Kisah hari ini diawali dengan Aishwa yang terlambat ke kampus. Ini adalah hari yang ke tiga puluh. Ya, sudah tiga puluh hari Aishwa berada di Jogja dan jauh dari orangtuanya. Sudah tiga puluh hari pula, Ia kehilangan momen sarapan bersama kedua orangtuanya. Sungguh takjub rasanya ketika melihat sekeliling dan tidak ada papa dan mamanya yang selalu memanage kegiatan Aishwa dengan jadwal yang padat dari sekolah dan les. Kehidupannya sudah tersetting dengan sangat baik. Papa dan mamanya adalah manager baginya. Ia tidak bisa menghentikan perhatian keduanya dari makan, olahraga hingga ke toko buku adalah hal-hal yang mereka lakukan bersama.Satu-satunya hal yang Aishwa benci dari protect kedua orangtuanya adalah membuat Aishwa bergantung dengan kedua orangtuanya. Apalagi disaat-saat Ia seperti memiliki kekuatan gaib. Tiba-tiba saja, Ia bisa merasakan dirinya tengah berjalan di negara lain atau merasakan sedih yang tidak jelas sebabnya. Namun, papanya akan menjelaskan kondisi seperti itu dalam ilmu kedokteran, bukan penjelasan magic. Aishwa sudah berpikir dan mencoba untuk menjadi waras kembali. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa ini hanya khayalan saja. Tapi semakin keras Ia berusaha, semakin kuat Ia merasakan sesuatu yang tidak beres.
“Kamu kenapa?” tiba-tiba tepukan dari pundaknya mengagetkannya. Aishwa seketika seperti baru bangun dari mimpi. Kondisi yang Ia rasakan seperti nyata. Ia tertabrak sebuah kendaraan yang membuatnya terjatuh tak sadarkan diri.
“Nggak. Aku baik-baik saja kok,” jawab Aishwa. Nada suaranya kebingungan denga napa yang Ia alami barusan.
“Memangnya kamu sedang memikirkan apa ? Apa ada masalah?” tanya Syifa penasaran“Aku harus focus belajar dan menyelesaikan kuliah. Aku harus bersyukur karena punya orangtua yang mampu, jadi nggak perlu susah payah bekerja sambil kuliah”
Syifa mengernyit mendengarkan apa yang Aishwa katakan.
“Apaan sih lo? Yang nyuruh kuliah sambil kerja siapa?” tawa Syifa pecah
Aishwa terdiam sesaat, Ia merasakan dirinya sedang bekerja di sebuah perusahaan, dan melihat dirinya berlarian memasuki sebuah kampus diluar negeri.“Apakah pekerjaan itu begitu penting bagimu?” tanya Aishwa dalam hati seolah sedang berdialog dengan dirinya sendiri
“Kenapa kamu malah nanya? Ya, tentu penting banget! Hidupku tidak seberuntung dirimu!” suara menjawab pertanyaan Aishwa seketika membuatnya merinding.
“Aku tidak bisa melihat alasan kenapa orangtuamu membiarkan kamu bekerja sambil kuliah ?”
“Aku tidak punya orangtua, yang kupunya kamu” Aishwa tersentak. Ia terduduk menarik napas panjang berusaha menenangkan dirinya.
“Ada apa denganku?” batinnya
Percakapan itu berhenti. Aishwa kembali focus dengan buku yang ada didepannya. Ia sudah berada di dalam kelas, menunggu dosen untuk kuliah hari ini. Ia tidak ingin terhanyut dengan kondisinya tadi.“Apa hubunganmu dengan mama papa baik-baik saja?” seketika suara Syifa berbisik ditelinga Aishwa
“What? Of course. Tadi pagi kami
telponan kok” balas Aishwa tersenyum
“Hmmm, kirain berantem sama ortu, sikap lo aneh sih” jawab Syifa sinis
“Aku cuma perlu tidur. Capek !” bisiknya sambil memonyongkan bibir
“Lo butuh asupan makanan sehat, biar tidak loyo. Itu bukan ngantuk tapi efek diet yang terlalu. Bua tapa sih diet ?” tanya Syifa. “Udah kurus gitu” Syifa mengernyit menatap Aishwa. “Kamu sendiri juga ikutan diet, ikutan lari pula” balas Aishwa“Yah, karena memang aku gendut” Syifa menggeleng masih saja mengernyit.
“Aku memang capek! Rasanya aku punya dua dunia yang membuatku lelah” suara spontan keluar dari mulut Aishwa membuat Syifa terbelalak.
“What ? dua dunia ?” Syifa berbisik namun terhenti ketika dosen sudah berada didepan podium. Pertanda kuliah akan segera dimulai. Syifa menahan rasa penasarannya dengan jawaban Aishwa. Tak henti-hentinya Ia melihat kearah Aishwa memastikan apa yang tadi diucapkan gadis itu.
"LO MEMANG BUTUH ISTIRAHAT ! OMONGAN LO MULAI ANEH !”
Syifa menulis di bagian belakang bukunya dan mendorong kearah Aishwa untuk dibaca. Aishwa hanya tersenyum membaca tulisan itu dan kembali focus kedepan. Seperti ada suara yang menggiringnya untuk memperhatikan dosen yang ada didepannya.
***
Syifa menarik tangan Aishwa usai kuliah selesai. “Ayo, buruan istirahat dirumah!”
Aishwa mengikuti langkah Syifa hingga duduk disampingnya yang mulai menyalakan mobil.
“Lo tadi bilang dua dunia ?” suara Syifa mulai penasaran
Aishwa nyaris tersedak mendengarnya ketika sedang meneguk air dibotol yang dipegangnya.
“Badanmu baik-baik saja kan? Otaknya tetap tokcer lah. Tapi kok ngomongnya aneh” sahut Syifa seperti sedang memancing Aishwa untuk bicara
Aishwa tetap diam. Sesekali tersenyum mendengar pertanyaan-pertanyaan Syifa.
“Kayaknya aku terlalu banyak mikir” katanya datar agar tidak membuat Syifa semakin penasaran.
“Pikirkan saja kuliah, dua dunia itu macam gimana?” Syifa mengernyit tetap dengan nada penasaran.
Aishwa nyaris tersedak lagi ketika Syifa mengulang pertanyaannya. Namun Ia memilih tetap diam. Ia harus memastikan kondisi seperti apa yang Ia alami akhir-akhir ini. Ia juga merasakan teka teki yang tidak mampu Ia jawab. Sepertinya Ia belum saatnya menceritakan apa yang Ia rasakan hingga betul-betul yakin.
“Yah, ini memang membingungkan” ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER AISHWA
Teen FictionMenceritakan tentang dua gadis kembar yang diberi nama Aishwa, ditinggal oleh ibu kandungnya di tempat yang berbeda. Kedua gadis tumbuh dengan kehidupan yang berbeda pula, hingga ditakdirkan bertemu. Bagaimana sosok Aishwa yang hidup di Indonesia, d...