Bab Keempat : Huru hara mantan Kirul.

134 14 0
                                    

Entah sedang kesambet atau apa, Minggu sore yang biasanya sepi hari ini sangat ramai. Nila dan Karina tidak pulang ke rumah dengan dalih tugasnya banyak. Ajik, Aan dan Lian tidak naik gunung. Ovel dan Ghea tidak ada jadwal jalan jalan keluar negeri. Amri dan Iyan juga tidak mendadak menghilang seperti biasanya.

Hanya Kirul yang masih setia dengan kebiasaannya tiap Minggu. Bersantai santai di kasur gantung dibawah pohon mangga dengan komik ditangan, ditambah musik blues yang mengalun dari speaker yang ia gantung di atas pohon. Speaker yang dipinjamnya dari Iyan.

Didalam sana, sejak pagi tadi sekawan ciwi ciwi lantai dua itu disibukkan dengan persiapan konser yang sebenarnya masih minggu depan, mulai dari mondar mandir membawa baju tersimple sampai paling ribet ke ruang tamu, mencocokkan dengan make up, sepatu dan tas mereka masing masing. Hingga pada akhirnya, mereka bertukar tukar barang agar outfit mereka matching. Berputar putar di depan kaca full body yang sengaja disimpan Amri disana.

“Ini sepatu siapa sih anjir, gue buang lama lama”
Suara marah Iyan yang menggelegar hingga lantai 2, membuat Ghea buru buru turun, memasang wajah melasnya di depan Iyan yang murka melihat ruang tamu yang penuh dengan baju dan sepatu, mana tidak bertuan.

“Ish, it’s ours tau banggg, just a minutes”
Iyan mendesah pelan, “Mau kemana si lagian?”

“Mau konser mereka, masih minggu depan sih” Bukannya menjawab, Ghea malah mencebik. Berakhirlah Ajik yang menjadi juru bicaranya. Sebenarnya Ajik juga cukup terganggu dengan ulah ciwi ciwi yang mondar mandir tidak jelas sejak 3 jam yang lalu. Apalagi mereka sengaja berlalu lalang di depan Ajik yang sibuk marathon drama Korea sendirian, mau marah tapi sebelumnya sekumpulan wanita cantik itu sudah menjebak Ajik yang mudah terbuai kalimat manis cewek cantik agar tidak marah apapun yang terjadi.
“Bersihin, atau –“

“DENGERIN DULU BISA GAK SI”

Gagal sudah rencana Iyan untuk mengultimatum Ghea. Suara dentuman yang berasal dari halaman cukup menarik perhatian seisi rumah. Ovel dan Lian yang sibuk jamming di kamar Amri yang luas akhirnya memunculkan batang hidungnya. Karina, Nila dan Eril ikut mengintip dari balkon lantai 2, menatap pias pada Kirul yang menatap garang pada perempuan di depannya. Sedangkan Amri yang baru menyelesaikan ritual mandinya pun terkejut dengan speaker yang sudah berceceran tidak berbentuk. Bertanya tanya dalam diam, sebelum akhirnya Kirul mulai menyadari suaranya terlalu keras.

“Sorry Ko, sorry guys”

“Bawa masuk aja Rul, ga enak diliatin tetangga. Speaker lo taruh aja, gue sama anak anak yang beresin. Beresin baju bajunya, Ghe”

Karina buru buru turun diikuti dua anak anaknya. Membantu Ghea mengangkat baju baju dan barang barang lainnya. Sedang Iyan menghampiri Kirul yang masih terlihat kesal, menepuk pundaknya pelan dan memungut speakernya yang sudah rusak. Ah, Iyan jadi bimbang. Speaker yang baru ia beli bulan lalu sudah hancur tak berbentuk.

“Sorry Yan, nanti gue ganti”

“Masuk dulu yuk” Karina cukup mengenal perempuan cantik itu, ada rasa iba saat ekspresi shock perempuan itu menghiasi wajah ayunya.

“Bang Kirul, ruang tamunya udah beres, mending diobrolin baik baik”

Tidak ada yang Kirul lakukan lagi selain mengangguk dan menuruti Karina. Laki laki itu hampir saja menggeret perempuan di hadapannya kalau tidak ingat sedang menjadi pusat perhatian. 

“Ko, kita ngerokok di balkon ya” Amri mengangguk saat Lian mengambil sebungkus rokok dari kamarnya yang kemudian diikuti Ovel dan gitar di tangan kanannya. Iyan yang menarik ciwi  ciwi segera kembali ke daerah teritori mereka, menyisakan Amri yang masih mondar mandir menyelesaikan cuciannya, dan Ajik yang baru saja menghidangkan teh hangat di meja.

Amitie RestaurantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang