Bab 1: Akar Kegelapan
Di sebuah desa kecil yang terhimpit di antara tebing hutan pinus yang lebat dan deburan laut biru yang menerpa pantai, hidup seorang gadis kecil bernama Kyoka Hoshizaki. Desa itu tampak sunyi, hampir seperti terlupakan oleh dunia luar, tempat di mana sinar matahari seolah-olah kesulitan menembus celah pepohonan, meninggalkan bayang-bayang yang mengintai di setiap sudut jalanan sempit berkerikil.
Kyoka, dengan rambut hitam yang legam seperti malam, tampak berbeda dari anak-anak seusianya. Pada usia sepuluh tahun, dia memiliki tatapan yang lebih dalam, seakan-akan menyimpan rahasia yang tak seharusnya diketahui oleh gadis seumurannya. Dia bukanlah gadis yang banyak bicara, tetapi setiap gerakannya menunjukkan kepekaan yang tajam terhadap dunia di sekitarnya—sebuah dunia yang baginya dipenuhi dengan bayangan dan bisikan yang tak pernah hilang.
Kehidupan Kyoka tidak selalu seperti ini. Sebelum semuanya berubah, sebelum kegelapan mulai merayapi hari-harinya, dia hanyalah gadis ceria yang tumbuh dalam pelukan kasih sayang ibunya, Nori Hoshizaki. Sang ibu adalah sosok yang kuat namun lembut, seorang wanita yang bekerja keras untuk menghidupi anaknya sendirian setelah perceraian dengan suaminya, seorang pria yang meninggalkan jejak luka di dalam kehidupan mereka berdua. Setiap senyum Nori, meskipun tampak indah, selalu menyiratkan kepedihan yang tak pernah sepenuhnya terungkap.
Saat itu, Kyoka tidak memahami mengapa ayahnya pergi. Baginya, semua yang ia tahu adalah kebahagiaan sederhana bersama ibunya—mereka hidup dalam rumah kecil di pinggiran desa, menghabiskan sore dengan bermain di taman bunga liar, dan malamnya terbuai oleh suara deburan ombak yang menghantam karang. Namun, ada sesuatu yang selalu mengintai di balik ketenangan itu. Sesuatu yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata sederhana seorang anak kecil. Sesuatu yang ia rasakan semakin lama semakin mendekat.
Hari itu, seperti biasa, Kyoka menapaki jalan pulang dari sekolah dasar. Langit senja di atasnya melukiskan corak keemasan yang memudar di ufuk, namun tidak memberikan kehangatan yang diinginkannya. Dalam langkah-langkah kecilnya, Kyoka merasakan udara yang sejuk menusuk kulitnya, membuatnya merinding tanpa alasan. Bayangannya sendiri yang memanjang di trotoar seolah menjadi teman setianya, namun di sisi lain, memberikan perasaan aneh yang tak nyaman.
Saat tiba di rumah, aroma masakan ibunya menguar dari dapur, menggiringnya masuk dengan rasa tenang yang semu.
"Kyoka, sayang, ibu pulang lebih awal hari ini," suara lembut ibunya terdengar dari dapur, diiringi suara dentingan piring dan sendok.
Senyum kecil terlukis di bibir Kyoka, sesuatu yang jarang muncul akhir-akhir ini. Meski begitu, ada keraguan yang menghantui pikiran gadis kecil itu—ibunya sudah mulai berubah sejak beberapa bulan terakhir, tidak seperti dulu yang selalu memberikan perhatian sepenuhnya.
"Kyoka, kamu ingin ikut ke luar sebentar?" Suara Nori terdengar lebih ceria dari biasanya.
Kyoka mendapati ibunya berdiri di ambang pintu ruang makan, wajahnya tersenyum seperti biasa, tetapi matanya, bagi Kyoka, tidak sepenuhnya jujur. Di belakangnya, Reka, pria tinggi dan bertubuh kekar, berdiri dengan santai, mengamati Kyoka dengan cara yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Reka adalah pacar baru ibunya, seorang pria yang sering datang berkunjung, meski Kyoka tidak pernah benar-benar menyukainya. Ada sesuatu tentang dirinya yang membuat perut Kyoka selalu terasa aneh setiap kali pria itu berada di dekatnya.
“Festival di kota tetangga malam ini. Pasti seru!” lanjut Nori, berusaha membuat Kyoka tertarik.
Namun, gadis kecil itu merasakan perasaan aneh di hatinya—sesuatu yang berbisik dalam diam, memberinya peringatan yang samar. Seolah-olah ada suara di dalam dirinya yang menolak tawaran itu, meskipun bagian lain dari dirinya tidak mampu menolaknya secara langsung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ry's Story Collection
Short StoryDalam kekosongan yang menggantung, imajinasi menemukan sayapnya, merajut cerita yang tak hanya dibaca, tetapi juga dirasakan. 🔰 "Hei, kau di sana," suara Sabit tenang, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang memanggil perhatianmu. Di sisinya, Purnama t...