08 : Perjuangan Sang Anak

61 39 15
                                    

Nabila duduk di kursinya, menatap layar komputer yang dipenuhi angka dan laporan yang harus segera ia selesaikan. Pekerjaannya sebagai asisten keuangan di sebuah perusahaan kecil membuatnya sibuk hampir setiap hari, tenggelam dalam rutinitas mengolah data dan membuat laporan keuangan yang terkadang membosankan.

Hari itu, seperti biasanya, Nabila mencoba fokus. Namun, saat matanya masih terpaku pada deretan angka, ponselnya yang berada di samping keyboard tiba-tiba bergetar. Ia melirik sekilas, dan sebuah notifikasi pesan muncul di layar dari Vira.

Nabila tersenyum tipis, mengira pesan itu mungkin tentang sesuatu yang sepele. Namun, begitu ia membaca isinya, alisnya langsung berkerut.

   “Lo tahu gak sih, siapa sebenarnya Abimanyu?”

Pertanyaan itu membuat Nabila tertegun. Apa maksud Vira? Abimanyu? Kenapa tiba-tiba Vira menyinggung tentang Abimanyu? Sebelum Nabila bisa merespons, pesan lain menyusul.

   “Kok lo bisa-bisanya suka sama dia sih?”

Nabila semakin bingung. Ia menatap pesan-pesan itu dengan perasaan tak menentu. Vira jarang mengirim pesan seperti ini, apalagi tentang seseorang yang cukup dekat dengannya seperti Abimanyu. Ada nada aneh dalam pertanyaan itu, seolah-olah Vira tahu sesuatu yang Nabila tidak tahu.

Nabila menggigit bibirnya, rasa penasaran mulai menguasainya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa yang Vira ketahui tentang Abimanyu? Mengapa ia mempertanyakan perasaannya pada Abimanyu, sesuatu yang selama ini ia simpan dalam hatinya?

Nabila mencoba kembali fokus pada pekerjaannya, tetapi deretan angka di layar tiba-tiba terasa kabur. Kepalanya dipenuhi oleh pesan-pesan tadi, seakan-akan ada sesuatu yang tak beres, sayangnya ia tak bisa langsung menebaknya.

Nabila mengembuskan napas dengan gusar lalu jari-jemarinya dengan cepat, ia mengetik balasan.

   “Vira, maksud lo apa? Emang kenapa dengan Abimanyu?”

Namun, balasan dari Vira tak kunjung datang. Detik demi detik berlalu, tetapi tak ada pesan baru yang masuk. Nabila semakin tak tenang. Rasanya tak mungkin melanjutkan pekerjaan dalam keadaan pikiran yang terganggu seperti ini.

Setelah beberapa menit berlalu, ia tak tahan lagi. Ia menyandarkan punggungnya pada kursi, menutup layar laptopnya, dan menghela napas panjang. Otaknya terus memutar-mutar pertanyaan itu. “Siapa sebenarnya Abimanyu?”

Abimanyu selama ini dikenal sebagai pria yang tenang dan penyendiri, tetapi Nabila tak pernah berpikir ada sesuatu yang lebih dari itu. Meski mereka sudah cukup dekat, Abimanyu jarang bercerita tentang masa lalunya. Nabila selalu menghormati privasi itu, tak ingin memaksanya untuk berbagi hal-hal yang mungkin terlalu sulit untuk dibicarakan. Namun, sekarang setelah pesan dari Vira, perasaan Nabila tak bisa lagi diabaikan.

   “Apa yang Vira tau, tapi gue nggak tau?” gumamnya pelan.

Selesai bekerja, Nabila tidak bisa menahan diri lagi. Pikirannya terus dihantui oleh pesan dari Vira, membuat langkahnya terasa semakin berat. Namun, tekadnya bulat. Ia harus mendapatkan jawaban. Begitu tiba di rumah Abimanyu, tanpa ragu Nabila mengetuk pintu dengan cepat.

Pintu terbuka dan di sana berdiri Abimanyu, sedikit terkejut melihat Nabila berdiri di depan rumahnya.

   “Bil?” tanyanya dengan raut wajah kebingungan. “Kok kamu tiba-tiba ke sini? Ada apa?”

Tanpa basa-basi, Nabila melangkah masuk. Wajahnya serius, tanpa sedikit pun senyum yang biasa ia tunjukkan. Abimanyu memerhatikannya, bingung dengan perubahan sikap Nabila yang biasanya hangat.

Setelah mereka duduk di ruang tamu, Abimanyu masih memandangnya dengan tatapan heran. “Bil, lo kenapa? Ada masalah?”

Nabila menatapnya lurus-lurus, berusaha menjaga ketenangannya.

May I Love U?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang