Part ini bakalan panjang sekali karena full nyeritain jalan hidupnya Arumi. Kalau bosan, tolong dicuci dulu mukanya terus bikin indomie goreng telor ceplok dua, baru lanjut lagi :*Kalau sekiranya ada manusia acak yang menanyainya apakah ia mau jika disuruh mengulang waktu, maka Arumi akan menjawab dengan mantap tanpa berfikir dahulu: Tidak.
Dia tidak mau lagi mengulang masa dimana rasanya hidup berada di ujung nadir. Bagaimana badan yang utuh tapi bagian dalam luka-luka bahkan mungkin jika ditelaah bisa menemukan nanah dan belatung disana. Saking busuknya dirinya.Seminggu usai kelulusan, ia kembali ke rumah Yuk Febri yang katanya belum juga menemukan orang. Hampir saja ia bersujud di bawah kaki wanita gendut itu demi sepeser uang yang mendekati harga tiket ke Aceh. Memohon-mohon, mengiba-iba, membuang harga diri yang dipunya, kalau disuruh juga mungkin ia akan mencium jempol kaki milik Yuk Febri agar bisa diterima bekerja disana.
Untunglah harga dirinya yang terbuang membuahkan hasil, ia diterima bekerja disana dengan tanda kutip syarat dan ketentuan berlaku.
Tidak boleh pulang ke rumah. Tidak boleh tidur sebelum jam kerja selesai. Tidak boleh memegang barang-barang rumah tanpa izin. Berpakaian yang sopan. Berbicara yang sopan. Gaji tidak dibayar penuh selama tiga bulan pertama tapi akan dinaikkan secara bertahap dalam tiga bulan-tiga bulan.
Arumi menyanggupinya.
Beberapa waktu lalu Janu memberitahunya bahwa pemuda itu lolos seleksi pantukhir daerah dan dalam waktu dekat akan segera diberangkatkan ke Magelang untuk mengikuti tes terakhir dari pusat. Janu berpesan padanya, katanya jika tak ada lagi kabar tentang dirinya itu artinya kabar baik, dia sukses meloloskan diri dan telah resmi mengenyam pendidikannya sebagai seorang taruna Akademi Militer.
Arumi bersyukur, setelah seminggu keberangkatan Janu, dia tidak pernah lagi melihat pemuda itu dimana-mana atau mendengar kabar kepulangannya. Janu sepertinya benar-benar bisa melangkah dengan mudah menggapai cita-citanya.
Pekerjaan Arumi tidak begitu banyak, malah ia lebih banyak leha-leha di rumah besar itu karena tugas yang dipegangnya hanya sebatas bersih-bersih saja tapi perangai kasar Yuk Febri membuatnya sedikit tertekan selama ia bekerja dalam kurun waktu tujuh bulan ini. Wanita itu angkuh sekali dan sifat tingginya diperparah dengan profesi suaminya yang seorang wakil rakyat membuat Yuk Febri merasa dirinya sepantaran dengan dewa dan berhak berlaku semena-mena. Anak dan menantunya pun berwatak sama, ucapan, tingkah laku, dan cara mereka memandang manusia lain seperti kotoran yang rendah dan menjijikkan.
Ada hari ketika Arumi sedang mengepel tangga menuju lantai dua, dia sudah memberi tau Kak Yunike kalau lantai masih basah, sebaiknya wanita itu berhati-hati dalam pijakannya tapi tak dihiraukan alhasil Yunike jatuh berguling-guling menyebabkan pergelangan kakinya terkilir dan bengkak. Arumi dimaki-maki oleh satu keluarga itu, bahkan ia hampir dihantam dengan guci oleh anak lelaki Yuk Febri karena dituduh mencelakai istrinya.
Hanya satu orang dalam rumah Yuk Febri yang masih menganggapnya manusia, Yai Salman, suami Yuk Febri yang umurnya berada jauh diatas istrinya. Yai Salman akan lebih pantas jika dikata orang tua lelaki Yuk Febri daripada suaminya karena penampakan si Yai yang sudah kusut keriput sementara si istri masih sanggup berjingkrak-jingkrak mengikuti senam aerobik tiap minggu sore.
Arumi harus curi-curi waktu hanya untuk mengecek ibunya di kosan mereka yang berada di belakang rumah besar Yuk Febri, hanya berjarak lima rumah tapi tetap saja dengan kejam wanita itu tidak memberinya izin untuk pulang kecuali hari minggu.
Hari senin pagi adalah yang paling dibenci oleh Arumi, satu keluarga itu penuh dengan keteledoran. Kacau, Yuk Febri harus pergi arisan, tapi kemarin tak bilang ada bajunya yang harus Arumi setrika akibatnya wanita itu melampiaskan kepikunannya dengan memaki Arumi. Kak Yunike seorang guru dan harus mengikuti upacara tapi rok span kesayangannya tidak ketemu, saat Arumi bilang kalau rok yang dicarinya itu sedang Kak Yunike pinjamkan pada temannya, Arumi yang dibentaknya. Bang Ghalih anak lelaki Yuk Febri pembawaannya cukup tenang tapi sekali berkata dia bisa meludahi seseorang tanpa harus mengeluarkan ludah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arumi
RomanceEpilog dari 'Januari' Untuk kisah mereka yang lebih rinci, untuk hidup yang penuh misteri dan untuk cerita yang tidak selalu berjalan dengan happily ever after. Tidak ada awal dari cerita mereka. Semua berjalan begitu saja, berteman, bersama, berpis...