Bab 5 Menggoda

21 1 0
                                    

Semburan air hangat mengalir lembut di kulit Laksana, menyapu lelah yang menumpuk setelah seharian beraktivitas. Ia memejamkan mata, membiarkan aliran air membasahi rambutnya, meresap hingga ke kulit kepala, membawa rasa nyaman yang luar biasa. Uap tipis mengepul di sekitarnya, mengisi udara dengan kehangatan. Dengan jemarinya, ia perlahan memijat bahunya yang kaku, merasakan ketegangan itu perlahan-lahan meluruh. Nafasnya mengendur, bibirnya tersenyum samar. Setiap tetes air yang mengalir di tubuhnya terasa seperti menyapu semua beban dan menyegarkan jiwa, membuatnya tenggelam dalam keheningan yang tenang dan damai.

"Pak Miko, tolong ambilkan handuk Pak!" teriaknya,"Pak Miko, saya lupa bawa handuk ke kamar mandi. Tolong ambilkan Pak!" ulanginya lagi.

Beberapa saat kemudian, handuk itu datang. Seseorang mengetok pintu dan menjulurkan tangannya ke balik pintu kamar mandi tersebut.

"Terimakasih Pak..." ucapnya seraya mengambil handuk itu dari tangan Embun.

Laksa sempat berpikir sejenak, sebelum akhirnya menyadari, itu bukanlah Pak Miko. Dia menyampirkan handuk itu di pinggangnya, kemudian membuka kembali pintu kamar mandi, mencoba memastikan, bahwa dugaannya itu benar.

"Ello? Ngapain loe di kamar gue?" tanyanya penasaran.

Laksa keluar dengan keadaan tubuh yang masih basah, dan hanya dengan berbalut sebuah handuk di pinggangnya. Membuat Embun dengan tanpa sadar, menelan ludahnya, terpana oleh kombinasi antara kekuatan dan ketertarikan yang membuncah dalam dirinya. Pandangannya terhenti di sana lebih lama dari yang ia rencanakan, seolah tidak bisa berpaling dari pemandangan yang begitu mengesankan.

 Pandangannya terhenti di sana lebih lama dari yang ia rencanakan, seolah tidak bisa berpaling dari pemandangan yang begitu mengesankan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Melayani, segala kebutuhan Mas Laksa." jawabnya kemayu.

Tetesan air dari rambut Laksa mengalir pelan hingga melewati dadanya yang bidang. Membuat Embun terus terpana dan tak bisa memalingkan pandangannya dari sana.

"Harus ke apartemen juga?" tanyanya tercengang.

Embun tak menjawab, matanya tak bisa lepas dari dada berotot Laksa yang tampak kokoh dan terpahat sempurna. Otot-otot itu terlihat jelas di balik kulitnya yang kencang, berkilauan samar terkena pantulan cahaya.

Di tambah lagi, bayangan kejadian di dalam mobil kembali terlintas. Membuat Embun berhalusinasi, saat ini, Laksa sedang menghampirinya dengan tatapan yang menggoda. Dia menangkup kedua pipi Embun dengan lembut, kemudian mengecup bibirnya dengan pelan dan hangat. Degup jantungnya bertambah cepat, dan rona merah langsung menghangatkan wajahnya. Getaran halus itu menyelimuti dirinya, seperti ada aliran kebahagiaan yang tak terjelaskan.

Tiba-tiba, suara langkah kaki mendekat, diikuti dengan panggilan yang agak keras, "Bun... Halo..." panggil laksa dengan suara seperti gema yang jauh.

Seketika Embun tersentak. Tatapannya yang semula kosong kini kembali fokus. Ia menarik napas panjang, merasakan dinginnya udara yang menyapu wajahnya. Sadar bahwa ia telah lama tenggelam dalam lamunan. Sementara Laksa mengerutkan dahinya, mengusir sisa-sisa bayangan Embun akan dirinya. Dengan sedikit kikuk, Embun tersenyum tipis, "Maaf mas..." ucapnya canggung, dan berusaha menjauh dari Laksa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laksana EmbunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang