[5] 🌧️

48 20 5
                                    

Namun, apa yang tidak aku ketahui adalah bahwa perpisahan yang tak terhindarkan akan segera tiba, bukan dalam dua minggu lagi, melainkan kurang dari dua jam lagi. Semua akan berubah dalam waktu singkat.

 Semua akan berubah dalam waktu singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᯓ ✈︎

ku menatap gemerlap kunang-kunang di sekitar jembatan Shinkyo, tempat yang selalu membuatku tenang. Cahaya bintang menghiasi langit hitam legam tanpa awan, memandangi pasar malam yang ramai.

Azz, begitu lama hampir satu jam setengah aku menunggunya, aku hendak pergi kembali ke tempat pasar malam itu, meninggalkan jembatan Shinkyo, tempat yang membuatku tenang dengan gemerlap kunang-kunang.

Masih dengan pemandangan pasar malam dan indahnya langit hitam legam yang di penuhi bintang, tak ada satupun awan malam menghalangi pemandangan. Aku kembali ke gerbang pasar malam yang ramai itu

Pasar malam yang semarak dipenuhi suara riuh pedagang, anak-anak berlarian, dan musik yang mengiringi setiap langkah.

Tapi keindahan itu tak berlangsung lama. Negara ini tak lagi aman sejak perang dunia kedua berlangsung. Di balik kegembiraan, selalu ada bayang-bayang ancaman.

Suara deru pesawat tempur tiba-tiba memecah langit, dan orang-orang yang tadinya tertawa mendadak pucat. Pesawat-pesawat mulai berjatuhan, ditembak misil dari belakang.

Ledakan demi ledakan memicu kepanikan, menggantikan kebahagiaan. Pasar malam berubah seketika wahana kuda-kuda yang berputar ditinggalkan, balon-balon beterbangan, lenyap di balik asap.

Aku berlari menembus kerumunan yang panik, berusaha menuju toko Azz. Asap dan debu membuatku terbatuk, tapi aku tetap berjalan, kaki ini tak mau berhenti.

Aku harus menemukan Azz. Namun, tubuh kecilku tersandung oleh orang-orang yang lebih besar. Aku jatuh. Beberapa orang bahkan mengajakku tanpa sadar, meninggalkan luka memar di tubuhku.

Suara ledakan kembali terdengar, lebih dekat kali ini. Tubuhku terseret arus orang yang berlari, dan lagi-lagi aku terjatuh, bersimpuh di tanah. Di depan mataku, reruntuhan puing puing pesawat. Anak-anak yang tadinya bermain kini tergeletak tak bernyawa, tertimbun di bawah bangkai pesawat.

Saat bola api berjatuhan membakar pohon di sekitarku, aku merasa tak bisa bergerak. Pohon yang terbakar itu mulai roboh ke arahku.

Tiba-tiba, tangan kecil menarik ku keluar dari bahaya tangan yang amat kukenal.

"Miku!" Itu Azz, yang menyelamatkan ku lagi.

Air mataku mengalir. "Kau ke mana saja? Aku sudah menunggumu di jembatan itu!"

"Kau bisa marah padaku nanti, Miku sekarang kita harus pergi," kata Azz, sambil bergegas meraih tangan ku.

Dia menggandeng tanganku, membimbingku keluar dari pasar malam yang hancur.

SKY : A Tale of PatienceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang