Aku seperti menemukan Firdaus yang suci dan diharapkan jutaan manusia di dunia, kilau mentari yang menghambur ke wajah Kak Randy yang putih membuat denyut nadiku menari nari tak ada jeda, sekujur tubuhku gemetar mengikiti alunan aliran darah yang perlahan mengalir, menghasilkan embun yang tiba tiba saja hadir tanpa sebab. Lelaki yang sebelumnya berkacamata itu perlahan mendekat, aku masih diam.
“Siapa dia Ceri!” seru Siwi.
“Apa kabar Ceri?” tanya Kak Randy yang jaraknya sudah semeter di hadapanku dan aku masih menganga, dia masih tersenyum, dia lambaikan tangan dan aku terperangah. Aku langsung mengarahkan mataku ke segala arah, gugup bercampur malu, seperti isi hatiku terpajang di depan matanya.
“Kamu masih imut seperti dulu ya,” katanya lagi. Aku menangis.
“Kak Randyy!” lirihku. Dia tertawa.
Tak lama dia maju dengan kedua tangan terbuka. Seperti ingin memeluk.
“WEIIS JANGAAAN!” hadang Tanty. Aku diam, tersenyum.
“Ceri ini mahasiwi terjaga di kampus kami.”
“Aku kakaknya, yang kan Ceri?” tanya lelaki itu aku menunduk malu.
“Bener dia kakak lu?” tanya Siwi kemudian.
“Kakak ketemu gede!” jawabku, Kak Randy tertawa. Senyumnya lebar memesona.
Setelahnya aku jalan berdua saja dengan lelaki yang tinggi tubuhnya sekitar 170 cm itu, penampilannya hari itu yang rapih, bersih setidaknya membuatku kagum dan bangga bisa jalan dengannya, kulitnya bersih, mancung hidungnya dan manis saat dia tersenyum.
“Kita duduk di situ yuk!” ajaknya menunjuk pada sebuah Kafe di pojok kampus.
“Ayo!” balasku.
Di depannya aku seperti mesin cuci yang tersendat, gugup bukan main. Sementara sorot matanya terus saja memerhatikanku.
“Kamu kenapa Cer?”
“Kak Randy kenapa enggak kasih tahu mau datang? Ceri kan malu.”
“Memangnya kenapa?” Dia tersenyum hampir tertawa.
“Yaa kalo tahu, Ceri kan bisa ….”
Aku menjeda, malu.
“Bisa apa?”
Bisa pakai baju terbaik dan berdandan sedikit, kataku tak berani.
“Ah sudah lupain aja,” jawabku dia tertawa.
“Kakak kok tahu Ceri kuliah di sini?”
“Dari Papahmu.”
“Papah?” Aku mendelik.
“Iya, suratmu baru Kakak baca lusa kemarin. Karena sebelumnya Kakak sibuk mengurus lamaran kerja. Setelah baca suratmu, Kakak minta nomor Papahmu dari Papahnya Kakak, mereka kan temenan.”
“Oh ya Kakak sudah lulus ya!”
“Iya.”
“Kakak mau jadi apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPTEMBER CERIA
Teen FictionSeptember Ceria adalah sebuah nama yang diberikan pada gadis periang asal kaki bukit bromo ini. Perpisahan orang tua membuat gadis bernama Ceria itu tak lagi seceria namanya. Terlebih saat Ibunya meninggal. Ceria harus siap hidup bersama keluarga ba...