pagi damai - 5

134 27 2
                                    

[×]



Belajar dari hari kemarin, Audrey pun sedari pagi buta telah sampai di rumah Danar. Bahkan si pemilik rumah belum nampak batang hidungnya, beruntung ada bibi membukakan pintu untuknya. Dan kala Danar yang baru saja bangun tidur itu melihat keberadaan Audrey pagi-pagi sekali di rumahnya tentu saja terkejut. Namun tidak mengatakan apa-apa selain melirik dengan hela napas malas.

Audrey sesungguhnya masih mengantuk, bahkan tidak jarang sesekali menguap selagi berbincang dengan bibi tentang segala hal yang ada di dalam rumah. Tak lama Dani pun ikut bangun, dengan langkah gontai dan kedua tangan yang mengusak matanya, bocah laki-laki itu hendak pergi ke kamar mandi mengikuti papanya.

"Bi, Dani emang sering bangun jam segini?"

Bibi yang tengah menata makanan di atas meja itu menaruh perhatian pada Dani, kemudian tersenyum tipis bagai seorang nenek yang bahagia melihat cucunya. "Ya tergantung, kalo tidurnya cepet ya jam segini udah bangun. Aden bisa tolong bantuin Dani cuci muka?"

Audrey mengangguk sanggup lantas menyusul langkah kecil di bocah. Ia berjongkok di hadapan Dani, memegang pundak sempit anak laki-laki tersebut.

"Dani mau cuci muka?"

"Eung?" Barangkali kebingungan dengan suara yang masih asing ditelinga, Dani mengerjap bingung sembari mencoba membuka kelopak matanya sempurna. Saat netra hitam itu dapat menangkap sosok si pengasuh baru, ia mengangguk pelan.

"Kak Audrey bantuin kalo gitu. Sini."

Tidak ada penolakan, Audrey kemudian menggendong Dani di lengannya lalu melangkah menuju kamar kecil. Ia mendudukkan Dani di atas konter, menyalakan keran dan membasahkan sebelah tangannya. Sedangkan tangan yang lain melingkar pada pinggang kecil si bocah agar tidak terjatuh.

Dengan penuh kelembutan, Audrey menyapu wajah yang lebih kecil dari telapak tangannya itu pelan. Terkekeh kecil saat Dani memberikan reaksi terkejut sebab rasa dingin yang tiba-tiba menyentuh kulitnya.

"Dingiiin," rengek si kecil.

"Gak apa-apa, biar seger."

Dirasa telah cukup, berlanjut ke rutinitas selanjutnya yaitu menyikat gigi. Kali ini Audrey membiarkan Dani untuk melakukan pekerjaan tersebut, jika nanti dirasa kesulitan maka ia akan ulurkan bantuan.

"Dani bisa sikat gigi sendiri, nggak?"

"Uhm—eum," sahut anak lucu itu.

Mengambil sikat gigi yang ukurannya lebih kecil, lantas pasta gigi dengan perisa buah yang memang diperuntukkan untuk anak-anak. Audrey membantu dengan membukakan benda tersebut dan meletakkannya di atas sikat gigi milik Dani.

Bagaikan anaknya sendiri, ia memandang bangga pada si kecil yang pelan-pelan menggosok giginya. Meski sedikit berantakan, Audrey cukup sering memberikan pujian pada Danu dan dapat melihat bagaimana mata bulat  kecil itu nampak riang akan perlakukannya tersebut.

"Dani pinter banget, siapa yang ngajarin?"

"Mama!!" jawabnya antusias.

Dan jawaban tersebut cukup membuat Audrey terdiam sejenak, baru ingat bahwa Danar dan istrinya telah bercerai. Perasaan iba pun seketika menguasai, ia kasihan pada Dani karena harus merasakan absennya figur seorang ibu di usia sekecil ini, dan sepenuhnya mengerti kenapa anak itu lebih aktif dan kelewat nakal ketika bersama papanya. Karena pada dasarnya Dani hanya ingin perhatian, namun sudah barang Dani tidak bisa memenuhinya sebab pria itu terlalu sibuk untuk memainkan dua peran.

"Oh—"

"Ngapain kamu di sini?"

Baru saja Audrey akan melayangkan pujian lagi, tapi urung  sebab kalimatnya diinterupsi oleh seseorang. Siapa lagi kalau bukan Danar yang baru saja keluar dari kamar mandi, dengan tubuh masih semi basah dan setengah telanjang, hanya handuk yang kini melilit pada pinggangnya.

PAPA DANAR & DANI - SUNSUN VER(Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang