"JOONG lo pasti tau sesuatukan!!" Dunk yang menari kerah baju joong penuh amarah.
Pelukan lembut telah terlepas kini mata Dunk yang berlinang air mata memancarkan amarah. Menatap Joong yang tak mengerti apa yang terjadi pada si cantik tercinta.
"JOONG LO PASTI UDAH TAHUKAN POND BARENG PHUWIN!!, APA JANGAN JANGAN LO YANG NYURUH PHUWIN BUAT GODAIN PONDKAN!!!"
Suara Dunk mengema dalam sebuah lorong yang tak jauh dari toilet dan pintu keluar membuat orang yang berlalu lalang menatap mereka. Dank telah mencengram kerah baju Joong dengan ke dua tanganya wajahnya telah memerah ada tatapan tak suka disana."Dank stop!!" Pond melepaskan cengraman Dunk dari Joong segera ia memeluk Dunk demi meredakan amarah sang sahabat.
"Sstttt Dunk tenang gue nggak bakal kemana mana, gue bakal ada sama lu, kemarin gue memang ada janji sama phuwin buat nemenin dia belanja, buat tugas kita juga kok, maaf ya gue lupa bilang sama lu." Pond sambil mengusap punggung Dunk, mempererat pelukanya yang di balas oleh Dunk.Joong terdiam, matanya terpaku pada Dunk dan Pond yang saling berpelukan. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena marah, tapi karena rasa sakit yang menusuk. Pandangannya seperti terpecah menjadi dua: satu sisi melihat Dunk yang sedang bermandikan amarah, menyalahkannya dengan nada tinggi, dan sisi lainnya melihat Pond yang dengan lembut menenangkan Dunk, mengucapkan kata-kata lembut yang membuat Dunk sedikit tenang.
Rasa cemburu yang selama ini ia pendam meledak, seperti gunung berapi yang memuntahkan lahar panas. Ia mengerti mengapa hatinya terasa sesak. Ia tahu bahwa Pond adalah sahabat Dunk, bahwa hubungan mereka mungkin tidak lebih dari persahabatan. Namun, melihat mereka berpelukan, merasakan kehangatan yang terpancar dari pelukan itu, membuatnya merasa seperti orang asing.
"Sepertinya aku hanya terlalu berharap jika Dank memang bisa benar-benar lepas dari Pond" gumam Joong dalam hati.
Di sisi lain, Phuwin menyaksikan adegan itu dengan perasaan campur aduk. Ia baru saja merasakan sentuhan lembut Pond, ciuman hangat dan kasih sayang yang diberikan Pond padanya. Namun, seketika itu juga, ia melihat Pond memeluk Dunk dengan penuh kasih sayang, membuatnya merasa seperti sedang menyaksikan sebuah adegan mimpi buruk.
"Kenapa?" Phuwin bertanya dalam hati
"Kenapa dia harus melakukan hal sejauh itu jika memang dia tidak berharap untuk kita bisa bersama."Ia merasakan rasa cemburu yang menusuk, seperti jarum yang menusuk jantungnya. Ia merasa terabaikan, dipinggirkan, dan tidak berarti. Ia tak mengerti mengapa Pond bisa begitu mudah berpindah dari satu orang ke orang lain, tanpa merasakan sedikit pun rasa bersalah.
Phuwin merasa dirinya seperti dimainkan, diperlakukan sesuka hati oleh Pond. Ia ingin berteriak, menunjukkan rasa sakitnya, namun ia tak berani. Ia takut kehilangan Pond, takut kehilangan perhatian dan kasih sayang yang baru saja ia rasakan.
Ia hanya bisa menunduk, menahan air mata yang mengancam akan tumpah. Ia merasa dirinya begitu kecil dan tak berdaya di hadapan Pond. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan, bagaimana harus menghadapi perasaan rumit yang sedang ia rasakan.
Phuwin yang sudah tak kuasa melihat adegan romantis persahabatan mereka, memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut dengan air mata yang berlinang.
"Kenapa gue harus nangis sih, kembali ke misi awal, gue cuman harus jauhin Pond dari Dunk. Tapi kenapa gue yang ngerasa cemburu ngeliat kedekatan mereka." Gumam Phuwin yang kini berada di parkiran mall menatap refleksi dirinya sendiri pada kaca cembung yang terlihat wajahnya menjadi lebih lebar.
"Aaggrrhhh" teriaknya kembali terbayang bayang dimana adegan dirinya dan Pond tengah berciuman di dalam bilik kamar mandi. Bibir Pond sangat lembut dan kenyal menyentuh bibir atasnya. Belum lagi sentuhan jemari Pond di tubuhnya sangat hangat mengingatkannya saat mereka mandi bersama. Andai saja saat itu tidak dinganggu oleh Dunk yang berteriak. Mungkin saja mereka telah melakukan itu, tapi untuk pertemuan pertama sepertinya terlalu cepat. Tapi pertemuan kedua mereka sekarang sudah saling melumat bibir walau di akhir sangat menusuk jantung bagi phuwin."Lebih baik gue pulang aja deh." Phuwin merapikan kembali pakaianya dan rambutnya bersiap untuk pulang "tapi gimana gue pulang tadi kan gue sama Pond" Phuwin memlebarkan matanya teringat jika ia berangkat bersama Pond "iihh.... sebel, masa harus ketemu Pond sama Dunk lagi sih. Joong kemana yaa" inilah hasil dari monolog Phuwin sendirian yang membuat orang yang berlalu lalang di sana ke heranan hingga membuat penjaga ke amanan menegur Phuwin.
"Permisi nong ada yang bisa saya bantu?" Sapa sang petugas keamanan menepuk bahu Phuwin. "Aaa, astaga pak..." kaget Phuwin yang melihat satpam tersebut telah berdiri di sampingnya. "Maaf pak, saya nggak papa. Saya mau masuk lagi aja mau nyari temen saya tadi hilang." Phuwin sambil menunjuk arah samping lainya membuat satpam tersebut melirik arah yang di tunjuk phuwin yang menyelonaong kembali masuk ke dalam mall.
"Apa itu anak indohome yaa bisa liat setan." Pikir pak satpam di sana terasa merinding di bulu kudu ya, dan kembali bekerja. "Auuhh serem."
.
.
.
.Phuwin kembali memasuki supermarket mencari keberadaan Joong siapa tahu bisa jadi tempat tumpang untuk pulang. Sesampainya di dalam ia melihat joong duduk sendirian sambil memainkan hpnya.
"Joong." Panggil phuwin menghampiri"Phuwin?" Joong melihat Phuwin memberikan beberapa belanjaan yang tadi mereka beli. "Pond udah pulang bareng Dunk dia nitip ini buat lo."
"Thank you." Phuwin menerima tas belanjaan itu. "Lo oke Joong?" Tanya Phuwin
"Menurut lo aja gimana?" Timpal Joong
"Mau berhenti?"
"..."
"Misinya mau di udahan aja?"
"Enggak, lo harus tetep deketin Pond."
"Ihh..., gue nggak enak sama mereka, gue nggak mau jadi penghancur persahabatan mereka."
"Barang yang lo mau udah di kirim besok bakal dateng."
"JOONG..."
"Nggak ada pembatalan misi sekarang kita pulang."
Joong berjalan lebih dulu meninggalkan phuwin.
.
.
.
.
.
."Dunk minum dulu gih nih gue beliin susu coklat buat lo." Pond kini telah sampai di kost mereka berada di ruang tv duduk bersama Dunk yang tak mau bicara.
"Lo kenapa sih, dari kemarin kayanya manja banget. Gue curiga lo ada sesuatu sama Joong." -Pond
"Gue nggak ada apa apa sama joong." Dunk seperti menyembunyikan sesuatu.
"Masa sih? Nggak mungkin lo kemarin tiba-tiba ngajak pulang. Klo nggak ada apa-apa." Pond lagi
"Lo tuh yang ada apa-apa, mana mesum di toilet umum." Dunk dengan nada acuh
" Sorry Ke lepasan, abis phuwin lucu sih." Pond dengan senyum sedikit berbunga di hatinya.
"Benerkan kata gue phuwin itu sengaja godain elu Pond, gue nggak suka phuwin. Dia emang lucu cantik juga tapi kayanya dia cuman ada maunya sama lu." Dank kini berbicara sambil menatap Pond.
"Iyaa awalnya juga gue mikir gitu, tapi kayanya enggak deh. Emang anaknya suka godain orang aja." Pond berasumsi.
"Serah lu deh." Dunk menghabiskan susu coklatnya kembali memalingkan wajahnya dari Pond.
"Dih apaan sih gitu aja ngambek, gimana lu sama joong hah, klo gue liat liat" Pond mendekat berbisik di belakang telinga Dank "joong kayanya naksir sama lo deh."
"Dih nggak sudi gue sama dia. Klo bukan karna tugas kelompok aja nggak bakal gue deket sama dia." Dunk sambil melirik ke arah Pond dengan tak suka masih mengigit sedotan dari susu kotaknya.
Tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/353191812-288-k960168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Liar || JDPP
Teen Fiction"kak Pond genteng banget Phuwin mau jadi pacar kak Pond" ..... "DIA NGGAK CINTA SAMA LO!!!" hiks.... "phu nggak mau jadi perusak persahabatan mereka" Ck.... "gue akan selalu ada di sisi lu Dunk" hug.....