12

404 52 26
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Taehyung duduk di ranjang rumah sakit, beberapa menit setelah Jungkook pergi Taehyung langsung menelpon Jimin dan seokjin agar kemari menemaninya.

Meskipun sakitnya perlahan mereda, pikirannya jauh lebih kacau daripada kakinya yang cedera. Dia memutar-mutar ponselnya dengan gusar, menunggu Jimin dan Seokjin yang tak kunjung tiba. Matanya sesekali melirik ke luar jendela, seolah mencari jawaban yang tak bisa ia temukan.

Saat Jimin akhirnya masuk ke ruangan, ia menghela nafas lega. "Akhirnya. Kau tidak tahu seberapa lama aku menunggu."

Jimin hanya mengangkat satu alis, terlihat tidak terlalu terpengaruh oleh sikap Taehyung. "Taehyung, kau benar-benar... selalu ingin cepat-cepat, ya? Apa kau pikir aku bisa teleportasi?"

Sebelum Taehyung bisa menjawab, Seokjin masuk dengan langkah santai, tangannya membawa kantong berisi makanan ringan. "Kau tidak percaya kalau aku juga sudah datang, kan? Apa kita ini budakmu, Taehyung?"

Taehyung hanya memutar matanya. "Diam saja, Hyung. Kita harus bicara serius."

"Serius, ya? Oke, aku mendengar. Ada apa kali ini? Jungkook?" Ujar Seokjin dengan nada iseng namun penuh perhatian

Seokjin menempatkan dirinya di sebelah Jimin, membuka kantong keripik dan mulai mengunyah. Jimin hanya menggelengkan kepala, seolah sudah terbiasa dengan kebiasaan santai Seokjin. Tapi mereka berdua tampak menyadari ada sesuatu yang berbeda pada Taehyung hari ini sesuatu yang lebih dari sekadar sikap anehnya yang biasa.

Mendengar nama Jungkook disebut, Taehyung terdiam sejenak. Rahangnya mengeras, lalu ia menghela nafas pelan, suaranya berubah lebih lembut, lebih ragu. "Aku... aku sempat berpikir... mungkin aku salah."

Ruangan langsung hening. Jimin dan Seokjin saling melirik, kaget mendengar pernyataan Taehyung yang tidak biasa. Taehyung jarang atau hampir tidak pernah mengakui kesalahan atau kelemahan.

Jimin mendekat sedikit, suaranya pelan tapi penuh rasa penasaran. "Salah? Maksudmu... soal Jungkook?"

Taehyung mengangguk pelan. "Ya. Aku sempat berpikir... apakah semua ini benar? Apakah aku harus terus mengejarnya seperti ini? Mungkin... mungkin aku terlalu jauh."

Seokjin menyandarkan diri di kursinya, memasukkan keripik ke mulutnya lagi dan dengan tatapan tidak percayanya. "Wow, aku tidak pernah menyangka akan mendengar kau ragu soal apapun, apalagi soal Jungkook."

"Ya," sahut Taehyung cepat, tangannya menggenggam sprei dengan erat. "Rasa ragu itu datang tiba-tiba. Tapi lalu aku ingat... aku ingat betapa pentingnya ini bagiku." 

Matanya menyipit, tekad yang familiar kembali muncul di wajahnya. "Tapi itu hanyalah sesaat. Jungkook... dia milikku. Aku tidak bisa mundur sekarang. Aku tidak akan mundur."

Jimin mengerutkan dahi, tangannya bermain-main dengan ujung jaketnya. "Taehyung, kau tahu kan, merebut Jungkook bukan hal yang sederhana. Ini bukan soal siapa yang paling kuat atau paling cepat, kau bicara soal perasaan seseorang."

I'll take it backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang