2. Baswara dan Menjangan

87 19 5
                                    

Airi tersenyum kikuk setiap matanya bertemu dengan pranusaji yang menunggunya menelusuri buku menu sejak beberapa menit lalu. Wanita itu menyipitkan matanya berusaha keras menemukan cheesecake paling enak yang kemarin ia cicipi di tempat ini. Namun nihil. Dari jajaran makanan penutup yang ada, tak satupun menunjukkan bahwa menu tersebut pernah ada.

"Mbok, kemarin aku makan cheesecake enak banget itu namanya apa ya? Kok nggak ada?" tanya Airi akhirnya, menyerah.

Pramusaji itu mengerutkan dahinya. Beberapa tahun bekerja di sini baru tahu sekarang kalau tempat ini memiliki cheesecake.

"Cheesecake yang mana ya, Kak? Kebetulan kami nggak ada cheesecake."

Keduanya lalu larut dalam kebingungan. Dari semalam Airi sudah berandai akan makan kue satu itu lagi karena rasanya yang tak kunjung hilang dari indera perasa. Namun sekarang ia malah dihadapkan pada kenyaatan bahwa mungkin saking tertekannya dengan keadaan, ia jadi tukang halusinasi.

"Kemarin ada yang bawaiin saya, Mbok. Bli yang pakai baju santai, kaos dan celana pendek. Bisa tolong ditanyakan nggak ya?" pinta Airi keukeuh.

Setelah melontarkan pertanyaannya, baru Airi dilanda bingung melihat seragam yang pramusaji itu pakai. Kemeja putih, rompi coklat gelap, dipadukan dengan celana bahan panjang warna senada. Memutar matanya ke seluruh penjuru restoran, Airi menemukan padanan yang sama di semua pramusaji tempat itu.

"Ah, Pak Baswara?" tanya wanita dengan name tag nama 'Indah' tersebut. Airi menjentikkan jarinya. Benar, namanya Baswara. Si kurang ajar yang seenak jidat menawarkan jadi temannya.

"Sugra nggih, saya panggilkan."

"Eh..."

Airi menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia tak meminta Indah untuk pergi memanggil Baswara. Lagipula untuk apa Baswara dipanggil? Perkara cheesecake saja membuat Airi mengetuk-ngetuk jarinya ke meja gelisah. Tak lama pria dengan kemeja santai dan celana selutut datang ke meja Airi, diikuti Indah di belakangnya.

"Katanya nyari cheesecake?" Baswara tersenyum. Senyum sarkastik yang lama-lama dihafal Airi.

Wanita itu hanya mengangguk, tak berniat bicara lebih.

"Anything else? Mau pure cheesecake aja, atau mau blueberry cheesecake? Strawberry?"

"Just cheesecake."

"Ditunggu ya," ucap Baswara sebelum membalikkan badan dan menghilang menuju pintu yang tak Airi tahu mengarah ke mana.

Indah maju, mengambil menu dari meja Airi.

"Kami nggak punya menu cheesecake, Kak. Kemarin Pak Baswara yang bikin lagi coba-coba."

"Coba-coba? Emang boleh, Mbok, bikin yang nggak ada di menu? Dianya juga kok dibolehin sih sama manajer kalian pake baju bebas gitu kerjanya? Apa nggak kurang sopan?" Airi malah nyinyir.

Indah terkekeh, seakan pertanyaan Airi barusan adalah yang terbodoh yang pernah ia dengar. Lalu tersenyum.

"Ya boleh dong, Kak, hotelnya kan due Pak Baswara."

Mata Airi membulat. Punya Baswara katanya? Hotel sebesar ini? Pria sekurang ajar itu?

Membungkukkan sedikit badannya sambil berkata permisi, Indah melangkah menjauhi meja milik Airi. Sepeninggal wanita itu, hanya beberapa menit setelahnya Baswara muncul dengan piring yang Airi harap seenak kemarin, karena kalau tidak sangat amat rugi ia harus memperpanjang urusan seperti ini.

"Sisa kemarin, selamat menikmati." Kali ini, entah halusinasi atau tidak, Airi menangkap tulus dalam senyum Baswara.

Baru berniat membalas senyum itu, ia malah melotot ketika Baswara lagi-lagi seenak jidat menarik kursi untuk duduk di hadapannya.

Di Barat Laut BaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang