Anyir Pengkhianatan

980 107 20
                                    

"Dimana ponselku?" adalah pertanyaan pertama Haein yang ia cetuskan sesaat setelah Hyunwoo mendudukkannya ditepi ranjang kamar tidur mereka.

Setelah satu minggu terpasung dalam dinding rumah sakit, dan dipaksa menurut untuk mengisolasi diri dari hiruk pikuk dunia luar, akhirnya hari ini Haein bisa menghirup udara bebas.

Siang ini, sang pewaris tahta generasi ketiga Queens Group itu akhirnya diijinkan untuk kembali ke kediamannya.

"Dokter masih menyuruhmu untuk terus menjaga pola makan dan tidak terlalu kelelahan. Jadi ingatlah untuk selalu menjaga dirimu baik-baik" pesan Hyunwoo seraya menyerahkan ponsel pintar milik sang istri yang seminggu ini ia tahan.

Haein menerima ponselnya dari sang suami. Tak perlu menunggu waktu lama, wanita itu segera saja tenggelam memakukan pandangannya pada layar persegi panjang yang berkedap-kedip menyala.

"Sayang kau membutuhkan sesuatu? Aku ambilkan minum untukmu dulu yah" ucap Hyunwoo.

Haein hanya mengangguk mengiyakan.

Lalu lelaki itu pun beranjak pergi kedapur, mengambil segalas air putih, dan mengupaskan beberapa potong buah untuk sang istri.

Hanya beberapa menit Hyunwoo berada didapur, lalu ia lekas kembali ke kamar Haein lagi.

"Astaga kau mau kemana?" Seru Hyunwoo terperanjat melihat istrinya yang kini telah berganti baju.

"Aku harus ke kantor sayang, banyak hal yang harus aku urus disana" ucapnya sambil memoleskan sebatang lipstik ke bibir pucatnya.

Lalu belum juga Hyunwoo sempat mengajukan protesnya, handphone didalam genggamannya kadung meraung-raung menyala membuyarkan konsentrasinya.

"Baek soebang, keluarlah" bunyi pesan itu.

Dari Bibi Boemja

....

Tiba di kantor, Haein segera memasuki ruangannya.

Dihadapannya sekretaris Na menatapnya dengan gelisah.

"Wae? Kenapa kau seperti itu? Apa diam-diam kau sudah berkhianat dibelakangku?" Tanya Haein, menyindir sang sekretaris yang tak menghubunginya sekalipun sejak ia masuk rumah sakit.

"Astaga, apa maksudmu bu direktur?" Timpal sekretais Na tak terima.

"Apa suamiku melarangmu menghubungiku?" Tebak Haein.

Kali ini sekretaris Na hanya terdiam, dan bertambah gusar, tak berani berucap barang sepatah katapun.

"Astaga.. ternyata benar tebakanku" timpal Haein.

"Bu direktur, kurasa kali ini kau harus mendengarkan suamimu. Kau tidak boleh terlalu lelah. Termasuk untuk urusan hari ini dengan ketua, minta tolonglah pada Direktur Baek, minta dia untuk menggantikanmu menghadapinya" ucap sekretaris Na takut-takut.

Haein tersenyum geli mendengar penuturan konyol Sekretaris Na barusan.

"Apa kau menganggapku sudah tidak memiliki kemampuan sekarang?" Omel Haein tak terima.

"Bukan begitu bu direktur. Kau sedang hamil sekarang, sebaiknya kau menghindari hal-hal yang bisa membuatmu stress dan membahayakanmu" balas Sekretaris Na, masih dengan nada suara yang menahan takut.

"Sekretaris Na..!!!" Bentak Haein emosi.

....

Pukul 3 sore, dan Haein akhirnya tiba didepan pintu masuk ruangan Ketua Queens Group, yang tak lain adalah kakeknya sendiri.

Bunyi pesan yang tadi diterimanya membuat perasaannya buruk sekarang.

Kakeknya tengah marah besar saat ini, setelah tahu ia telah secara resmi membatalkan kerjasamanya dengan Hercyna.

Queen of Tears (Another Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang