Bab Kelima : Birthday party.

114 12 0
                                    

Sudah berbulan bulan dari kejadian kedatangan mantan kekasih Kirul yang tiba tiba. Sejak hari itu, tidak ada lagi Kirul yang acuh, ia mendadak berubah dan menjadi ramah. Apalagi kepada Nila yang sangat berjasa bagi jiwa dan raganya. Kalau diingat ingat, laki laki itu cukup ketar ketir saat membual tentang orang tuanya. Mana mungkin orang tuanya bisa menyingkirkan Yemima, yang ada dia sendiri yang dibuat wafat dengan kedua tangan Papanya.

Tepat pada hari ini, kontrakan di ramaikan karena bertepatan dengan ulang tahun si bontot. Semua orang sibuk berlalu lalang, kecuali sang pemilik hajat yang sibuk bermain di timezone dengan sang kekasih.

“Cepet pasang Ajik! Bentar lagi Nila dateng”
Ajik menyengir begitu Karina sudah berdiri tepat di belakangnya, menaruh kedua lengannya di pinggang mungilnya dengan alisnya yang sudah menukik tajam. Ia memang bermalas malasan sejak tadi, mengabaikan perintah perintah dari teman temannya dan malah sibuk bermain game online bersama Ovel dan Lian.

“Bentar ini nyangkut”

Karina sudah lelah berurusan dengan Ajik, buru buru ia meninggalkan Ajik dan Ovel yang sibuk memasang tulisan “HAPPY BIRTHDAY” diatas televisi, kemudian menutup televisi besar itu dengan kain berwarna coklat muda — menurut Ajik dan buru buru meletakkan kue ulang tahun di meja. Sejak pagi tadi, seluruh isi kontrakan berbondong bondong mencari keperluan perayaan ulang tahun Nila. Bahkan Kirul rela bangun pagi dan pergi ke tempat peralatan ulang tahun. Ia dengan kesadaran penuh membersihkan ruang televisi yang digunakan untuk ruang perayaan, membantu ciwi ciwi memasak dan membuat kue bersama Riyan. Bahkan laki laki itu mendatangkan orang tua Nila dan juga Karina untuk merayakan bersama.

“Assalamu'alaikum” Suara ketukan di gerbang depan menarik atensi Amri yang sedang menyapu halaman, ia menyengir lebar begitu sebuah sedan berwarna hijau berhenti di depan gerbang. “Biar saya bawa masuk pak mobilnya, bapak ibu langsung masuk aja”

“Eh ndak usah, biar bapak parkir sendiri” Amri hanya mengangguk, kemudian mempersilahkan orang tua adik adiknya masuk ke dalam ruang tamu.

“Nila masih main di Timezone sama Aan bu, mungkin baru sampai abis Ashar, semisal ibu ibu mau leyehan boleh masuk ke kamar Karina sama Nila, kalo bapak bapak disini boleh, masuk ke kamar saya juga boleh”

Amri dengan senyum ramahnya menuntun orang tua adik adiknya dengan hati hati dan meninggalkan mereka di dalam ruang tamu. Karina yang sejak pagi sudah sibuk di dapur kini sudah menyajikan es teh dan camilan di meja, wajahnya yang berpeluh menarik garis kecil pada bibir ibu Nila.

“Ya ampun, sampe keringetan gitu”

“Panas bu di dapur”

“Gak ada kipasnya emang?”
Karina menggeleng, “Ada jendela-nya bisa dibuka, cuma semua orang bantu di dapur jadi panas”

“Yang lain mana Rin?”

“Yang lain itu siapa? Ibu cari siapa?”

“Mantu ibu” Karina cukup terkejut dengan jawaban ibunya yang menurutnya sedikit asal, ia mengerutkan keningnya, berfikir keras siapa yang dimaksud mantu ibunya.

“Yang ke rumah siapa pak? Ibu lupa namanya”

“Khairul ibu”

“Bang Kirul? Mantu dari mana mantu? Bang Kirul mah abang abangan doang ibu, mana ada mantu mantu”

Dua ibu ibu itu terkekeh kecil, “Ganteng pisan dia, pacarin aja, langsung dapet restu”

“Apasih, Karina dateng ke kota kan bukan mau cari pacar bu”

“Itu kan bonus”

Karina bisa tebak acara jodoh menjodohkan itu tak akan selesai dalam waktu yang cepat, dengan bibir yang terlipat, perempuan yang tingginya hampir 170 cm itu cepat cepat meninggalkan ruang tamu, buru buru naik ke lantai 2 setelah pesan dari Amri muncul pada layar ponselnya.

Amitie RestaurantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang