Bab Ketiga : Eril being seleb kampus.

128 9 0
                                    

Sudah sebulan sejak hari pertama Kirul masuk ke dalam kontrakan. Rasanya masih ada sedikit rasa asing ketika harus berhadapan dengan teman teman barunya. Ia masih sering kesal saat pagi pagi dihadiahi kelakuan Iyan dan Ajik yang hobi bertengkar di depan dapur hanya gara gara wadah garam yang lupa ditutup atau kadang ia harus dibangunkan paksa demi mengantar anak anak gadis belanja dipasar.  

Ketika Kirul yang sudah terbiasa pulang ke rumah tiada berpenghuni, akhir akhir ini selalu mendapatkan sambutan. Entah dari Lian yang selalu datang di jam 4 atau Ajik yang menolak terlibat organisasi. Terkadang ia tidak sengaja datang bebarengan dengan Ghea atau Eril, kadang kadang pula ia harus berdecak sebal saat baru datang sudah disambut si romeo dan juliet rumah ini sedang bermesraan di depan televisi. 

“Gak kuliah bang?” Eril baru saja turun menyapa Kirul yang sibuk bermain ponsel dengan wajah mengantuk di ruang tamu. Laki laki yang jarang ngobrol kalau tidak penting penting banget itu melirik Eril yang sudah siap berangkat dan memilih mengangguk singkat. Membiarkan Eril meninggalkan rumah yang senyap sejak pagi. Kirul sendiri sempat heran karena bisa tidur nyenyak, karena biasanya pagi paginya selalu tidak mmenyenangka. Omong omong, Ovel sudah menunjukkan jati dirinya. Ternyata ia tidak sependiam yang terlihat, ia bahkan bisa menjadi lebih cerewet dari Lian dan Ajik. Kerap kali Ovel berubah menjadi adik kecil menyebalkan untuk Kirul.

“Eh Ril” Belum selesai Eril mengeluarkan sepedanya, Kirul lebih dulu memanggilnya. Menahan pergerakannya memasukkan kunci motor ke dalam lubang. 

“Nanti kalo misal ketemu Ajik atau Ko Amri suruh buka chat gue ya, atau gak si Aan juga gapapa” 

Eril mengangguk dan mengacungkan salah satu jempolnya yang bebas. Kemudian menaiki motor matic kesayangannya, meninggalkan Kirul yang masih berdiri di daun pintu. 

Bagaikan kejatuhan duren, Ajik tersenyum senang saat Eril mendatanginya di kantin fakultas. Jarang jarang senyum ramah Eril diperlihatkan pada Ajik yang sering mengganggunya. Ajik sendiri tahu, berkali kali Eril mengumpatinya yang sering melempar kecoa ke lantai dua saat ciwi ciwi sedang nongkrong manis. Cowok gemini dengan rambut yang sudah ia cat cokelat gelap semakin heboh sendiri saat teman temannya menyorakinya, mengatakan kalau cewek cantik kesayangan anak anak teknik itu menyukai Ajik, padahal jujur saja kalau tidak karena diamanahi Kirul, Eril juga ogah dekat dekat dengan biang ricuh satu ini. 

“Kata bang Kirul, suruh buka chat” 

“Cih, penonton kecewa” Eril mendengus malas, ia memukul perut Ajik sebelum akhirnya menghilang di balik tiang. 

… 

“Bang Ajik emang seru sih orangnya” Puji Eril singkat saat teman temannya menanyakan perihal laki laki itu. Beberapa temannya yang baru tahu Eril tinggal di rumah yang sama dengan manusia manusia paling terkenal satu kampus pun heboh, beberapa malah meminta ikut tinggal bersama, namun segera ditolak Eril. 

“Gatau juga gue, gue diajakin si Lian. Terus karena Lian sama Ovel temenan lama jadi Ovel ikut juga, kebawa deh itu ketua Bem sama kaki tangannya” Eril mengaduk aduk minumannya, menatap teman temannya yang kepo asal muasalnya penghuni kontrakan itu. 

“Kalo bang Kirul gimana?” 

Eril memutar matanya mengingat ingat memori tentang Kirul yang menempel pada otak mungilnya, “Jutek, jarang ngomong dia” 

“Gue kasih tau sekalian aja. Yang paling cerewet sih udah jelas Bang Ajik sama Lian, Ovel akhir akhir ini juga cerewet. Aan sekali ngomong langsung gerr, lucu banget tuh anak, sering disuruh stand up dadakan. Kalo Ko Amri sih bagian ketawa ketawa, yang marah marah waktu gak nyambung si kating galak tuh, bang Iyan” 

Amitie RestaurantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang