Bab 1: Bayang-bayang dari Dunia Tak Kasat Mata
Di sebuah desa terpencil di Jawa Tengah, terdapat sebuah keluarga Ningrat yang memiliki sejarah panjang yang penuh dengan kekayaan spiritual dan mistik. Keluarga ini, dikenal sebagai Keluarga Pradana, memiliki garis keturunan yang kuat dari leluhur yang menguasai berbagai ilmu spiritual Nusantara, termasuk ilmu kejawen dan ilmu meragasukma—sebuah praktik gaib yang memungkinkan seseorang memisahkan jiwa dari tubuh fisik dan berkelana di dunia astral.
Keluarga ini terdiri dari seorang ayah, Raden Pradana, dan istrinya, Nyai Pradana, serta tiga orang anak: Arya, anak sulung yang serius dan mendalami tradisi keluarganya; Ayu, anak kedua yang lembut dan sensitif terhadap dunia spiritual; dan Chandra, anak bungsu yang cerdas namun keras kepala. Di antara ketiga bersaudara ini, hanya Chandra yang menolak segala bentuk kepercayaan gaib. Bagi Chandra, segala hal mistis yang diwariskan dari leluhurnya hanyalah takhayul yang tak memiliki tempat dalam dunia modern.
Sejak kecil, Chandra selalu meremehkan praktik-praktik spiritual keluarganya. Ia sering melihat ayah dan kakaknya melakukan berbagai ritual tradisional, membaca mantra, dan mempersembahkan sesajen. Di ruangan utama rumah keluarga Pradana, ada sebuah altar besar yang dipenuhi dengan pusaka leluhur—keris-keris kuno, bunga melati, dan dupa yang selalu menyala. Di sana, keluarga Pradana memanjatkan doa dan meminta petunjuk dari para leluhur, namun Chandra selalu menghindari ruangan tersebut.
"Ini semua hanya omong kosong," pikir Chandra setiap kali melihat ritual berlangsung. Di dalam hatinya, ia lebih memilih berpikir rasional dan logis. Baginya, dunia ini hanya terdiri dari apa yang bisa dilihat, disentuh, dan dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Ia tumbuh menjadi sosok skeptis yang tak ingin terjebak dalam mitos-mitos kuno keluarganya.
Namun, sebuah peristiwa di malam purnama mengubah segalanya.
Malam itu, seperti biasa, seluruh keluarga Pradana berkumpul di ruang utama untuk melakukan ritual penghormatan kepada leluhur. Malam purnama selalu dianggap istimewa oleh keluarganya, karena dipercaya bahwa tirai antara dunia nyata dan dunia gaib menipis, memungkinkan interaksi antara kedua dunia. Chandra memilih untuk tidak ikut. Ia duduk di kamarnya, menyalakan laptop, dan menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang lebih "modern" menurutnya. Namun, rasa kantuk mulai menguasai dirinya. Suara alunan doa dan mantra yang dilantunkan dari ruang utama perlahan-lahan menjadi latar belakang yang membuatnya mengantuk.
Ketika Chandra tertidur, ia merasa tubuhnya melayang. Sensasi ini begitu aneh dan nyata, seolah-olah tubuh fisiknya tertinggal di tempat tidur, namun kesadarannya berada di tempat lain. Ia membuka matanya, dan yang ia lihat bukan lagi kamar yang biasa ia kenal, melainkan sebuah ruangan gelap yang seakan dipenuhi kabut. Rasa dingin menjalar di sekujur tubuh astralnya.
Chandra berusaha bergerak, tapi kakinya terasa ringan, melayang. Panik mulai menguasainya saat ia menyadari bahwa ia sedang berada di luar tubuhnya. “Apa ini mimpi?” pikirnya, tetapi sensasi yang dirasakannya terlalu nyata untuk sekadar mimpi. Ketakutan menjalar di dalam dirinya, ia berusaha keras untuk kembali, namun semakin ia mencoba melawan, semakin jauh dirinya terseret dalam dimensi yang asing ini.
Chandra melayang di antara bayang-bayang yang mengelilinginya. Ia melihat bayangan-bayangan kabur yang menyerupai sosok-sosok manusia, namun tak berwajah. Bayangan-bayangan itu melintas dengan cepat, membentuk arus yang seakan tak bisa ia hindari. Suara-suara berbisik mulai terdengar, namun bahasa yang mereka ucapkan asing bagi Chandra, seolah berasal dari zaman yang tak pernah dikenal.
Di tengah kegelapan, ia mulai merasakan kehadiran lain. Sosok besar dengan bentuk yang sulit ia deskripsikan melayang di kejauhan, namun perlahan mendekatinya. Makhluk itu tampak lebih dari sekadar bayangan; ada kekuatan besar yang terpancar darinya, sesuatu yang membuat bulu kuduk Chandra meremang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ry's Story Collection
Historia CortaDalam kekosongan yang menggantung, imajinasi menemukan sayapnya, merajut cerita yang tak hanya dibaca, tetapi juga dirasakan. 🔰 "Hei, kau di sana," suara Sabit tenang, tapi ada sesuatu dalam nadanya yang memanggil perhatianmu. Di sisinya, Purnama t...