WARNING!!
Mohon kebijakan para pembaca sekalian bahwa ini hanyalah fiksi dan seluruh tindak kejahatan tak bisa dibenarkan. Tidak untuk ditiru*******
ISHA POV
New York, Manhattan.
Banyak.Kertas yang bergunung-gunung kembali muncul di depanku, tergeletak di atas mejaku, sedangkan komputerku menampilkan wallpaper hitam seperti pikiranku sekarang.
Aku mau cuti lagi.
Aku sangat capek dan sudah mulai gila-tidak-aku sudah gila.
Aku menoleh ke arah kaca persegi yang terdapat pada pucuk meja. Mengamati kantung mata hitamku yang kini samar terlihat. Di sebelahnya, secangkir latte kembali menemaniku di meja sialan ini.
Kepalaku rasanya sangat pusing dan mataku terasa begitu berat dan mengganjal. Aku yakin, saat aku menutup mataku, aku akan langsung bermimpi dan tertidur pulas.
Tapi tak bisa.
Dimitri butuh rekapan dan laporannya sore ini. Aku harus mengerjakannya atau dia akan terus mencecarku.
Persetan hubungan kami yang cukup berkembang. Sikap kaku dan disiplin gilanya terhadap pekerjaan tak berubah sama sekali! Dia memang mengurangi pelatihan fisikku, tapi pekerjaan kesekretariatanku kini dikembalikan secara penuh. Dan disini aku sudah gila melihat kertas-kertas berserakan di meja yang mana harus aku cek dan analisis.
Punggungku kini terasa linu dan sakit. Tapi aku tak bisa berdiri dari kursi kantor yang empuk ini walau pantatku rasanya kebas.
Ah, aku sudah menginap di kantor selama 2 hari.
Haha-
"Isha!"
Suara seorang wanita yang kukenal kini sedikit membuat mataku yang berat seketika terasa sedikit ringan. Aku merindukan suara itu.
"Hannah?"
Kudapati Hannah berjalan memasuki kantorku. Kemudian kami berpelukan untuk beberapa saat. Saat merasakan pelukan lembut Hannah, aku sedikit merasa ngantuk tapi aku berhasil menahan perasaan itu. Setelah melepaskan pelukan kami, hannah meremas pundakku dan menatapku tak percaya.
"Astaga, Isha! Kau seperti zombi!"
Aku hanya tersenyum lemas sembari memaki bajingan Dimitri sialan itu di dalam hati.
"Ya, setelah melakukan bussiness trip ke Prancis, Sir Dimitri memberikanku setumpuk pekerjaan"
Ucapku masih tersenyum simpul. Nadaku terdengar begitu datar seperti robot yang menjawab berdasarkan teks template budak korporat yang diperas.
"Kau tak boleh cuti? Ambillah cutimu, Isha"
Iya, aku juga berpikir seperti itu. Hanya saja, aku masih belum memintanya pada Dimitri lagi. Semua karena pekerjaanku masih belum tuntas, serta dari tugasku di Jerman beberapa hari yang lalu, akan cukup berbahaya bagiku untuk keluar tanpa membenalui Dimitri.
Tapi, aku butuh cuti. Aku berencana melakukan ritual 'pulang kampung' ke indonesia yang selalu kulakukan setiap setahun sekali, sebelum akhir tahun, atau nenek akan terus mengungkitnya sampai telingaku menjadi tuli.
"Aku sedih kau tak mengabariku saat kau sudah kembali ke Manhattan. Aku saja mengetahuinya dari resepsionis lantai dasar saat bergosip dengan mereka"
"Ya, maafkan aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Above The Contracts (21+)
ChickLitA story about a villain who got his woman. SINOPSIS Karena kesalahan One night Stand di Chicago malam itu, kini Dimitri memaksa Isha menyetujui kontrak berisi perjanjian untuk menjadi teman tidurnya dalam setahun. Bagi Isha itu merupakan suatu dile...