama lama di rumah, Ajik hanya muak kalau setiap pulang disambut dengan pria yang berbeda setiap harinya. Ia sudah kesal dengan mamanya yang semakin hari semakin jadi, semakin kesini semakin kesana. Padahal orang berpendidikan, tapi kelakuan kaya, ah sudahlah. Ajik takut semakin dosa karena selalu suudzon kepada mamanya, belum lagi kalau ia gibahkan bersama teman temannya.

“Lo mau bikin gue mati muda? Tinggal sama 3 laki laki, apalagi ada pacar gue aja udah jelas ditolak mentah mentah sama bokap. Yang ada gue dinikahin sama Aan”

“Bagus dong” Nila mendengus. Malas menanggapi, memilih mewarnai kukunya yang tampak mengkilap. Kirul sendiri cukup muak sebenarnya harus terus terusan bertemu manusia manusia ini. Namun sahabatnya itu tidak akan membiarkan hidupnya damai, setelah kelasnya selesai dan setelah memastikan Kirul free, laki laki itu menyeretnya ke fakultas sebelah yang jaraknya lebih jauh dari fakultas Aan tempo hari demi mendesak Nila yang juga terlihat muak.

“Gue cariin deh, butuh berapa lagi?”

“Kayaknya 4 orang sekalian gue udah cukup deh bang. Gue udah nemu satu, kurang dua lagi”

“Wah, kayanya gue harus cari 6 orang lagi?”
Aan yang sedari tadi sibuk mabar dengan Kirul menoleh singkat. “Banyak banget bang?”

“Iya, lantai bawah luas banget, ada 4 kamar, tapi yang satu kecil. Kayaknya cukup kalo 7 orang. Lantai 2 ada 3 kamar, tapi satunya kayaknya bagus kalo dijadiin gudang”

“Jadi mau sekamar 2 orang?”

Ajik mengangguk, kabur dari rumah meninggalkan mama-nya berarti laki laki itu sudah siap uang jajannya dipotong. Maka dari itu, ia berusaha mendapat banyak penghuni di rumah kontrakannya, agar semakin kecil uang patungan per bulan. Belum lagi kebutuhan dia sendiri nantinya, sepertinya Ajik harus mencari sampingan kecil kecilan.

“Gue ajakin temen gue deh”

Ajik lagi lagi mengangguk, kemudian mendadak hilang setelah satu panggilan masuk ke dalam ponsel hitamnya, meninggalkan Kirul diantara Aan, Nila dan teman temannya yang sibuk mengobrolkan  hal hal yang tidak ia mengerti. 

Dengan langkah tergesa Aan melangkahkan kakinya ke dalam warung makan kecil tempat berkumpulnya teman teman SMA nya. Menyalami satu persatu teman temannya yang sudah mencibirnya.

“Sorry banget, baru selesai kelas guee”
Kekehan khasnya yang terdengar menyebalkan mengudang timpukan dari teman temannya, yang hanya dibalas dengan cengiran yang membuatnya 5x lipat lebih menyebalkan. Langkahnya yang tergopoh gopoh, berhenti tepat di depan teman dekatnya, merogoh kantungnya dan melemparkan sebungkus rokok.

Amitie RestaurantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang