Bab 2 Cewek kampung

29 8 9
                                    

"Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya kamu menurunkan wanita di tengah jalan!" bentak Oma Tari sembari memukuli Laksa.

"Aduh, ampun Oma..." rintihnya seraya menangkis pukulan Oma.

"Sampai kapan kamu menolak wanita terus. Apa kamu penyuka sesama jenis?" hardiknya.

"Ya ampun Oma, ya gak gitu juga."

"Lantas kenapa kamu selalu kabur tiap kali di jodohkan?

"Iya, Laksa, masih gak mau jatuh cinta aja Oma."

"Dasar bodoh! Kamu masih belum bisa melupakan mantanmu yang murahan itu?"

"Engak, enggak, gak gitu Oma."

"Memang bodoh kamu ya...! Sini kamu, otakmu itu harus Oma pukul biar sadar." teriaknya seraya mengejar Laksa.

"Ampun Oma, jangan...! Nanti kalau wajah tampan Laksa rusak gimana?"

"Halah, percuma tampan kalau gak nikah-nikah. Sini kamu jangan lari_"

Laksa dan Oma tari bermain kucing-kucingan bak serial kartun 'Tom and Jerry.' Oma Tari berlari mengejar Laksa dengan sapu di tangannya, sehingga membuat Laksa kalang kabut dan kabur sampai ke luar rumah Oma.

Disisi lain, seorang gadis kampung bernama Embun, merantau dari Semarang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dia yang hanya lulusan SMK, bertekad ke Jakarta dengan harapan, bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus, agar bisa membantu orang tuanya yang sedang terlilit hutang.

Hari demi hari terasa semakin berat baginya. Setiap langkah yang dia ambil seolah hanya menuju jurang kehampaan yang lebih dalam. Seharian ini Embun juga sudah berusaha, mencoba, bahkan dia berjuang kesana kemari mencari pekerjaan, walau hanya bermodal ijazah SMK ditangannya. Tetapi hasilnya tetap sama, kegagalan yang tak terelakkan. Tak ada lagi yang tersisa selain rasa lelah, terperangkap dalam lingkaran yang tak berujung. Semua lapangan pekerjaan seakan tertutup, dan dia tak tahu lagi harus ke mana melangkah. Dia merasa ini adalah akhirnya, sudah tak ada lagi yang bisa dia lakukan.

Embun berjalan lesu di trotoar, pandangannya kosong, hingga tak sadar ada seseorang yang berlari cepat di depannya, dan menabraknya. Mereka berdua terjatuh, Laksa tak sengaja menindih tubuh Embun yang mungil itu. Bola mata Embun membulat sempurna melihat ketampanan Laksa bak artis idolanya Byeon Woo Seok. Kelopak matanya tak berkedip. Dia tesenyum, sembari melamunkan orang yang ada di atasnya ini, sebagai artis idolanya itu.

"Jangan lari kamu anak bandel. Sini kamu...!"

Lamunan Embun terhenti saat mendengar seorang Nenek yang meneriaki laki-laki itu. Mereka berdua langsung berdiri, sedang Laksa tetap ketakutan, dan mengambil langkah untuk segera kabur.

Embun terperangah melihat seorang Nenek berteriak sambil mengacungkan sapu di tangannya. Dia berpikir, Laksa adalah penjahat yang mencuri sesuatu di rumah Nenek tersebut. Dengan sigap, Embun menangkap Laksa kemudian merangkulnya.

"Eehh mau kemana kamu, jangan coba-coba kabur ya. Dasar pemuda nakal...! Teganya kamu mencuri di rumah Nenek itu." tuduhnya dengan logat medok khas Semarang.

"Ehh gadis kampung! Sapa yang mencuri? Sialan...! Lepasin gue." gertaknya sembari meronta.

Embun berpikir keras dengan apa yang terjadi. Dalam batinnya bergumam, 'Bukan pencuri? Lalu kenapa Nenek itu mengejar?'.

"Kalau bukan pencuri pasti jambret, iya kan? Udah ngaku aja. Apa yang kamu ambil dari Nenek itu? Ayo cepat kembalikan!"

Laksa merasa kesal dengan tuduhan yang di lontarkan gadis kampung itu. Dia semakin geram dan terus memberontak untuk melepaskan jeratan tangan Embun.

Laksana EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang