[×]Dengkusan sebal tak berhenti lolos dari bibir Audrey, deru napasnya memburu menggambarkan betapa jengkelnya ia sekarang. Ya bagaimana tidak, wajahnya dicoret oleh pewarna krayon di mana akan sangat sulit sekali di hilangkan karena mengandung minyak. Dan Danar, bukannya membantu atau setidaknya minta maaf atas kelakuan anaknya, malah terus tertawa terbahak-bahak seperti orang bodoh. Sekarang dirinya sedang berada di toilet, berdiri di depan konter wastafel yang dihadapannya terdapat cermin besar. Berusaha menghilangkan sisa-sisa warna si wajahnya, yang kini mulai terasa gatal. Meskipun krayon itu ramah untuk anak-anak, bukan berarti akan baik-baik saja di wajahnya yang kelewat sensitif.
"Kalo abis ini muka gue jerawatan, gue tuntut asuransi itu manusia gila," gumamnya kelewat kesal.
Audrey kembali membasuh muka, sayangnya hari itu ia tidak membaca sabun wajah, ya terpaksa dibersihkan dengan air dulu.
"Tisu mana tisu." Masih dengan mata tertutup, ia mencari keberadaan tisu yang sebenarnya berada di dekat pintu masuk. Alhasil dengan insting yang salah, Audrey meraba-raba ke segala arah untuk mendapatkan benda tersebut. Lalu tanpa ia sadari, seseorang mengulurkannya sebuah sapu tangan.
"Nih."
"Ah, makasih."
Belum curiga, Audrey mengusap wajahnya yang basah tersebut. Setidaknya cukup untuk menghilangkan rasa lengket dan berminyak, meskipun sensasi gatal dan panas di sekitar hidung dan bawah matanya masih begitu kuat. Wajahnya akan benar-benar rusak setelah ini, ia yakin.
"Danae brengsek, bajingan, duda sialan," maki cowok dengan surai gelap tersebut.
Baru dua hari bekerja, rasa-rasanya Audrey ingin segera resign saja. Percuma gaji besar tapi manjur untuk membuat umurnya pendek. Bisa mati muda kalau begini.
"Kamu kenal Danar?"
Eh
Bentar, ini gue ngelap muka pake sapu tangan siapa? Audrey menghentikan kegiatannya ketika baru menyadari kejanggalan barusan. Apalagi setelah mendengar sebuah suara asing masuk ke dalam indera dengarnya.
"Itu punya saya."
"Huh?"
Buru-buru sapu tangan tadi disingkirkan dari wajahnya, Audrey kontan terbelalak kala netranya menangkap sosok laki-laki yang kini berdiri di hadapan. Tentu saja reflek tubuhnya memerintah agar Audrey terkejut dan memundurkan tubuhnya hingga bertubrukan dengan konter wastafel.
Ini orang siapa? Kok bisa denger suara hati gue?!! Audrey memandang curiga pada laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. Namun wajahnya terlihat jauh lebih muda.
"Ya, bisa."
"Mas nya dukun?!"
Pria asing itu terkekeh tanpa suara, barangkali gemas dengan tingkah Audrey yang lebih terlihat dungu tersebut. Padahal dia sendiri yang bicara di dalam kepala terlalu keras hingga siapapun mampu mendengar dengan jelas.
"Bukan, saya bukan dukun. Ngomong-ngomong, sapu tangannya udah?"
Audrey menurunkan pandangan pada kedua tangannya yang mengepal sapu tangan tadi di depan dada. Lalu kembali lagi pada laki-laki di hadapannya. "Ini punya mas nya?" tanyanya sungguh dengan kedip polos.
Orang itu mengangguk pelan.
Dan Audrey baru menyadari tingkah bodohnya yang memalukan.
"Aduh mas sorry, gak sadar tadi. Sapu tangannya saya cuci dulu aja, soalnya ada bekas muka saya." Logat Jawa nya benar-benar terdengar sangat kental, mungkin itulah yang menyebabkan seseorang di hadapannya sukar menyembunyikan sungging senyum geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA DANAR & DANI - SUNSUN VER(Remake)
FanficPengasuh sekaligus jodoh? Boleh dicoba NOTE : INI ADALAH REMAKE DARI FF KU SENDIRI YANG BERJUDUL "PAPA KRIS & KIKI" (CHRISBIN) buku ini mengandung pasangan homoseksual, biseksual. pasangan utama adalah sunsun (sunghoon x sunoo) lalu pasangan samp...