Hari pengumuman hasil ujian akhirnya tiba. Semua anggota grup “Wih, Mantap Kali!” menunggu dengan cemas. Sekolah terasa berbeda hari itu—lebih sunyi dan tegang. Biasanya penuh dengan canda dan tawa, tetapi kali ini, semua siswa tampak sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jihan, yang biasanya tenang, merasakan kegelisahan luar biasa. Saat dia berjalan memasuki halaman sekolah bersama teman-temannya, dia tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan terjadi setelah melihat hasil ujian. Mitha, di sebelahnya, terlihat lebih gugup.
“Aku tidak bisa berhenti memikirkan soal Matematika itu,” kata Mitha dengan wajah cemas. “Bagaimana kalau jawabanku salah semua?”
“Jangan terlalu dipikirkan, Mitha. Kita sudah berusaha yang terbaik,” ujar Jihan mencoba menghiburnya, meski dalam hati dia pun sama gugupnya.
~~~Pengumuman Hasil Ujian
Di aula sekolah, semua siswa berkumpul. Di sana, kepala sekolah memberikan pidato singkat sebelum pengumuman dimulai. Para guru mulai membagikan amplop berisi hasil ujian secara acak kepada para siswa. Momen itu terasa seolah berjalan sangat lambat bagi Jihan dan teman-temannya.Afix menerima amplopnya terlebih dahulu. Dia menatap amplop tersebut selama beberapa detik sebelum akhirnya membukanya. Wajahnya berubah serius saat dia membaca hasilnya.
“Gimana, Afix?” tanya Dimas, penasaran.
Afix tersenyum tipis, “Aku lulus! Nilainya cukup baik. Tidak sebagus yang kuharapkan, tapi aku lulus.”
Ucapan Afix disambut dengan lega oleh teman-temannya. “Syukurlah,” kata Nadia. “Sekarang giliran kita menunggu.”
Satu per satu, mereka menerima amplop berisi hasil ujian masing-masing. Mitha tampak paling cemas saat menerima amplopnya. Tangannya sedikit gemetar saat dia membukanya. Seketika, wajahnya berubah menjadi ekspresi campur aduk antara lega dan bahagia.
“Alhamdulillah… Aku lulus!” seru Mitha, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Nadia dan Jihan yang berdiri di sebelahnya langsung memeluk Mitha. “Selamat, Mitha! Aku tahu kamu bisa!” ujar Jihan dengan tulus.
~~~Reaksi Beragam
Namun, kegembiraan itu tidak dirasakan oleh semua orang. Saat Hikmal membuka amplopnya, dia terdiam. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang sulit diartikan, campuran kekecewaan dan ketidakpercayaan.“Bagaimana, Mal?” tanya Dimas dengan hati-hati.
Hikmal menggeleng perlahan. “Nilai Matematikaku kurang. Aku tidak lulus…”
Suasana langsung berubah canggung. Teman-teman yang lain mencoba menyemangatinya, tetapi Hikmal terlihat sangat terpukul. “Aku sudah berusaha keras, tapi ternyata tidak cukup…”
Jihan, merasa bertanggung jawab sebagai pemimpin kelompok, mendekat dan menepuk pundak Hikmal. “Hikmal, jangan putus asa. Ini bukan akhir dari segalanya. Masih ada kesempatan lain, dan kami semua akan tetap mendukungmu.”
Hikmal tersenyum tipis meski jelas masih kecewa. “Terima kasih, Jihan. Aku akan berusaha lebih baik lagi.”
~~~Merayakan Keberhasilan
Setelah pengumuman hasil ujian selesai, kelompok “Wih, Mantap Kali!” memutuskan untuk berkumpul di kantin sekolah. Meski ada perasaan campur aduk antara keberhasilan dan kegagalan, mereka berusaha untuk tetap bersyukur atas apa yang telah mereka capai.“Bagaimana kalau kita merayakan ini dengan makan-makan nanti sore? Anggap saja ini sebagai perayaan kecil-kecilan,” saran Afix dengan semangat.
Jihan tersenyum, setuju dengan ide tersebut. “Setuju! Kita semua butuh bersantai setelah semua ketegangan ini.”
Mitha dan Nadia langsung setuju. Meski Hikmal masih tampak murung, dia tidak menolak ajakan tersebut. Mereka tahu, meski tidak semuanya lulus dengan hasil sempurna, persahabatan mereka tetap kuat.
~~~Refleksi di Tengah Malam
Malamnya, setelah acara makan bersama selesai, Jihan pulang dengan perasaan lega sekaligus bimbang. Dia senang karena lulus, tapi pikirannya terus terbayang pada Hikmal yang merasa kecewa. Dia merebahkan diri di tempat tidur dan merenung tentang apa yang telah mereka lalui selama beberapa bulan terakhir.Di dalam hati, Jihan merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti mereka. Ujian ini hanya satu dari banyak tantangan yang akan mereka hadapi, dan dia yakin bahwa mereka akan terus saling mendukung dalam keadaan apapun.
Sebelum tidur, Jihan membuka grup chat “Wih, Mantap Kali!” dan mengetik pesan:
Jihan: "Teman-teman, apapun hasilnya, aku sangat bangga dengan kita semua. Kita telah berusaha keras, dan ini baru awal dari perjalanan kita. Yang terpenting, kita tetap bersama-sama!"
Pesan itu langsung dibalas oleh teman-temannya satu per satu, menunjukkan betapa mereka menghargai dukungan satu sama lain.
Mitha: "Setuju! Terima kasih sudah selalu ada buat kita semua, Jihan."
Nadia: "Persahabatan kita lebih penting dari nilai ujian apapun."
Hikmal: "Aku akan coba lagi. Terima kasih atas dukungan kalian semua."
Jihan tersenyum membaca pesan-pesan tersebut. Dia mematikan lampu dan tidur dengan hati yang tenang, yakin bahwa apapun yang terjadi di masa depan, dia tidak akan pernah menghadapi semuanya sendirian.
Epilog Episode 15
Episode ini menyoroti momen penting dalam persahabatan kelompok "Wih, Mantap Kali!". Hasil ujian membawa berbagai emosi—kegembiraan, kekecewaan, dan harapan. Namun, di balik semua itu, mereka menyadari bahwa nilai ujian bukanlah segalanya. Persahabatan dan dukungan satu sama lain adalah hal yang paling berharga, dan itu yang akan terus mengikat mereka dalam menghadapi tantangan berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
wihhh mantap kali ya
Novela Juvenil"Wih, Mantap Kali!" adalah novel yang bercerita tentang sekelompok remaja yang memiliki persahabatan erat dan penuh warna. Terdiri dari Rahul, Irvan, Afix, Hikmal, Jihan, Mitha, Nadia, dan Ila, grup ini dikenal karena kekompakan mereka dan rasa humo...