[6] 🌌

36 20 0
                                    

[1939]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[1939]

Malam ini seperti biasa, setelah pulang dari rumah sakit aku pergi ke rumahku, tempat dimana aku kehilangan dirinya. Rumah tua itu, sekarang sudah diperbaiki, kini atapnya yang roboh telah diperbaiki menjadi bentuk atap tradisional kinopi, rumah tua yang hancur dulu menjadi perumahan yang padu, selaras dengan jalanan yang membentang menuju arah sungai tempat dimana aku bermain dengannya.

Ini rumahku semenjak hari itu, 7 tahun lalu. Tepat didepan rumahku pot bunga dari tanah liat berjejeran membentuk pola horizontal, beberapa pot kecil ditanami bunga Tsubaki (Camellia) dan sisanya tanaman lain yang banyak rupanya.

"Irahen no?" (apa kau tidak mau masuk?) Suara Akarune-sama seorang wanita 67 tahun yang khas dengan dialek Kansai-ben nya. "A, un, sugu hairu wa" (Oh, iya, aku akan segera masuk), Balasku sambil melepas sepatu di balkon depan meletakkannya di rak sepatu, hari ini umurku 18 tahun. Aku bekerja menjadi pekerja kasar dirumah sakit semenjak peristiwa itu, aku juga telah banyak berubah aku memangkas rambutku yang dulunya panjang sepinggang menjadi pendek sebahu, gadis kecil yang selalu dibonceng itu kini tumbuh menjadi wanita yang cukup suram, aku tidak tau apa yang mengubahku apakah itu karena trauma kehilangan keluarga, atau karena dia.

"Onesamaa, kau la-lama sekali b-bukankah kau h-harus me-menulis s-surat itu!" Arisa, dia adalah cucu dari Akarune-sama, umurnya 3 tahun lebih muda dariku, karena kami tinggal satu atap keberadaannya begitu akrab dalam keseharian ku, dia juga salah satu korban dari peristiwa itu. Walau, dia terbata-bata dalam berbicara tapi dia adalah anak yang pintar, cantik, matanya yang begitu bersinar penuh masa depan dan semangat yang tidak kumiliki saat ini, seandainya dia tidak gagap, mungkin dia telah diadopsi oleh keluarga berada yang lebih mampu memberinya masa depan.

Jujur aku iri padanya, lebih tepatnya kepada semangatnya yang ingin selalu membantu dan berguna bagi orang lain. "Aku sudah bilang aku tidak akan buang buang waktu hanya untuk membuat sebuah surat yang tidak akan pernah tersampaikan" jawabku dengan sebal sembari melempar tas ku ke kasur.

"A-apa kau s-sudah tidak me-medulikan 'nya', hey... apa s-salahnya mencoba, bi-bisa jadi dia 'masih hidup' kan!" Arisa meraih ujung jasku menariknya kuat-kuat mencoba menyakinkan ku. "Kau tidak tahu apapun Arisa, desa ini adalah rumah nya, aku selalu menunggunya dengan tetap tinggal didesa ini, lantas apa yang membuatku harus berpikir bahwa dia masih hidup, jika dia masih hidup dia sudah menemui ku dari tujuh tahun yang lalu," Bentak ku, menggeser pintu kamarku dengan keras.

"Gomen... gomenasai" (maaf... ma-maafkan aku). Lalu dia pergi dari depan pintu kamar ku, "Bagus, sekarang aku menjadi kakak yang buruk" gumamku sambil merebahkan tubuhku di tempat tidur, melihat atap rumah karawa yang terbentang miring, ah lagi lagi aku mengingatmu. Azzur, apakah kau masih hidup? jika memang begitu kenapa kau tidak kembali padaku, kenapa kau bahkan tidak mengabari ku. Lagi lagi aku berpikir seperti ini, apakah aku memang harus menulis surat untuknya?

༄.°༄.°༄.

Tujuh tahun lalu, ketika aku dan dia terperangkap di reruntuhan itu, aku tidak tau pasti apa yang terjadi padanya. Setelah kejadian itu aku terbangun dirumah sakit yang menjadi tempatku bekerja sekarang. Aku tidak bisa langsung mencarinya setelah bangun, para petugas itu tidak mengizinkan ku keluar zona evakuasi.

Aku sudah berusaha mencari nya, bertanya kepada banyak orang di pengungsian, entah itu tentara, relawan, anak anak lain dan para orang dewasa. Semua orang sedang berduka kehilangan keluarga, rumah, dan pekerjaan. Kenapa juga mereka harus mengurus satu anak kecil yang meng hilang? mereka sibuk dengan urusan masing masing, semua usahaku mencarinya sia-sia.


Tiga bulan setelah kepergiannya, akhirnya para warga diperbolehkan pergi dari pengungsian. Mereka sudah memulai lembaran baru, membangun semua hal yang baru direnggut, membangun kembali keluarga, rumah, fasilitas dan lain lain. Aku melihat kesibukan itu sambil berjalan ke tujuan pertamaku rumah tua itu, tempatku terakhir kali melihatnya.

Apa yang kulakukan disana? anak kecil berusia 11 tahun yang tidak tahu arah pulang kehilangan keluarga dan bingung mencari temannya, kasian. Itu mungkin yang dipikirkan semua orang ketika melihatku dulu, anak kecil yang duduk di reruntuhan rumah termenung dan terdiam. Sampai seorang wanita tua menepuk pundak ku. Akarune-sama pemilik rumah ini sebelumnya.

"Konna toko de nani shiten no? Chiisai onna no ko" (apa yang kau lakukan disini gadis kecil?) Aku langsung tersentak, menoleh kearah sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Konna toko de nani shiten no? Chiisai onna no ko" (apa yang kau lakukan disini gadis kecil?) Aku langsung tersentak, menoleh kearah sumber suara. "wwwww o-o-baasan k-kau me-mengagetkannya" suara melengking anak berusia 8 tahun, Arisa. "Man-maaf ne-nek ku memang su-suka me-mengagetkan" kata gadis itu terbata bata membuatku orang yang baru mendengarkan nya bingung.

"Nande koko ni onnen, jouchan" (kenapa kau ada disini, nak?) tanya Akarune-sama. "onnen?" , aku memiringkan kepala,  belum terlalu akrab dengan dialek Kansai-ben dari Akarune-sama.

"Ne-nek ku bilang, ke-kenapa k-kau berada di-disini" jelas anak kecil itu. "aku menunggunya"
"s-siapa?"
"Teman"
"A-apa dia a-akan benar-benar d-datang?"
"entah"
"e-entah?, la-lalu jika d-dia ti-tidak datang a-apakah ka-kau akan te-terus menunggunya?"

Aku terdiam, apakah jika dia tidak datang aku akan terus menunggunya? disini tempat dimana dia menyelamatkan ku, sampai kapan? aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau ......

Aku terdiam, apakah jika dia tidak datang aku akan terus menunggunya? disini tempat dimana dia menyelamatkan ku, sampai kapan? aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lanjooot
╰⪼

SKY : A Tale of PatienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang