chapter12

154 92 11
                                    

Anyeong semua, aku balik lagi, udah lama banget ya aku gak update, masih ingat tidak alurnya, semoga masih ingat ya, cus selamat membaca jangan lupa tinggalkan jejak vote dan comentnya seng seng quh.

Follow akun aku yuk, follback atau feedback boleh langsung kirim pesan wokeh👌🏻.

Happy heeseung's day 🎉🎉🐹🐹
15 oktober💙💙

Davian sedari tadi tak henti menatap mata revista, terlalu indah untuk di lewatkan menurutnya.

"Jadi yang di selamatin sama nyokap lo itu saudara kembar gue namanya Ravista shopia halder" jawab revista, saat davian bertanya siapa yang di selamatkan oleh mommynya itu.

Davian mengangguk paham, "terus kembaran lo di mana sekarang?" Tanya davian mencoba mencari tau ada apa di balik semua ini.

Revista nampak terdiam, "dia pergi gak tau kemana, tepat 1 bulan setelah gue kecelakaan, kata mita sama cindy dia ngerasa bersalah banget, karena dia yang nyebabin gue kecelakaan, padahalkan itu udah takdir, mama sama papa juga gak marah sama dia, gue gak tau kenapa dia bisa pergi, sampe sekarang gue belum tau kabarnya, papa udah coba untuk nyari tapi papa selalu kehilangan jejaknya, bahkan sampe sekarang papa masih tetep terus nyari, sesayang itu papa sama kak rara" ucap revista namun wajahnya terlihat sendu saat mengatakan papanya sangat menyayangi kakak kembarnya itu.

Davian memperhatikan raut wajah revista, teringat tempo hari saat revista masuk rumah sakit karena mimisan, terlihat revista yang sangat senang bisa di peluk oleh papanya.

"Papa lo sayang banget sama ravista?" Tanya davian.

" iya, sayaaaaang banget, kak ra itu kayak anak emas bagi papa, bagi mama juga, makanya papa sama mama sesedih itu pas tau anaknya ngilang gitu aja tanpa pamit" ucap revista.

Davian mengelus pucak kepala revista, "udah malem banget, gak baik anak gadis keluar malem malem, yuk pulang" ucap davian.

"Kan belum selesai ceritanya" ucap revista.

"Besok lagi re, yok pulang nanti di cariin mama" ucap davian, yang di balas anggukan oleh revista.

Mereka berjalan menuruni tebing sampai menuju mobil davian, dan masuk ke dalam mobil.

Selama perjalanan mereka hanya terdiam karena revista yang melamun sembari menatap luar jendela.

"Laper gak?" tanya davian.

"Nggak" jawab revista singkat.

"Ngapa sih?" tanya davian lagi, heran saja dengan perubahan sifat revista semenjak membahas ravista tadi.

"Nggak papa" ucap revista menoleh ke arah davian sembari tersenyum.

Davian menatap wajah revista sekilas karena posisinya ia sedang menyetir, takut terjadi apa apa, "kalo nggak papa kenapa diem aja dari tadi" ucap davian.

"Lagi pengen aja" ucap revista.

Davian mengehembuskan nafas berat, "kalo ada apa apa cerita aja, jangan di pendem sakit nanti" ucap davian, tangannya meraih tangan revista dan di taruhnya di atas pahanya menggengamnya erat.

Revista hanya mengangguk, " ya nanti gue cerita" ucap revista, ada sesuatu yang belum di ingat nya secara sempurna dan karena itulah sebab ia hanya terdiam.

Mobil davian berhenti di depan gang rumah revista, bukan tanpa sebab karena revista yang memintanya, ia selalu takut kalau orang tuanya mengetahui jika dia punya hubungan spesial dengan seorang lelaki.

DAVIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang