Detik jam berputar seirama, menuntut anak anak adam bekerja semakin cepat. Menunda agenda main yang sudah masuk dalam rencana rencana masa lalu. Memaksa si tukang naik gunung untuk naik motor dan mengendarainya menuju pasar pagi. Hari ini sudah masuk hari ke delapan hari libur. Pesanan pesanan yang tak kunjung berhenti. Untuk acara gathering, acara ulang tahun, acara arisan keluarga dan hari ini, mereka dipesan khusus oleh dosen dosen FEB untuk acara Universitas. Maka dari itu, mereka bekerja lebih keras. Agar tidak ada yang malu kalau ada satu kesalahan.
"Kuenya udah Vel?"
Selama masa pesanan yang membludak mereka menutup pre order cake dan cookies sementara, namun tetap menyediakan lauk pauk meskipun tidak lengkap seperti biasanya dan ATK-nya yang masih dijaga baik oleh Aan dikarenakan baru satu bulan yang lalu mereka membeli alat print dan juga fotocopy yang langsung di serbu anak anak bahkan teman teman kuliah mereka yang juga tinggal di daerah yang sama.
"Ini terakhir Rin, biar langsung di packing Lian, gue abis ini langsung geser ke bang Ajik" Karina mengangguk dan segera berlalu. Memilih menyelesaikan masakannya dengan cepat. Untungnya keperluan dapur mereka sangat lengkap, baik di toko maupun di kontrakan. Sehingga mereka memiliki cukup ruang untuk bekerja dalam jumlah banyak.
"Ini daun bawangnya cuma ada yang gini guys" Amri mengangkat dua ikat daun bawang yang sedikit layu tinggi, agar semua bisa melihat dengan jelas. "Gapapa, tolong cuciin ya Ko, nanti yang seiket bawa ke bang Ajik aja"
"Biar gue bawa sekalian aja" Ovel menawarkan diri saat melihat guratan lelah Amri. Bagaimana tidak lelah. Ia baru saja pulang dari kampus setelah acara panjang bersama Iyan dan langsung disambut pekerjaan yang tidak ada hentinya.
"Istirahat aja Ko atau nggak bantu Aan di depan aja, biar gue yang bantu disini" Setelah meletakkan semua bahan yang ia beli bersama Amri, Kirul langsung melepas jaketnya dan menggantung di paku kecil. Mencuci tangannya dan ikut memotong sayur sayuran bersama Ghea yang sibuk bersenandung.
"Ooowwww... Gentleman, nice nice"
"Ati ati lu naksir gua" Ghea mendengus dan menendang kaki Kirul. "Cuih, impossible. Lu kan nggak tahu pacar gue more thaaaaaan you!"
"Makanya kenalin ke kita, kita kan jadi nggak tahu se more than apa"
Tawa yang menggema membuat Amri ikut tertawa, laki laki itu mendengus kecil dan segera pamit ikut membantu Aan yang kewalahan. "Gue bantu ambilin aja ya, lu yang fotocopy sama print?"
Aan mengangguk singkat dan segera bergeser pada anak anak SD yang berdesakan menunjuk tangan.
"Kalian kan masih libur, terus nge print tuh buat apa sih" Aan mengotak atik komputer milik Ajik yang dibawa dari rumah. Membuka mesin pencarian dan mencarikan anak anak itu karakter putri putrian.
"Ya kita mau buat mainan bang, kata ibu aku ga boleh main HP"
"Iya sama"
"Iya, masa kita nggak boleh ngeprint sih"
Amri terkekeh saat melihat Aan sudah mulai lelah melihat anak anak yang itu itu saja.
"Ko, solatipnya satu"
"Yang besar apa yang kecil teh?"
"Yang kecil atuh, kalo yang besar mah lakban" Memang dasarnya sedang lelah saja, Amri melongo sebentar, menyadari keadaan yang agak waw ini. "Iya juga ya teh"
"Makanya tidur ko, muka maneh udah kaya belum tidur setahun"
"Bantu Aan sebentar teh, , soalnya dibelakang masih riweh. Ini teh, 2500"
"Kayanya teteh ga sih yang harus istirahat dulu"
Teh Lilis yang baru saja lulus dari pendidikannya dan sedang sibuk mengajar di Sekolah dasar swasta di dekat rumah mereka sekaligus sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian sebagai pegawai negeri. Guratan lelah muncul di bawah matanya yang nampak sangat mengerikan lebih lebih dari milik Amri yang tidak ada apa apanya.
"Duh ntar ntar dulu lah"
Lilis dan Amri tertawa bersama, mengabaikan Aan yang masih sibuk mengobrol dengan anak anak sd yang sudah berganti lagi. Toko sudah dipenuhi anak anak laki laki yang hendak membuat robot menggunakan kardus bekas dan karton.
"Udah siap antar nih ko!" Teriakan Iyan yang terdengar nyaring meskipun hidungnya tidak terlihat barang satu centi pun membuat Teh Lilis ikut tertawa. "Tuhkan Teh! Kitanya sih mau mau aja kan istirahat, tapi tugasnya nggak mau diajak istirahat"
...
Kotak demi kotak sudah dikeluarkan dari mobil Ghea hingga sudah sampai pada kotak terakhir. Wajah wajah senang Iyan dan Ajik yang paling merana sejak selesai sholat Subuh terbayar lunas begitu makanannya sudah sampai di tangan pelanggan yang juga dosen di kampus mereka.
"Wah, terima kasih ya Karin, sudah disempatkan padahal kalian kan liburan"
Karina tersenyum dan menunduk, "Wah, kita yang terima kasih sama Ibu karena sudah pesan melalui kami, kebetulan juga kita enggak pulang, daripada jalan kan mending cari duit jajan bu, hehe"
Setelah mendapat uang pelunasan, Karina tersenyum lebar sembari menatap kawan kawannya yang ikut tersenyum lebar. Menatap amplop putih yang digenggam Karina.
"Itung modal dulu, gue tahu mata lu udah ijo"
Gemuruh tawa seusai celetukan asal Aan membuat Amri menggeleng pelan, "Tidur dulu guys, baru kita rayain habis istirahat"
Amri mendorong teman temannya masuk ke dalam mobil, menyetir mobil Ghea pelan keluar dari area kampus dan berharap lebih cepat sampai namun naas ia memilih jalan yang salah dan terjebak macet. Memang Amri belum diperbolehkan istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amitie Restaurant
Fiksi Penggemar11 orang dengan kepribadian yang sangat tolak belakang tidak disangka akan bertemu dan berteduh di atap yang sama. Saling berbagi isi kepala, saling lempar argumen dan juga sandal Ghea yang 5 cm. Jarang akur dengan Iyan yang merupakan musuh semua u...