Ujian Persahabatan

2 0 0
                                    

Setelah hari syuting yang penuh tawa dan kebersamaan, kelompok "Wih, Mantap Kali!" semakin bersemangat untuk menyelesaikan proyek mereka. Semua anggota berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dan menjaga suasana positif di antara mereka. Namun, ketegangan baru mulai muncul saat ujian semester semakin dekat.

Hari itu di sekolah, Jihan, Dimas, dan anggota grup lainnya berkumpul di ruang kelas untuk mendiskusikan proyek dan persiapan ujian. Mitha, yang terlihat cemas, mengangkat tangannya untuk memulai diskusi. "Oke, teman-teman! Kita harus membagi waktu antara proyek dan belajar untuk ujian. Siapa yang setuju kita jadwalkan sesi belajar bersama?"

Semua mengangguk setuju, tetapi Maya tampak sedikit cemas. "Tapi, bagaimana kalau kita tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan proyek kita? Kita sudah berjanji untuk membuat video yang bagus."

Jihan merasakan ketegangan di antara Maya dan Mitha. "Aku paham, Maya. Kita bisa mengatur waktu belajar dan tetap bekerja pada proyek. Mungkin kita bisa menyisipkan sesi belajar di antara pertemuan proyek."

Dimas menambahkan, "Betul. Kita tidak perlu menunda proyek, tetapi kita juga tidak boleh mengabaikan ujian. Kita bisa membagi jadwal dengan bijak."

Mitha mengambil catatan dan mulai menulis jadwal. "Bagaimana kalau kita belajar bersama setiap akhir pekan? Kita bisa menggabungkan sesi belajar dan diskusi proyek di waktu yang sama."

Semua setuju, tetapi Jihan melihat Maya masih tampak ragu. "Maya, apakah kamu baik-baik saja? Apa ada yang mengganggumu?"

Maya menghela napas. "Aku hanya merasa tertekan dengan semuanya. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk proyek ini, tetapi ujian juga membuatku khawatir."

Jihan merasa iba mendengar perasaan Maya. "Kita semua merasakannya. Tapi kita bisa saling mendukung. Mari kita buat suasana belajar yang menyenangkan!"

Saat bel berbunyi, mereka pun kembali ke kelas. Selama jam pelajaran, Jihan dan Dimas berbagi catatan untuk membantu teman-teman mereka yang lain. Jihan merasa bangga melihat bagaimana semua orang berusaha keras untuk belajar, tetapi dia juga menyadari bahwa beberapa teman mulai merasa terbebani.

Ketika pelajaran selesai, mereka semua menuju perpustakaan untuk belajar. Di sana, suasana terasa hangat, dan semua anggota grup mulai mengerjakan materi pelajaran. Jihan dan Dimas memilih tempat duduk di dekat jendela, di mana cahaya matahari masuk dengan indah.

"Aku senang kita bisa melakukan ini bersama," kata Dimas sambil membuka buku catatannya. "Jadi, apa yang ingin kita bahas terlebih dahulu?"

Jihan berpikir sejenak. "Bagaimana kalau kita mulai dengan mata pelajaran yang paling sulit? Mungkin kita bisa membagi penjelasan supaya semua orang paham."

Maya, yang duduk beberapa meja di belakang mereka, memperhatikan. Dia merasa terinspirasi oleh kerja sama Jihan dan Dimas. Akhirnya, dia memutuskan untuk ikut serta. "Aku bisa membantu menjelaskan materi matematika jika ada yang membutuhkan."

Jihan tersenyum, merasa senang melihat Maya berpartisipasi. "Itu ide yang bagus, Maya. Mungkin kita bisa membuat kelompok belajar kecil untuk pelajaran yang berbeda."

Beberapa jam berlalu, dan suasana belajar semakin menyenangkan. Semua anggota grup saling membantu satu sama lain, dan mereka pun berhasil memahami beberapa materi yang sulit. Jihan merasa senang melihat bagaimana mereka bisa berkolaborasi meskipun dalam situasi yang menegangkan.

Namun, menjelang akhir sesi belajar, Maya mulai merasa lelah. Saat kelompok sedang membahas topik terakhir, dia tidak dapat fokus sepenuhnya. Saat Jihan memberikan penjelasan, dia melihat Maya terlihat bingung.

"Maya, apa kamu baik-baik saja?" tanya Jihan khawatir.

Maya menggelengkan kepala. "Maaf, aku tidak terlalu bisa mengikuti. Mungkin aku butuh istirahat sejenak."

wihhh mantap kali yaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang