Last Chance

1.5K 147 25
                                    

Tangan dingin itu terus digenggam Hyunwoo. Lelaki itu begitu setia duduk diam terpekur menatap tubuh kaku sang istri, seolah tak rela untuk meninggalkannya barang sekejap mata.

Operasi besar yang dilakukan Haein memang dinyatakan berhasil. Namun Hyunwoo masih belum bisa bernafas lega, sebab Haein sang istri masih belum juga bangun dari tidur panjangnya.

Dokter mengatakan, hanya waktu yang bisa menjawab kapan Haein akan tersadar. Tak ada yang bisa dilakukan lagi sekarang, mereka semua hanya bisa menunggu kapan tubuh Haein memutuskan untuk bangun.

Mentari sudah berulang kali naik dan turun ke peraduannya. Terhitung sepuluh hari sudah bidadari Hyunwoo ini terbaring dengan mata yang terpejam.

Dengan tatapan nanar, lensa mata Hyunwoo kini setiap hari harus rela menatap tabung oksigen bertekanan besar yang setia berada disisi ranjang tidur istrinya, lengkap dengan lilitan selang yang menancap di bangir hidung Haein.

Lalu belum lagi berbagai jarum yang entah Hyunwoo sendiri tak hafal apa saja fungsinya yang ditancapkan dokter di tubuh mulus istrinya.

Baek Hyun Woo selalu gelisah. Istrinya pasti sangat tersiksa sekarang.

Beberapa kali ia tampak berlari dan memaksa dokter memeriksa istrinya, dan selalu merasa jika Haein tidak sedang baik-baik saja.

"Dokter periksalah istri saya, kurasa tubuhnya terlalu kaku"

"Dokter nafas istri saya terlalu cepat"

"Dokter, tubuh istri saya dingin sekali, kumohon periksalah sebentar"

Dan masih banyak lagi racauan kekhawatiran Hyunwoo selama menjaga sang istri beberapa hari terakhir ini.

Sehari mungkin ia bisa empat sampai lima kali melakukan hal itu pada dokter yang bertugas merawat Haein, sampai akhirnya sang dokter berkata dengan agak putus asa.

"Tuan percayalah, kondisi istri anda cukup stabil saat ini, mari kita tunggu hingga dia tersadar" ucap sang dokter.

"Ini sudah sepuluh hari berlalu, berapa lama lagi aku harus menunggu..??!!!" Amuk Hyunwoo frustasi.

Dokter menatap Hyunwoo simpati.

"Maafkan saya harus mengatakan ini, tapi tak ada yang bisa menjawab itu. Semuanya kembali kepada kondisi fisik pasien. Ada yang dalam hitungan hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-tahunpun ada. Saya harap keluarga pasien bersiap untuk semua kemungkinan itu" urai sang dokter.

Rasanya tubuh Hyunwoo hampir melorot jatuh ke lantai saat ini.

'Hong Hae In.. kumohon kembalilah kepadaku..' jeritnya dalam hati.

....

"Istirahatlah dulu nak, kau harus makan" tawar sang ibu, menghampiri Hyunwoo di ruang ICU tempat Haein dirawat.

Hyunwoo hanya melirik sekilas ibunya.

Bagaimana mungkin ia berselera untuk menelan makanan sekarang, saat sang istri tak jelas bagaimana nasibnya.

"Kau belum makan sejak pagi. Makanlah dulu, biar ibu yang menggantikanmu menjaga Haein disini. Ingatlah, kau harus menjaga kesehatanmu. Kalau kau sakit, siapa yang akan menjaga Haein dan bayi kalian nanti?" Bujuk Ny. Baek.

Bayi? Ah.. benar. Tak hanya Haein, makhluk mungil itupun secara ajaib mampu selamat dari proses operasi yang menurut dokter hanya memiliki kemungkinan lima puluh banding lima puluh itu.

Untuk sesaat Hyunwoo tampak menatap lagi sang ibu.

Yah.. ibunya benar. Dan kini ia tak memiliki pilihan lain, kecuali menyeret kakinya untuk keluar sebentar, dan memaksa mulutnya untuk mengunyah makanan dan menjejalkan kedalam perutnya.

Queen of Tears (Another Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang