[9] ☁️

7 3 0
                                    

Aku melihat dia mengangkat tangan kearah Arisa, spontan aku segera menuju kesana. Tidak akan kubiarkan dia melukai adikku. Terlambat tangannya akan menampar Arisa.

 Terlambat tangannya akan menampar Arisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Pukul 08.50]

Aku meminum teh hijau di depan teras rumah yang baru kita singgahi, setelah semua kejadian merepotkan itu, ada sedikit keberuntungan untuk kami. Kaguya-sama memberikan ku keberuntungan hari ini, keberuntungan yang besar.

saat pukul 08.30 setelah kita keluar dari stasiun yang ramai itu, adikku mencoba bertanya alamat kepada lelaki paruh baya. Dan sialnya lelaki itu sedang mabuk, ditambah gaya bicara Arisa yang terpatah patah tentu saja membuat keadaan semakin buruk. Walau begitu hal itulah yang membuat kita beruntung.

༄.°༄.°༄.

Sebelum pria tua paruh baya itu menampar Arisa. Entah dari mana datangnya pemuda blesteran itu, tingginya kira kira 6 kaki lebih 1 atau dua inci, cukup tinggi untuk rata rata lelaki dewasa di Jepang. Kyojiro Ryuen dia meraih tangan pria tua pemabuk itu, lalu menghempaskannya.

"Tenang pak"

"Hei! Dasar anak muda jaman sekarang sangat tidak sopan!"

"apakah menampar gadis yang bertanya itu kau anggap sopan, orang tua?, beruntung aku yang menghentikan mu bukan petugas polisi yang mungkin akan memenjarakan mu" Bentak pemuda itu, membuat pria tua mabuk itu terdiam, bergumam dan pergi.

"Dasar, mereka bahkan tidak memikirkan kesehatan di usianya yang tua"

"a-ano te- terimakasih" Arisa menunduk.

"...., oh. ya sama-sama, Arisa-chan, bukan?"

"eh? ka-kau tahu namaku?"

"tentu, mana mungkin aku tidak tahu nama gadis secantik dirimu" Katanya sambil meraih rambut panjang adikku itu.

Baiklah, aku sudah cukup diam sekarang waktunya peran kakak galak yang harus melindungi adiknya. Aku langsung menepis tangan lelaki itu, menatapnya dengan tajam.

"Ja.ngan sen.tuh. a.dik.ku!" aku menekan suara, mengancamnya.

"ka-kak!, di-dia sudah menolongku!"

"Aku tidak peduli, gayanya sudah seperti pereman lihat, kerahnya tidak dikancingkan, rambutnya amburadul, dan sepertinya dia belum mandi selama seminggu!"

"wah...wah...Onesama~, kata katamu pedas sekali, em....kalau tidak salah Miku-neesama bukan?"

Mataku yang galak berganti dengan penasaran, bagaimana dia tahu namaku, bukankah tadi dia juga menyebut nama adikku, apakah dia detektif atau eksekutif yang menyelidiki semua orang yang baru tiba di Tokyo, atau apakah dia selama ini menguntit adikku, bisa jadi dia seorang pembunuh yang mencari tahu identitas targetnya, atau..

"Sebelum anda berpikir lebih jauh oneechan bisakah kau mengizinkan ku menjelaskan tujuan dan bagaimana aku tahu nama kalian?"

"Yaa.. bagaimana kau-"

SKY : A Tale of PatienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang