Bab Ketiga belas : Apel Senin Pagi

99 10 0
                                    

Desas desus kejadian di perpustakaan tempo hari sudah sampai di telinga para penghuni kontrakan. Setiap hari, dari pagi hingga pagi lagi tidak ada yang tidak menggoda Eril. Kalimat kalimat menyebalkan yang tidak pernah terbayangkan akan didengarnya disaat usianya sudah dua puluh tahun, godaan godaan menjijikkan yang sudah anak sd saja.

Apalagi, baru baru ini adik perempuan Sultan yang baru beranjak 8 tahun merayakan ulang tahunnya, lalu dengan sengaja Sultan memilih jasa memasak mereka, mulai dari kue ulang tahun, makan ringan untuk suguhan, camilan sebagai oleh oleh tamu hingga makanan berat. Remaja remaja itu mengerjakannya seharian, dan seharian itulah Sultan berdiam diri menatap Eril yang sibuk bolak balik mengerjakan ini dan itu.

Tidak hanya satu dua hari, melainkan setiap hari datang ke kontrakan dengan alasan ingin bertemu Ovel, terkadang meminjam gitar Ovel yang super duper mahal, terkadang minta tolong untuk dibantu mengerjakan makalah, kadang kadang menjemput Ovel, padahal sebelumnya Ovel kemana mana sendirian. Belum lama ini Sultan bahkan berani meminta menginap disana dengan dalih sedang bertengkar hebat dengan orang tuanya. Namun cepat cepat Amri menolak. Laki laki itu paham sekali Sultan sedang berusaha keras mendekati adik barunya. Dia tidak boleh lengah, janji janjinya kepada orang tua Eril harus ia genggam erat, tidak boleh ia mengecewakan orang tua siapapun.

"Hoamm, hari ini aku jaga ATK abang" Masih lengkap dengan baju tidur motif beruang menghampiri Kirul dan laptopnya. Hari masih terlalu pagi, kontrakan masih sepi, namun Kirul yang pelupa ditambah malas baru ingat kalau ia belum mengerjakan tugas yang diberi seminggu yang lalu.

Kirul berdehem kecil, melirik Eril yang meringkuk diatas sofa dan kembali mendengkur.

"Katanya jaga ATK"

"Masih jam empat"

"Yaudah sana sholat"

"Aku nggak sholat, lagi libur"

Kirul mendengus, menepuk pundak Eril dengan bukunya. Lalu meninggalkan gadis itu setelah menutup laptop. "Yaudah gue ke kamar dulu ya, mau tidur"

"Ih, abang nggak sholat!"

"Aku nggak sholat, lagi libur!" Buru buru Kirul bersembunyi dibalik pintu kamarnya sebelum Eril melayangkan tinjunya. Ia kesal sedikit karena laki laki lebih tua darinya itu mengulangi kalimatnya.

Tetapi, ia tak ambil pusing, menarik selimut tipis di bawah meja untuk menutupi tubuhnya dan kembali meringkuk, menutup matanya barang sebentar, setidaknya sampai satu jam. Bodohnya Eril lupa penyakit jahil Ajik sering kambuh, detik demi detik berjalan saat Eril melalang buana di alam mimpi, saat itulah Ajik merubah Eril menjadi badut ulang tahun anak anak.

Dan sialnya lagi, Eril terbangun tanpa menyadari kejahatan Ajik. Suara ketukan pintu di Senin pagi tidak seperti Senin Senin biasanya menarik kesadaran Eril, ia mendumel saat ekor matanya menangkap jam yang masih menunjukkan pukul lima, Ustadz Adnan saja baru pulang dari mengimami di masjid, lupa kalau hari sudah Senin, sudah waktunya ia berganti pakaian dan mengajar anak anak di SD Negeri di depan gang.

"OVELL!"

"APASIH BRISIK! MASIH PAGI JUGAA!" Murka Eril, sabarnya sudah habis. Batasnya dijebolkan laki laki yang lagi lagi muncul didepan mukanya. Dengan alasan yang sama, selalu beralasan untuk bertemu temannya.

Sultan terkejut tak kepalang, ia sontak melangkahkan satu kakinya mundur menghindari Eril yang berdiri meletakkan tangannya di pinggang, bersikap layaknya emak emak hendak melabrak anak nakal yang membangunkan tidur nyenyaknya.

"Ovel ada?"

Tak ayal ketika suara Sultan bergetar menahan tawa. Air liur yang sudah kering menggenang diujung bibirnya. Tidak lupa kalau si jahil Ajik merubahnya bak badut ulang tahun menambah wajah konyol Eril.

Amitie RestaurantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang